Sukses

Pokemon Go Turunkan Angka Bunuh Diri di Jurang 'Maut' di Jepang?

Aplikasi permainan berbasis telepon pintar, Pokemon Go, diduga tekan angka bunuh diri di salah satu titik favorit di Jepang

Liputan6.com, Tokyo - Jepang adalah salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia. Menurut survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, orang dewasa yang berpikir tentang bunuh diri jumlahnya 23,6 persen pada 2016. Angka tersebut naik dari 19,1 persen pada 2008 dan 23,4 persen pada 2014.

Atau dengan kata lain, hampir satu banding empat orang dewasa Jepang mempertimbangan secara serius untuk melakukan bunuh diri.

Namun, pada tahun ini, salah satu titik yang menjadi lokasi favorit sebagai tempat bunuh diri di Jepang mengalami penurunan drastis jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Anomali ini diduga akibat salah satu aplikasi permainan berbasis telepon genggam, Pokemon Go. 

Jurang Tojinbo di Prefektur Fukui terkenal dengan keindahan jurang basal tinggi nan curam yang menjulang dari dasar Laut Jepang. Nahasnya, jurang itu menjadi lokasi favorit untuk bunuh diri. 

Namun, pada tahun 2017 ini, angka bunuh diri yang terjadi diindikasikan mengalami penurunan. 

Hingga April 2017, belum ada laporan dari pihak berwenang mengenai bunuh diri yang terjadi pada Jurang Tonjibo. 

Mari bandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Sepanjang tahun 2016, dilaporkan 14 kasus bunuh diri terjadi di Jurang Tonjibo. Sementara itu, pada tahun 2015, ada 12 orang yang memutuskan meregang nyawa di jurang itu.

Dan, memasuki bulan ke-4 pada tahun 2017, belum ada satu pun orang yang 'terjun bebas' di Jurang Tonjibo. Maka, di penghujung tahun nanti, rata-rata angka bunuh diri di jurang nahas itu akan mengalami penurunan drastis jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.

Seorang veteran polisi yang terkenal sebagai petugas yang seringkali mencegah kasus-kasus bunuh diri di Jurang Tonjibo, Yukio Shige, berteori bahwa penurunan itu disebabkan oleh Pokemon Go.

Kehadiran aplikasi permainan berbasis telepon pintar itu sempat mengguncang dunia pada tahun 2016 lalu.

Permainan itu menuntut si pemain untuk menangkap pokemon, kumpulan hewan-hewan fiktif menggemaskan.

Satu hal yang menjadi permainan ini mengguncang dunia adalah, platform yang ditawarkan aplikasi itu memanfaatkan simulasi dunia nyata melalui global positioning system yang ditampilkan pada layar telepon genggam si pemain.

Sehingga, telepon genggam si pemain seakan-akan menyimulasikan sebuah alat pendeteksi pokemon. Uniknya, si pemain harus benar-benar berjalan, keluar rumah, atau bepergian ke banyak tempat untuk dapat menangkap pokemon yang tersebar di beberapa lokasi di penjuru kota. 

Dan, Jurang Tonjibo merupakan salah titik yang ramai dikunjungi pemain Pokemon Go di Jepang. Ini disebabkan karena tempat itu banyak menyimulasikan pokemon yang dapat ditangkap oleh si pemain.

Penurunan angka rerata bunuh diri di Jurang Tonjibo diduga disebabkan oleh meningkatnya pengunjung demi menangkap pokemon. Karena jurang itu telah ramai, para 'perenggut nyawa sendiri' akan enggan memilih Jurang Tonjibo untuk melakukan aksinya.

"Karena, orang yang akan melakukan bunuh diri cenderung memilih tempat yang sepi dan jarang dikunjungi orang," ujar Vicki Skorji dari Tell Lifeline, sebuah firma ahli kesehatan jiwa Jepang, seperti yang dikutip BBC, Kamis, (6/4//2017).

Shige juga berharap agar tren seperti ini dapat terus menurun hingga ke angka nol.

"Efek Pokemon Go sangat besar...aku harap kita dapat meneruskannya hingga turun ke angka nol," ujar Shige.

Tak hanya di Jurang Tonjibo, tren penurunan angka bunuh diri mulai berdampak pada seantero Jepang. Pada satu dekade lalu, angka bunuh diri di Jepang dapat mencapai angka sekitar 33.000, angka tertinggi untuk Negeri Sakura. Pada dekade ini, angka itu mengalami penurunan drastis hingga 21.000.

Bunuh diri di Jepang merupakan fenomena yang santer terjadi. Faktor-faktor yang meningkatkan stresor seseorang, seperti masalah pada sekolah, masalah pada pekerjaan, dan masalah finansial, merupakan isu yang kerap dihadapi oleh warga Negeri Matahari Terbit. 

Pakar kesehatan jiwa menekankan agar individu dan pemerintah tidak menyepelekan isu kesehatan jiwa. Diperlukan keterlibatan berbagai pihak untuk menekan angka bunuh diri di Jepang hingga ke batas paling minimum.

Dan, sebesar apapun penurunan angka bunuh diri yang terjadi, orang-orang seperti Yukio Shige akan tetap siap sedia di seantero Jepang, untuk menolong dan menawarkan bantuan kepada para calon 'perenggut nyawa sendiri'.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.