Sukses

Banjir Pencari Suaka, Ujian Terberat Uni Eropa

Dubes Uni Eropa untuk Indonesia mengungkapkan tantangan terbesar Benua Biru adalah tingginya angka pencari suaka.

Liputan6.com, Jakarta - Akhir tahun 2015 telah terjadi peningkatan drastis pencari suaka ke Eropa. Mereka datang dari negara-negara konflik terutama Suriah, Irak, Afghanistan dan sejumlah negara di Afrika Utara termasuk Libya dan Somalia.

Laporan tahun 2015 menyebut Uni Eropa dibanjiri lebih dari 1,3 juta pencari suaka. Paling banyak di Jerman.

Apalagi konflik di Suriah belum terlihat tanda-tanda mereda. Yang terbaru telah terjadi serangan bom gas sarin yang menewaskan lebih dari 70 orang di Idlib.

Terkait hal itu, pencari suaka ke negara-negara Eropa diramalkan tak akan berhenti di tahun ini. Hal itu dianggap sebuah tantangan bagi Uni Eropa. Demikian seperti diungkapkan oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Guerend kepada Liputan6.com dalam sebuah wawancara khusus di kantornya di Jakarta pada Kamis 6 April 2017.

"Betul, kami banyak kedatangan orang dari Afrika, Asia, dan Timur Tengah menuju pantai-pantai Eropa untuk mencari suaka," kata Dubes Guerend.

"Angkanya besar, sekitar 1 juta orang padahal biasanya setiap kami hanya kedatangan sekitar 100 ribuan.

Menurut Dubes Guerend, hal itu membawa tantangan tersendiri bagi negara-negara Eropa dan juga masyarakat Eropa.

Meski demikian, masyarakat Uni Eropa tetap mempersilahkan para pencari suaka datang ke negerinya.

"Tingginya angka pencari suaka tantangan tersendiri bagi negara-negara Eropa dan juga masyarakat Eropa. Namun, Uni Eropa akan menjaga tradisinya untuk mempersilahkan para pencari suaka," tandas Dubes Guerend.

"Kami tetap menjadi kesatuan yang mempersilahkan para pencari suak karena itulah nilai-nilai kami untuk melindungi mereka yang menderita tekanan di negerinya sendiri, karena apa yang mereka percaya atau etnis mereka, karena agama mereka," tegas Dubes asal Prancis itu.

Meski demikian, Uni Eropa tegas terhadap pencari suaka yang menjadi ekonomi imigran yang sekedar ingin kehidupan yang lebih baik.

Oleh sebab itu, Dubes Guerend berharap negara-negara transit dan negara asal para imigran ekonomi itu mampu bekerja sama dengan Uni Eropa untuk menghentikan laju tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.