Sukses

Ilmuwan Ciptakan Penghasil Air dari Udara

Sebuah alat yang dapat menghasilkan air dari udara, bahkan di lingkungan dengan kondisi kering sekalipun telah diciptakan.

Liputan6.com, Berkeley - Sebuah alat yang dapat menghasilkan air dari udara telah diciptakan. Dengan menggunakan bahan bakar sinar Matahari, alat tersebut mampu memproduksi 2,8 liter air setiap 12 jam.

Bahkan, alat tersebut dapat bekerja dalam lingkungan yang hanya memiliki kelembaban sekitar 20 persen.

"Kami ingin mendemonstrasikan jika Anda tinggal terpencil di sebuah gurun, Anda dapat bertahan hidup dengan menggunakan alat ini," ujar ilmuwan yang membantu membuat prototipe alat pemanen air, Profesor Omar Yaghi.

"Seseorang membutuhkan sekitar satu kaleng air (330 ml) sehari. Jumlah itu bisa kita produksi kurang dari satu jam dengan menggunakan alat ini."

"Ini adalah terobosan besar dalam tantangan lama, yakni memanen air pada kelembaban rendah."

"Tidak ada cara lain untuk melakukan itu sekarang, kecuali dengan menggunakan energi ekstra. Alat pengurang kelembaban di rumah anda menghasilkan air yang sangat mahal," jelas Yaghi.

Selain menyelamatkan kehidupan seseorang yang terdampar di gurun, alat pemanen air tersebut dapat menjadi bagian besar dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari Independent, Minggu (16/4/2017), alat tersebut memungkinkan seseorang memperoleh air tanpa harus terhubung dengan saluran air atau sumur.

"Salah satu visi untuk masa depan adalah memiliki sumber air mandiri, di mana Anda bisa memilikinya di rumah yang berbahan bakar Matahari untuk menyediakan air dan memenuhi kebutuhan rumah tangga," ujar Yaghi yang mereupakan ahli kimia di University of California, Berkeley.

"Bagi saya, hal tersebut mungkin saja terjadi karena percobaan ini. Saya menyebutnya air pribadi," imbuh Yaghi.

Alat yang dideskripsikan di jurnal Science, menggunakan jenis kerangka logam organik atau MOF, yang Yaghi temukan 20 tahun lalu.

MOF mengombinasikan logam seperti alumunium atau magnesium dengan molekul organik. Sejak ditemukan, lebih dari 20.000 jenis MOF yang berbeda telah dibuat, dengan masing-masing memiliki sifat berbeda.

Beberapa orang dapat menangkap karbon dioksida dari chimney--cerobong sap, sementara beberapa lainnya dapat memisahkan beberapa jenis minyak di pabrik pengolahan.

Pemanen air ini menggunakan zirkonium dan asam adipat, yang dapat mengikat uap air.

Dalam membuat alat tersebut, Profesor Yaghi bekerja dengan Profesor Evelyn Wang yang merupakan insinyur di Massachusetts Institute of Technology untuk menciptakan alat yang efektif dengan bantuan dari rekan-rekannya.

Pemanen yang dihasilkan menggunakan kristal MOF terkompresi antara penyerap sinar Matahari dan plat kondensor.

Cara kerjanya adalah, saat udara melewati MOF berpori, molekul air menempel pada bagian dalam alat. Sinar Matahari memanaskan MOF dan mendorong molekul air menuju kondensor, di mana molekul tersebut berubah menjadi cairan.

"Karya ini menawarkan cara baru dalam memanen air dari udara yang tak memiliki kondisi kelembaban relatif tinggi, dan jauh lebih hemat energi dibanding teknologi lain yang sudah ada," kata Wang.

Prototipe saat ini hanya dapat menyerap sekitar 20 persen berat dalam air. Namun diperkirakan dengan menggunakan jenis MOF lainnya, bisa meningkatkan perolehan air dua kali lipat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.