Sukses

Studi: Merokok Penyebab 1 dari 10 Kematian di Seluruh Dunia

Angka kematian bisa meningkat jika perusahaan tembakau agresif menargetkan pasar baru, terutama di negara berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Menurut sebuah penelitian, merokok menjadi penyebab satu dari 10 kematian di seluruh dunia. Setengah dari korbannya berada paling banyak di empat negara yakni China, India, Amerika Serikat dan Rusia.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet tersebut menyebutkan, pertumbuhan penduduk tercatat membuat peningkatan jumlah perokok. Meskipun selama beberapa dekade sudah ada kebijakan terkait pengendalian tembakau.

Para peneliti mengatakan, angka kematian bisa meningkat jika perusahaan tembakau agresif menargetkan pasar baru, terutama di negara berkembang.

"Meskipun lebih dari setengah abad sudah ada bukti tegas dari efek berbahaya tembakau pada kesehatan, hari ini satu dari empat orang di dunia menjadi perokok harian," kata penulis senior Dr Emmanuela Gakidou seperti dikutip dari BBC, Jumat (7/4/2017).

"Merokok merupakan faktor risiko terbesar kedua atas kematian dini dan kecacatan. Untuk mengurangi dampaknya, kita harus mengintensifkan pengendalian tembakau agar mengurangi prevalensi -- jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah -- merokok dan akibat yang timbul."

Pajak Lebih Tinggi

The Global Burden of Diseases turut melaporkan berdasarkan pada kebiasaan merokok di 195 negara dan teritori antara 1990 dan 2015. Dari data itu, hampir 1 miliar orang merokok setiap hari pada 2015 -- satu dari empat pria dan satu dari 20 wanita.

Jumlah tersebut adalah pengurangan dari sebelumnya, di mana satu dari tiga pria dan satu dari 12 wanita merokok pada 1990. Namun pertumbuhan penduduk membuat peningkatan jumlah keseluruhan perokok, naik dari 870 juta pada tahun 1990.

Selain itu, jumlah kematian terkait tembakau -- lebih dari 6,4 juta pada tahun 2015 -- meningkat 4,7 persen dibandingkan periode yang sama.

Studi ini menemukan beberapa negara telah berhasil membuat para perokok berhenti. Sebagian besar melalui kombinasi pajak yang lebih tinggi, peringatan pada bungkus rokok dan program penyuluhan lebih lanjut.

Selama periode 25 tahun, Brasil telah melihat persentase perokok harian turun dari 29 persen menjadi 12 persen di antara laki-laki dan dari 19 persen menjadi 8 persen di kalangan wanita.

Namun, menurut laporan itu, Bangladesh, Indonesia, dan Filipina tak terjadi perubahan pada periode 1990-2015.

Dari data itu, jumlah perokok perempuan Rusia meningkat 4 persen dibandingkan periode yang sama. "Tren serupa juga muncul di beberapa bagian Afrika," demikian penulis studi memperingatkan.

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.