Sukses

Polisi Masih Tahan 2 Pria Inggris Diduga Terkait Teror London

Sejauh ini polisi tengah mencoba untuk menentukan apakah penyerang pelaku teror London bekerja sendiri atau atas perintah kelompok lain.

Liputan6.com, London - Tujuh dari 11 orang yang ditangkap diduga terkait teror London di Jembatan Westminster telah dibebaskan. Polisi mengatakan tak ada kelanjutan dari mereka yang sudah dikeluarkan.

Kendati demikian, polisi metropolitan setempat mengatakan masih ada dua pria Inggris yang ditahan terkait teror London itu. Melansir dari BBC, Sabtu (25/3/2017), mereka yang masih dalam tahanan adalah pria 58 tahun dan 27 tahun dari Birmingham.

Sementara dua perempuan dari total 11 orang yang ditangkap polisi, telah dibebaskan dengan jaminan sampai akhir Maret. Mereka adalah wanita 32 tahun yang ditangkap di Manchester, dan seorang yang berusia 39 tahun dari London timur.

Sejauh ini polisi tengah mencoba untuk menentukan apakah pelaku teror London, Khalid Masood bertindak sendirian. Mereka juga mengatakan penyelidikan tersebut terfokus pada motif dan rekan Masood.

Pada Jumat 24 Maret 2017 waktu setempat, Asisten Deputi Komisaris Polisi Metropolitan London Mark Rowley mengatakan petugas akan menyelidiki apakah Masood "bertindak benar-benar sendirian terinspirasi oleh propaganda teroris, atau diarahkan orang atau kelompok lain.

Polisi Metropolitan mengatakan Masood yang berusia 52 tahun tercatat pernah melakukan tindak kriminal sebelumnya -- bukan untuk kasus terorisme,  diketahui menggunakan sejumlah nama alias.

Sejauh ini diketahui ia terdaftar di Dartford, Kent, Inggris sebagai Adrian Russell Elms. Masood juga dikenal sebagai Adrian Russell Ajao selama masa kecilnya.

Pada awal 2000-an, ia dihukum karena menyebabkan luka berat setelah menebas seorang pria di wajah dengan pisau di sebuah pub.

Masood diyakini tinggal di West Midlands sebelum serangan pada hari Rabu, namun menghabiskan waktu di Luton, Crawley, Rye dan Eastbourne.

Tersangka Pernah Bekerja di Arab Saudi

Sementara itu, pemerintah Arab Saudi telah mengkonfirmasi bahwa Masood pernah bekerja di negara itu sebagai guru bahasa Inggris di dua tempat berbeda antara tahun 2005 dan 2009.

Kedutaan Arab Saudi di London mengatakan Masood berada di negara itu dari November 2005 sampai November 2006, dan April 2008 hingga April 2009.

Pada 2015, ia memperoleh visa Umrah - yang memungkinkan haji ke Mekah - dan berada di negara itu dari 3 sampai 8 Maret.

"Kerajaan Arab Saudi mengutuk keras aksi teror London pada Rabu 22 Maret, seperti halnya semua bentuk terorisme. Serangan pekan ini kembali menunjukkan pentingnya upaya internasional untuk menghadapi dan membasmi terorisme," tegas pihak kedutaan.

Sebanyak empat orang ditambah si pelaku tewas dalam insiden teror London. 50 orang lainnya terluka, setelah Masood mengendarai mobilnya ke arah orang-orang di Jembatan Westminster dan menikam seorang petugas yang menjaga Parlemen.

Petugas Keith Palmer meninggal karena luka tikam, sedangkan Masood ditembak mati oleh polisi.

Dua korban Masood, Aysha Frade - seorang guru berusia 40-an - dan turis AS Kurt Cochran yang berumur 54 tahun meninggal dunia pada hari Rabu. Pensiunan pembersih jendela Leslie Rhodes (75) dari Clapham, London Selatan, meninggal pada Kamis 23 Maret malam ketika mesin pendukung kehidupan nya dimatikan.

Dari 50 orang terluka dalam serangan itu, 31 di antaranya menerima perawatan di rumah sakit. Dua orang berada dalam kondisi kritis, dan satu orang memiliki luka yang mengancam jiwa.

Dua petugas masih dirawat di rumah sakit dengan luka signifikan, salah satunya diidentifikasi sebagai Kristofer Aves.

Pada Jumat 24 Maret malam juga diumumkan bahwa Tobias Ellwood --anggota parlemen yang ikut berjuang menyelamatkan nyawa Palmer -- dan menteri keamanan Ben Wallace ditunjuk oleh Dewan Penasehat Kerajaan Inggris untuk menerima penghargaan atas jasa mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini