Sukses

AS Intervensi Perang Suriah, Rusia Tuntut Aksi Balasan

AS meluncurkan lebih dari 50 rudal tomahawk ke sejumlah target di Suriah, menandai intervensi perdananya dalam perang saudara di negara itu.

Liputan6.com, Moskow - Rusia mengutuk serangan yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) ke Suriah. Moskow menyebutnya sebagai 'tindakan agresi melawan anggota PBB'.

Kekuatan militer AS menembakkan lebih dari 50 rudal tomahawk terhadap sejumlah target di Suriah. Peristiwa ini tak lama setelah serangan kimia mematikan yang menewaskan lebih dari 70 orang pada Selasa lalu.

Berbicara kepada kantor berita RIA, Viktor Ozerov, ketua komite pertahanan di Dewan Federasi Rusia mengatakan, pihaknya akan menuntut langkah balasan terhadap Negeri Paman Sam.

"Serangan AS ke basis angkatan udara Suriah dapat merusak upaya dalam memerangi terorisme di Suriah. Rusia akan mendesak segera diselenggarakannya pertemuan DK PBB setelah serangan udara tersebut," tegas Ozerov seperti dilansir Newshub, Jumat, (7/4/2017).

"Ini merupakan tindakan agresi terhadap anggota PBB," imbuhnya.

Rusia sebelumnya telah mengancam AS dengan 'konsekuensi negatif' sebelum serangan terjadi.

"Kita harus memikirkan konsekuensi negatif dan semua tanggung jawab jika tindakan militer diambil," ungkap Wakil utusan Rusia untuk PBB Vladimir Safronkov.

Serangan puluhan rudal tomahawk ini merupakan aksi militer pertama AS di Suriah sejak perang sipil meletus di negeri pimpinan Presiden Bashar al-Assad enam tahun lalu.

Menurut Alexander Gillespie, seorang profesor AS, serangan perdana tersebut terancam akan membuat Washington berhadapan langsung dengan Moskow di medan perang Suriah mengingat selama ini yang terjadi adalah proxy war.

"Itu (serangan AS) meningkatkan segalanya, sangat berbahaya," ujar Gillespie.

"Skenario yang jadi mimpi buruk adalah Rusia -- masalahnya, Rusia terikat perjanjian pertahanan dengan Suriah sejak tahun 1972," jelasnya.

Rusia saat ini menempatkan pasukan dan rudal anti-serangan udara di seluruh wilayah Suriah. Terkait hal Gillespie berpendapat, jika serangan AS sengaja mengenai Rusia, maka hal tersebut akan 'buruk -- bahkan sangat sangat buruk'.

Negeri Beruang Merah bisa saja menggunakan sistem pertahanan udara mereka untuk menghalau serangan AS di wilayah udara Suriah. Bahkan menembak jatuh pesawat AS.

Namun Gillespie mengatakan, Rusia kemungkinan besar akan menunggu waktu yang tepat untuk membalas.

"Rusia sangat baik dalam menarik napas dan menunggu. Putin ingin balas dendam dalam situasi dingin, dia menunggu segalanya tenang dulu," ujarnya.

Serangan AS dinilai cukup mengejutkan. Pasalnya, sebelumnya Trump berulang kali menunjukkan sikap tidak tertarik mengintervensi perang Suriah.

"Jika Obama menyerang Suriah dan orang-orang tidak bersalah terluka dan terbunuh, dia dan AS akan terlihat buruk," kicau Trump di media sosial pada 31 Agustus 2013 lalu.

Lantas pada 9 September 2013, sosok kontroversial itu kembali mencuit, "Jangan serang Suriah -- sebuah serangan tidak akan membawa apapun tapi bencana bagi AS. Fokus saja untuk membuat negara kita lebih kuat dan hebat lagi!".

Media mencatat, setidaknya Trump pernah berkicau 14 kali soal sikapnya yang menentang intervensi AS di Suriah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini