Sukses

Raja Salman Kutuk Serangan Bom di Stasiun Kereta Rusia

Raja Salman mengutuk dan mengecam tindakan pengeboman di St Petersburg Rusia.

Liputan6.com, Riyadh - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz melakukan komunikasi lewat telepon dengan Presiden Rusia, Vladmir Putin. Kesempatan tersebut digunakan untuk menyampaikan rasa duka cita dan simpati atas insiden bom di St Petersburg.

Kepada Putin, Raja Salman menyatakan mengutuk dan mengecam keras tindakan teroris itu yang telah menelan beberapa korban jiwa.

Menurutnya, sikap Arab Saudi atas seluruh serangan teroris tetap sama dan tak pernah berubah. Mereka menolak tindakan dan manifestasi terorisme di seluruh dunia.

Untuk itu, Raja Salman menekankan upaya bersama dunia sangat penting dalam menangani dan menghapus semua tindakan terorisme tersebut.

Putin pun menyampaikan terima kasih besar atas kepedulian dan ucapan duka yang disampaikan Raja Saudi itu. Mereka setuju meningkatkan kerjasama bilateral memberantas terorisme.

Sebelum menelpon Putin, Raja Salman lewat pesan resmi telah menyampaikan ucapan duka atas kejadian di St Petersburg.

"Kami menerima kabar tentang adanya aksi pengeboman di St Peterseburg, kami mengecam tindakan kriminal ini," sebut pesan resmi Raja Salman seperti dikutip dari Al-Awsat, Rabu (5/4/2017).

Tersangka pengeboman stasiun kereta bawah tanah di Saint Petersburg, Rusia, telah teridentifikasi. Peristiwa tersebut terjadi pada 3 April lalu dan menewaskan 14 orang, termasuk pelaku, serta melukai lebih dari 40 lainnya.

Menurut pejabat senior intelijen Kyrgyztan, Rahat Sulaimanov, tersangka bernama Akbarjon Djalilov. Ia adalah pemuda kelahiran Kyrgyztan berkewarganegaraan Rusia berusia 20-an tahun.

"GKNB Kyrgyztan dan FSB Rusia bekerja sangat dekat. Namun dalam kasus ini, informasi lain akan diberikan dari Moskow, karena Djalilov hanya berkewarganegaraan Rusia," ujar Sulaimanov seperti dikutip dari ABC News, Rabu (5/4/2017). GKNB adalah badan keamanan Kyrgyztan dan FSB adalah badan intelijen dari Rusia.

Sulaimanov mengatakan, ia tak dapat menentukan apakah serangan itu merupakan bom bunuh diri. Namun, otoritas Rusia telah menyatakan itu sebagai bom bunuh diri.

"Meski tersangka tinggal di Rusia dalam beberapa tahun terakhir, ia kemungkinan masih memiliki kerabat di Osh," ujar Sulaimanov, merujuk pada kampung halaman tersangka di Kyrgyztan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.