Sukses

Sanksi Cukur Rambut Paksa PNS Perempuan Tuai Kontroversi

Komandan Federal Road Safety Corp di Nigeria memotong rambut perempuan yang merupakan anak buahnya sebagai bentuk hukuman.

Liputan6.com, Abuja - Seorang komandan dari Federal Road Safety Corp Nigeria (FRSC) menerapkan hukuman yang absurd. Ia menerapkan hukuman potong rambut secara paksa kepada sejumlah perempuan yang menjadi anak buahnya.

Sejumlah foto yang menunjukkan praktik hukuman itu beredar di akun media sosial Facebook milik FRSC Negara Bagian Rivers, Nigeria.

Sejumlah gambar itu menunjukkan aksi sang komandan memotong rambut para perempuan anggota FRSC.

Komandan FRSC Nigeria Memotong Rambut Anak Buah Perempuannya (FRSC Rivers State/Facebook)

Andrew Kumapayi, sang komandan, melaksanakan hukuman itu saat parade kedinasan pagi hari di kota Port Harcourt pada Senin, 10 April 2017.

Tindakan itu dilakukan sebagai bentuk pendisiplinan penampilan dan kerapihan anggota saat mengikuti parade kedinasan, seperti yang tertera pada buku peraturan resmi FRSC.

Peraturan itu menyebutkan bahwa setiap anggota yang mengikuti parade kedinasan harus 'memastikan rambutnya tertutup sepenuhnya dalam baret.'

Akan tetapi, peraturan itu tidak mengatur panjang rambut yang diwajibkan bagi anggota FRSC perempuan.

Hingga berita ini turun, sang komandan belum memberikan komentar.

Juru bicara FRSC, Bisi Kazeem, menyatakan bahwa tindakan Kumapayi 'di luar batas.' 

Asisten Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Lauretta Onochie, mengutuk pencukuran itu sebagai tindakan yang 'merendahkan martabat perempuan'.

"Perendahan martabat perempuan yang sangat kelewatan oleh Komandan FRSC di Negara Bagian Rivers Andrew Kumapayi," kicau Onochie dalam akun Twitternya, @Laurestar, sambil mengunggah sebuah bukti foto peristiwa pemotongan rambut, seperti yang diwartakan BBC, Rabu, (12/4/2017).

Kini sang komandan telah diskors untuk pemeriksaan lebih lanjut. Orang lain yang turut terlibat juga ikut diperiksa.

"Penyelidikan sedang berjalan dan sanksi yang diperlukan akan diberikan kepada sejumlah orang yang terlibat," tutup Kazeem kepada News Agency of Nigeria seperti yang dikutip oleh BBC.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.