Sukses

Mengamuk dan Memaki Saat Bekerja Tanda Anda Bos yang Gagal

Seorang miliarder properti memberi saran bahwa berteriak, mengamuk dan memaki adalah tanda bos yang gagal karena tak bisa mengontrol dirinya

Liputan6.com, Chicago - Ketika bos pemilik agen properti raksasa di Chicago, Bryan Sonn, tengah murka, ia akan berteriak-teriak kencang. Dengan lantang ia memaki dan kadang meninju atau melempar martil hingga membuat lubang di tembok ketika ia kesal dengan hasil konstruksi bisnis perumahaannya.

"Jika saya tak suka dengan para tukang dan staf yang telah lakukan, saya tinggal ambil martil besar dan memukul pekerjaan mereka sambil mengatakan, 'sekarang kamu perbaiki,'", kata Sonn.

Pengakukan aksi kejinya sebagai bos ia ungkapkan kepada miliarder properti Sean Conclon dalam acara TV CNBC, 'The Deed: Chicago'.

Dikutip dari Asia One pada Minggu (9/4/2017), Conlon yang juga pembawa acara itu merasa dirinya seperti Sonn.

"Saya dulu sangat menyedihkan. Saya gampang marah, berteriak dan memaki orang lain," ujar Conlon.

Miliarder Conlon berimigrasi ke AS dari Irlandia tahun 1990 dengan membawa uang US$500 saja. Untuk bertahan hidup ia bekerja sebagai janitor dan berusaha keras agar namanya terkenal di perusahaan real estate Chicago.

Tahun 1996, hidup Conlon berubah. Meroket, ia menjadi miliarder. Kemudian, ia mendirikan bisnis agen properti di Chicago. Kini ia memiliki 40 pekerja dan 250 agen real estate.

Sukses dengan keberhasilannya, Conlon ingin membantu para investor dan agen properti lainnya agar bisa seperti dirinya. Salah satunya adalah membuat serial televisi The Deed, di mana ia mencari siapa yang butuh bantuannya.

Dan kali ini, Bryan Sonn adalah orangnya.

Melihat perilaku Sonn yang mudah naik pintam dan emosian, Conlon mengatakan justru itulah kenapa Sonn tak bisa sukses bahkan cenderung gagal.

"Saya bilang kepada Anda, ketika Anda meninggikan suara Anda, itu berarti Anda tak bisa mengontrol diri Anda sendiri. Itu menunjukkan Anda lemah, " kata Conlon kepada Sonn.

"Itu memperlihatkan Anda kehilangan kontrol dan berarti itu gagal," lanjutnya.

Tempramen Sonn yang seperti itu membuat sekelilingnya tak nyaman. Itu berarti tak bagus untuk bisnis, kata Conlon.

"Ketika Anda --sebagai bos-- sudah berteriak-teriak kepada anak buah Anda, mereka justru enggan memberikan kontribusi ide atau masukkan yang bisa saja cemerlang," saran Conlon.

"Ini akan berdampak pada tim anda. Jika Anda mengingikan perusahaan demokratik, itu berarti anak buah Anda atau siapapun akan mberikan masukan dan banyak ide," terang Conlon.

"Namun, jika Anda berteriak dan memaki, Anda pikir orang akan mendatangi Anda memberikan saran? Tidak! Yang ada mereka akan meninggalkan Anda," lanjutnya.

Dalam episode mendampingi Sonn, Conlon membantu pria itu untuk membangun kembali sebuah rumah di kawasan elite Chicago, South Side. Conlon juga membantu kemampuan Sonn untuk menjadi pemimpin yang baik.

Di akhir epiode itu, partner bisnis Sonn, Mark Ainley melaporkan adanya perubahan drastis dari tempramen Sonn dan usahanya untuk memuat bisnisnya mereka membaik mulai terlihat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini