Sukses

Kursi VIP untuk Tentara AS Bikin Profesor Ini 'Nyaris Muntah'

Profesor sejarah dari Drexel University, Philadelphia itu mengkritik lewat twitternya. Ada yang kontra dan pro.

Liputan6.com, Washington, DC - Seorang pria yang ternyata profesor sejarah geram dan mengklaim 'nyaris muntah' kala melihat seorang penumpang pesawat memberikan kursi VIP atau kelas satu kepada seorang tentara tak berseragam. Ada apa gerangan?

George Ciccariello-Maher, asisten profesor di Drexel University, Philadelphia mengungkapkan kegeramannya di Twitter, "Ada seorang pria memberikan kursi VIP kelas satunya kepada tentara tak berseragam. Orang-orang banyak yang berterima kasih kepada pria murah hati, semantara aku mencoba untuk tak muntah atau berteriak tentang Mosul."

Dikutip dari The Independent, Jumat (31/3/2017), para netizen banyak yang mengomentari kicuan Maher. Ada yang setuju ada pula yang tidak.

Salah satunya akun menimpali, "Aku bekerja untuk veteran Vietman yang menderita PTSD (Post Traumatic Stressed Disorder). Kicauan ini membuat saya sakit perut."

Ungkapan senada ditulis oleh akun lain. "Jelas sangat menjengkelkan melihat orang sinis kepada pria yang telah menciptakan perbedaan di dunia ini."

Namun, tak sedikit yang mendukung pernyataan Maher.

Akun yang mengaku mantan tentara mengatakan, "tugas militer di negara AS itu begitu menyedihkan."

Sementara orang lain mengatakan, "Aku bingung, mengapa guru dan suster tidak diminta untuk naik pesawat lebih dulu. Apakah pekerjaan mereka tidak cukup bernilai?"

Bukan kali pertama profesor sejarah George Ciccariello-Maher ini menyindir peran militer AS dalam perang proxy. Pada musim dingin lalu, secara satir, ia pernah mengatakan, "all I want for Christmas is white genocide", memperodikan lagu natal "all I want for Christmas is you..."

Selain itu, kemarahan profesor sejarah tersebut dipicu dengan pernyataan AS baru-baru yang mengatakan pihaknya mengakui terlibat dalam serangan udara yang menewaskan 200 warga sipil Mosul dalam perang yang mengklaim melawan ISIS.

Kicauan Maher dalam Twitter yang ia 'kunci' hanya untuk pengikutnya di-share lebih dari 2.000 kali dan mendapat 1.000 komentar.

Kepada New York Daily News, ia mengatakan kicauannya disalahterjemahkan oleh media-media sayap kanan AS. Dan pernyataannya itu di luar dari kebijakan kampus tempat ia mengerti.

"Saya hormat mereka yang mencoba keluar dari kesulitan ekonomi, entah itu guru, pekerja bangunan, migran ekonomi maupun tentara muda," kata profesor itu.

"Yang saya tidak hormati adalah invasi brutal okupasi AS di Irak yang tidak membuat hidup lebih aman," tambahnya.

Juru bicara Drexel University mengatakan komentar Maher dibuat di luar kelas dan tidak mewakili pandangan perguruan tinggi itu.

"Drexel mendukung siapapun itu, entah siswa yang pernah mengikuti pendidikan militer atau tengah melakukannya, veteran, alumni dan lainnya yang bekerja di militer AS," kata juru bicara universitas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini