Sukses

Demonstrasi Berdarah Venezuela, Patung Hugo Chavez Ditumbangkan

Jalanan di sejumlah kota di Venezuela berubah jadi lautan manusia. Memprotes pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

Liputan6.com, Caracas - Jalanan di sejumlah kota di Venezuela berubah jadi lautan manusia. Ribuan massa menggelar protes, menuding Presiden Nicolas Maduro sebagai diktator dan menuntut diselenggarakannya pemilu secepatnya.

Demonstrasi anti-pemerintah di salah satu negeri penghasil minyak dunia itu berubah jadi mematikan. Seorang demonstran tewas setelah sebutir peluru bersarang di kepalanya.

Hecder Lugo (20) tewas ditembak di kota industri Valencia, yang menjadi lokasi berlangsungnya protes besar-besaran yang diwarnai penjarahan.

Seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (6/5/2017), menurut walikota yang mendukung pihak oposisi, Enzo Scarano, korban terluka dalam bentrokan antara pendemo dan aparat pada Kamis 4 Mei 2017. Sehari kemudian, Lugo meninggal dunia.

Sudah 37 korban jiwa yang jatuh di tengah gerakan antipemerintah yang sudah berlangsung sebulan lamanya -- dari pihak demonstran juga aparat. Sementara, 717 orang mengalami cedera.

Aparat juga menahan ratusan orang terkait demo yang meluas di Venezuela, sebagian sudah dibebaskan, sementara 152 lainnya masih meringkuk di balik bui.

Demonstran dari oposisi Venezuela membuat barikade dengan membakar mobil saat menggelar aksinya menentang Presiden Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela (24/4). (AFP/Federico Parra)

Sementara itu di negara bagian Zulia yang kaya minyak, seorang pemuda merusak patung mantan pemimpin negara, Hugo Chavez. Aksinya itu direkam dalam bentuk video yang kemudian menyebar luas di media sosial sejak Jumat pagi.

Rekaman menunjukkan, patung yang menggambarkan Chavez tengahmemberikan salam -- ditumbangkan di tengah sorakan massa di sebuah alun-alun.

Presiden Venezuela Hugo Chavez berbicara dalam sidang kabinet di Istana Miraflores di Karakas, Rabu (27/7). (Antara).

Patung itu kemudian dipecahkan ke lantai trotoar diiringi sumpah serapah pada pemimpin yang meninggal dunia akibat kanker pada 2013 lalu.

"Mahasiswa merusak patuh Chavez. Massa menudingnya sebagai perusak masa depan mereka," kata politikus oposisi, Carlos Valero.

Oposisi Venezuela, yang sekarang menikmati dukungan mayoritas, sebelumnya dibayang-bayangi partai sosialis yang berkuasa sejak kemenangan Chavez dalam pemilu 1998.

Mereka menuding penggantinya, Maduro, telah menjelma menjadi seorang diktator dan menghancurkan perekonomian negara.

Pihak oposisi Venezuela berjanji akan terus mengerahkan massa turun ke jalan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ada AS di Balik Upaya Kudeta?

Sementara itu, Presiden Nicolas Maduro menuding, para lawan politiknya sedang berniat melakukan kudeta dengan dukungan Amerika Serikat.

Ia juga menuduh oposisi berniat membentuk majelis konstituen untuk mengamandemen konstitusi dan mengubah undang-undangan yang ada saat ini.

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro berbicara di majelis nasional di Caracas, (6/7/2015). Maduro juga memerintahkan kementerian luar negeri melakukan review penuh hubungan bilateral Venezuela dan Guyana. (REUTERS/Jorge Dan Lopez)

"Presiden Maduro menyerukan dialog nasional," kata menteri luar negeri Delcy Rodriguez kepada para diplomat pada sebuah pertemuan pada hari Jumat.

Menlu mengatakan hal itu sembari menunjukkan gambar kekerasan dan vandalisme di jalanan yang disebabkan oleh para pemuda yang melakukan demonstrasi.

"Mereka tidak melakukan aksi damai, para pemimpin oposisi bertanggung jawab atas tindakan ekstremisme dan vandalisme ini."

Protes oposisi awalnya berlangsung damai, namun belakangan diwarnai kekerasan ketika pasukan keamanan memblokir demonstran.

Demonstran bersenjatakan bom molotov saat demonstrasi menentang Presiden Nicolas Maduro di Caracas,  Venezuela, Rabu (26/4). Hingga kini, bentrokan antara demonstran dan polisi telah menyebabkan 26 orang tewas. (AFP PHOTO)

Kemudian muncul pemuda bertopeng yang melawan aparat dengan batu, bom molotov, dan kembang api yang ditembakkan dari pipa -- mirip mortar.

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan, kubu sosialis yang berkuasa di Venezuela akan kehilangan suara. Sebagian besar dipicu krisis ekonomi berkepanjangan selama empat tahun yang menyebabkan kelaparan pangan dan kelangkaan obat-obatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini