Sukses

Tertua di Dunia, Sekilas Riwayat Gereja Koptik Mesir

Ternyata Gereja Koptik di Mesir merupakan salah satu gereja (perhimpunan jemaat) tertua di dunia, bahkan sebelum berdirinya Gereja Roma

Liputan6.com, Jakarta - Dua Gereja Kristen Koptik di Mesir menjadi target serangan terorisme pada 9 April 2017. Insiden di tengah ibadah Minggu Palma di rumah ibadah di Tanta dan Alexandria menewaskan setidaknya 44 orang.

Penganut Kristen Koptik adalah minoritas di Mesir, jumlahnya sekitar 10 persen dari populasi 91 juta orang. Teologinya berdasarkan ajaran dari Rasul Markus -- yang mengenalkan ajaran Kristen ke Negeri Piramida.

Gereja Koptik di Mesir adalah gereja Kristen tertua sedunia, bahkan bertarikh hingga tahun 42 M.

Menurut Uskup Eusebius dari Caesarea, senada dengan tradisi Koptik, disebutkan bahwa Santo Markus penginjil adalah pendiri sekaligus uskup pertama Gereja Alexandria (Iskandariyah), bahkan sebelum Gereja Roma dibentuk.

Pada 310 Masehi, Eusebius menuliskan dalam tulisan "Sejarah Gereja" berbahasa Yunani demikian, "Nah, mereka mengatakan bahwa Markus adalah yang pertama pergi ke Mesir untuk menyebarkan Injil, yang telah dituliskannya, dan menjadi yang pertama mengorganisasikan gereja-gereja di Alexandria."

Dikutip dari Ancient Originis pada Senin (10/4/2017), dijelaskan bahwa Santo Markus adalah salah satu pencatat kitab Injil. Informasi kedatangan Markus juga dicatat dalam Babad Eusebius, yang menyebutkan ketibaan Markus pada tahun ke-3 masa kekuasaan Kaisar Claudius, sekitar 41-42 atau 43-44 M. Saat kedatangan itu tidak sampai 10 tahun setelah kematian Yesus yang secara tradisi diduga terjadi pada 33 M.

Pandangan tradisional Mesir tentang riwayat awal Gereja Koptik sepakat dengan penjelasan peran Santo Markus sebagaimana yang dijelaskan oleh Eusebius, tapi ada perbedaan mengenai waktu ketibaan Santo Markus di Mesir.

Sawirus ibn al-Muqaffa menjelaskan, "Pada tahun ke-15 setelah Kenaikan Yesus (sekitar 48 Masehi), Petrus mengirim Santo Markus, sang romo dan penginjil, ke kota Alexandria untuk mengabarkan kabar baik (Injil) di sana."

Sejarah Patriarki yang digarap oleh Sawirus ibn al-Muqaffa sebenarnya merupakan ikhtisar beberapa generasi sejarah gereja Mesir yang mengacu kepada beberapa sumber Koptik mula-mula, yang kemudian disunting dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada Abad ke-11.

Ada lebih banyak informasi kehidupan Markus di Mesir yang ditemukan dalam catatan oleh Sawirus, dan diduga berasal dari sumber-sumber sebelumnya. Catatan yang dikenal sebagai "Kisah Markus" (Acts of Mark) itu memberikan perincian tentang kegiatan Markus di Mesir, termasuk matinya sebagai seorang martir di Alexandria.

Kisah Markus mengumpulkan beberapa tradisi wicara (oral) mula-mula dan menempatkannya dalam narasi yang lebih luas, menjelaskan perincian misi oleh Markus dan akhirnya sebagai martir di Alexandria.

Tanggal tepat komposisi Kisah Markus tidak diketahui, tapi tradisi-tradisi demikian dapat ditelusuri hingga setidaknya akhir Abad ke-4 hingga awal Abad ke-5.

Kisah Markus mencantumkan dua tradisi dalam satu narasi tunggal. Pertama adalah tentang pendirian gereja di Alexandria oleh Markus. Ke dua tentang kematian Markus sebagai martir sekaligus memberikan penjelasan tentang pendirian gereja martir di kawasan-kawasan pinggiran Alexandria.

Dokumen itu aslinya ditulis dalam bahasa Yunani dan Koptik, tapi kemudian diterjemahkan dalam beberapa bahasa lain. Secara garis besar, dikisahkan bahwa, ketika para rasul mendapatkan perintah untuk melakukan misi, Markus mendapat tugas ke Mesir dan daerah-daerah sekitarnya.

Pertama-tama ia pergi ke Kirenia (di Libya) dan meraih banyak orang menjadi Kristen. Ketika berada di Kirenia, Markus mendapatkan terawangan untuk pergi ke Alexandria. Sejumlah versi lain menyebutkan bahwa ia sebenarnya memang warga Kirenia.

Ilustrasi penyembuhan Ananias oleh Santo Markus. (Sumber Cima da Conegliano, Web Gallery of Art/ranah publik)

Ia tiba di Alexandria pada keesokan harinya dan pergi ke suatu tempat bernama Mendion. Menjelang memasuki kota, tali kasutnya rusak dan ia mencari tukang sepatu untuk memperbaikinya. Ketika sedang memperbaiki kasut, tukang itu cedera tangan kirinya dan ia menjerit "Tuhan itu esa". Markus kemudian menyembuhkan tangan perajin itu dalam nama Yesus.

Sebagai rasa syukur, perajin itu mengundang Markus untuk makan bersama di rumahnya. Di situlah Markus mulai mengabarkan Injil Yesus dan menceritakan beberapa nubuatan terkait Kristus.

Tukang sepatu itu mengaku tidak pernah mendengar tentang itu, walaupun akrab dengan kisah Iliad dan Oddyssey yang diajarkan kepada warga Mesir sejak mereka masih kecil.

Pria itu kemudian menjadi Kristen dan ia beserta seluruh keluarganya dibaptis, demikian juga dengan beberapa orang lain. Nama perajin itu adalah Ananias, walaupun ada juga yang menyebutnya Anianus.

Kemudian beberapa orang penting di kota itu marah melihat peralihan iman tersebut dan berencana membunuh Markus. Penginjil itu memutuskan untuk pergi meninggalkan Alexandria menuju Pentapolis di Afrika Utara, lalu menjadi uskup di sana, bersama dengan 3 penatua, yaitu Milaius, Sabinus, dan Cerdo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kembali ke Alexandria dan Amuk Massa

Les Très Riches Heures du duc de Berry, Folio 19, Musée Condé, Chantilly. (Sumber Musée Condé/ranah publik)

Setelah absen selama 2 tahun, Markus kembali ke Alexandria dan mendapati bahwa komunitas Kristen di sana telah berkembang, bahkan ada sebuah gereja dibangun di Boukolou.

Namun demikian, sejumlah warga sekitar geram dengan pencapaian itu. Pada tahun tersebut, perayaan Paskah bertepatan dengan festival dewa Serapis pada 24 April. Di bawah hasutan, beberapa kelompok orang memasuki gereja, meringkus Markus yang di tengah acara, mengalungkan tali pada lehernya dan menyeretnya di jalan-jalan Alexandria hingga dagingya mengelupas.

Malam itu, Markus dijebloskan dalam penjara. Selagi dalam penjara, Markus disebut-sebut menerima kunjungan malaikat dan bahkan Yesus sendiri. Markus menerima kalimat-kalimat penguatan agar tabah.

Pagi berikutnya, pada 25 April, kelompok-kelompok tersebut mengeluarkan Markus dari penjara dan lagi-lagi menyeretnya berkeliling kota hingga ia wafat.

Kelompok orang itu kemudian membuat kobaran api di tempat bernama Angeloi, lalu mencoba membakar jasad Markus di sana. Tapi, menurut legenda, mendadak turun badai hebat sehingga orang-orang itu kabur ketakutan.

Kemudian, jemaat Kristen di sana mengurusi jasad Markus dan membawanya untuk dikuburkan dalam gereja yang terletak di pinggiran timur Alexandria.

Menjelang abad ke-4, ketika dokumentasi dimulai, daerah di pinggiran kota yang dimaksud adalah "ladang tempat sapi". Tapi, menurut sejarawan Josephus, pada abad pertama kawasan itu merupakan lingkungan kaum Yahudi.

The Martyrdom of St. Mark karya Fra Angelico (1395-1455). (Sumber Web Gallery of Art/ranah publik)

Salah satu penghargaan mula-mula terkait mati syahid Santo Markus di Alexandria tertera dalam puisi oleh St. Paulinus dari Nola di pantai barat Italia yang hidup pada 352 hingga 431 M.

Ia ditahbiskan menjadi imam pada Natal tahun 395 M dan menjadi uskup di Nola pada 409 M. Selain amat dikenal sebagai pujangga Kristen, ia memberikan kesaksian eskternal mula-mula tentang tradisi terkait matinya Markus sebagai martir di Alexandria.

Dalam salah satu puisinya, ia menyebutkan adanya konflik antara Markus dengan kultus Serapis di Alexandria sehingga memicu kepada pemenjaraan dan wafatnya Markus.

Akhirnya, pada abad ke-9, legenda menyebutkan ada 2 atau 3 pedagang ambisius dari Venesia, Italia, yang berhasil menyelundupkan jasad Santo Markus dari makamnya di Alexandria. Pada 828 M, Markus menggantikan St. Teodora yang adalah santo pelindung pertama Venesia. Suatu basilika baru pun dibangun di sana untuk penghormatan kepada Santo Markus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.