Sukses

Studi Harvard: Tampil Sibuk Bikin Anda Dianggap Berstatus Tinggi

Liputan6.com, Cambridge - Menikmati sore hari dengan bermain golf atau pergi ke pantai saat akhir pekan dengan menginap di resor bintang lima, telah lama menjadi ukuran bagi orang-orang sukses atau memiliki status sosial tinggi.

Namun sebuah studi terbaru menunjukkan, saat ini seseorang yang terlihat selalu sibuk dan memiliki pekerjaan yang tak kunjung usai, menjadi cara baru untuk menujukkan modal sosial yang seseorang miliki.

Menurut Harvard Univeristy, kaum urban saat ini banyak yang "jatuh" dalam fenomena "humblebragging" -- membual tentang seberapa sibuk kehidupan mereka sebagai cara untuk membuktikan bahwa mereka "banyak dibutuhkan".

Frasa seperti "aku tak punya kehidupan" dan "aku sangat membutuhkan liburan" saat ini digunakan untuk menyiratkan status sosial. Memesan belanja secara online juga dinilai sebagai cara "sempurna" untuk membuktikan kepada tetangga bahwa seseorang sangat sibuk dan tak memiliki waktu bahkan untuk ke supermarket.

"Film, majalah, dan tayangan TV populer sering menyoroti besarnya uang dan waktu luang di kalangan orang kaya," ujar asisten profesor di Harvard University, Dr. Neerhu Paharia, seperti dikutip dari The Telegraph, Jumat (24/3/2017).

"Dalam beberapa waktu terakhir, menampilkan orang kaya bersantai di tepi kolam renang atau yacht, bermain tenis dan polo, atau bermain ski dan berburu, diganti oleh iklan yang menampilkan seseorang yang bekerja dalam jangka waktu lama dan memiliki sedikit waktu bersantai."

"Menampilkan seberapa sibuk seseorang di tempat kerja dan memiliki sedikit waktu untuk bersantai, merupakan sinyal status seseorang di mata orang lain," jelas Paharia.

Para peneliti menunjukkan bahwa kampanye Wall Street Journal 2016, menampilkan sejumlah selebritas yang mengeluh tentang sibuknya kehidupan mereka. Media itu memiliki slogan "Orang-orang yang tak punya waktu, meluangkan waktu untuk membaca Wall Street Journal".

Studi tersebut dilakukan di Amerika Serikat dan juga Italia, di mana kedua negara itu memiliki hasil berbeda. Orang Italia masih melihat, seseorang yang memiliki waktu untuk bersantai mewakili orang-orang dengan status sosial tinggi.

Penelitian yang dipublikasi di Journal of Consumer Reasearch tersebut, menemukan bahwa merek yang memasarkan dirinya sebagai penghemat waktu, semakin memiliki status tinggi karena orag-orang yang menggunakannya.

"Kami menemukan jenis alternatif konsumsi mencolok yang dioperasikan oleh pergeseran fokus dari berharganya dan kelangkaan barang, menjadi berharganya dan sulit di dapatnya seorang individu," ujar penulis penelitian itu dalam menyimpulkan studinya.

"Keyakinan masyarakat dengan mobilitas sosial, secara psikologis didorong oleh persepsi bahwa seseorang yang sibuk memiliki karakteristik 'dibutuhkan', membuat mereka dilihat sebagai seseorang yang langka dan dibutuhkan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.