Sukses

Ilmuwan Temukan Ulat Pemakan Plastik, Solusi Limbah?

Ulat yang dapat memakan kantong plastik dinilai ilmuwan bisa menjadi pemegang kunci untuk menangani polusi plastik.

Liputan6.com, Cambridge - Setiap tahunnya, sekitar 80 juta ton plastik polietilen diproduksi di seluruh dunia. Plastik tersebut digunakan untuk membuat tas belanja dan pembungkus makanan.

Namun dibutuhkan ratusan tahun untuk menguraikan plastik. Hal tersebut menimbulkan masalah karena saat ini sebagian besar plastik justru berakhir di tempat yang tak seharusnya -- laut, sungai, tanah -- sehingga menimbulkan polusi plastik.

Tapi seekor ulat yang dapat memakan kantong plastik bisa menjadi pemegang kunci untuk menangani polusi plastik.

Peneliti di Cambridge Univeristy telah menemukan bahwa larva ngengat yang memakan kandungan lilin di sarang lebah, juga dapat mengurai plastik.

Berdasarkan percobaan, ulat tersebut dapat memecah ikatan kimia plastik dengan cara yang sama saat mereka mencerna lilin lebah. Ulat ngengat Galleria mellonella itu, dapat menghasilkan lubang di kantong plastik kurang dari satu jam.

"Ulat tersebut akan menjadi titik awal," ujar ahli biokimia di University of Cambridge, Dr. Paolo Bombelli, yang merupakan salah satu peneliti studi tersebut seperti dikutip dari BBC, Selasa (25/4/2017).

"Kami butuh memahami detail bagaimana proses ini beroperasi."

"Kami berharap dapat menyediakan solusi teknis untuk mengatasi masalah limbah plastik," ujar Bombelli.

Bombelli dan rekan penelitinya dari Spanish National Research Council, Federica Betocchini, telah mematenkan penemuan tersebut. Mereka ingin mempercepat proses untuk menemukan rahasia kimia di balik penguraian plastik secara alami.

Mereka berpikir bahwa mikroba pada ulat memainkan peranan penting untuk mendegradasi plastik. Jika proses kimia dapat diidentifikasi, maka hal tersebut dapat membuka jalan terhadap solusi untuk mengelola sampah plastik.

"Kami berencana menerapkan penemuan ini menjadi cara yang layak untuk menyingkirkan sampah plastik, bekerja menciptakan solusi untuk menyelamatkan samudra, sungai, dan lingkungan kita dari dampak akumulasi plastik yang tak terhindarkan," kata Bertocchini.

"Namun tak seharusnya dibenarkan untuk membuang polietilen dengan sengaja di lingkungan hanya karena kita sekarang tahu bagaimana melakukan bio-degradasi," imbuh Bertocchini.

Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Current Biology.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini