Sukses

26-3-2010: Rudal Korut Tenggelamkan Kapal Militer Korsel

Sekitar pukul 21.30 waktu setempat. Kapal Cheonan milik Korsel yang tengah berlayar, tiba-tiba meledak. Korut menjadi tertuduh.

Liputan6.com, Pyongyang - Hubungan dua negara serumpun di Asia Timur, Korea Utara dan Korea Selatan memanas pada 7 tahun silam, 26 Maret 2010. Saat itu, kapal angkatan laut Korea Selatan diserang rudal oleh militer Korea Utara. Akibatnya 46 orang tewas.

Kejadian tersebut terjadi di laut perbatasan antara Korut dan Korsel pada malam hari, sekitar pukul 21.30 waktu setempat. Kapal Cheonan yang tengah berlayar, tiba-tiba meledak. Mengancam 104 orang di dalamnya.

Seperti dimuat BBC, Presiden Korsel kala itu, Lee Myung-bak langsung menggelar rapat terbatas dan memerintahkan aparat militer bergerak ke lokasi kejadian.

Tak lama kemudian, laporan mengemuka bahwa kapal Cheonan diserang rudal torpedo dari arah utara. Ditemukan juga bahwa serangan mengenai moncong depan kapal.

Laporan ini mengarah dugaan bahwa Korut sebagai pelaku penyerangan ke kapal Korsel.

Pihak Korsel menunding Korut melakukan serangan torpedo ke kapalnya dan menuntut Korut untuk meminta maaf. Namun yang dimintai permitaan maaf malah membantah dan menolak.

Saat itu, kedua negara memang sedang bersitegang terkait rencana peluncuran rudal oleh Korut. Mereka juga tengah bersengkata terkait perbatasan laut dalam dua bulan terakhir.

Pada Januari 2010, Korut meluncurkan rudal artileri ke laut dekat perbatasan, sebagai bagian dari latihan militer. Korsel pun tak mau kalah, juga menembakkan rudal ke laut yang sama. Beruntung tak ada korban jiwa dalam aksi tersebut.

Insiden laut antara Korut dan Korsel ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya pernah berlangsung tiga kali, yakni pada tahun 1999, 2002, dan yang terakhir tahun 2009 saat kapal patroli diserang dan mengakibatkan 1 orang tewas.

Dalam tragedi 2009 tersebut, Korsel menegaskan bahwa Korut telah melanggar perbatasan laut, sehingga Korsel menyerang balik. Sementara Korut bersikeras tak melanggar.

Hingga saat ini pun, hubungan kedua negara belum akur. Masih terjadi "perang dingin" dan belum tanda-tanda perdamaian.

Sejarah lain mencatat pada 26 Maret 1989 terjadi pemilihan umum pertama kalinya di Uni Soviet. Sebanyak 190 juta orang memberikan suara; pemilu ini dimenangi oleh Boris Yeltsin. Kemudian pada tanggal yang sama tahun 2000, Vladimir Putin terpilih menjadi Presiden Rusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini