Sukses

Efek Donald Trump, Pelayan Restoran Razia KTP Pelanggan

Akibat Trump, pertanyaan bukti legal tempat tinggal atau sejenis KTP seperti di Indonesia merupakan hal sensitif baru-baru ini di AS.

Liputan6.com, California - Ada beberapa rumah makan yang menjual minuman beralkohol wajib mempertanyakan bukti legalitas pelanggan.

Biasanya, untuk menghindari mereka yang di bawah umur menenggak minuman keras.

Namun, bagaimana jika restoran itu adalah rumah makan biasa dan pelanggan mereka jelas-jelas orang dewasa. Pertanyaan bukti legal tempat tinggal atau sejenis KTP seperti di Indoneisia merupakan hal sensitif baru-baru ini di Amerika Serikat. Hal itu terkait dengan kebijakan Donald Trump terhadap imigran.

Jadi, jika seorang pelayan tanpa alasan tertentu menanyakan kartu identitas tentu membuat pelanggan tersinggung dan menganggap ia telah berlaku diskriminasi. 

Inilah yang menimpa seorang pelanggan sebuah rumah makan di pesisir Pantai Huntington California. Brenda Carrillo mengatakan ia dan temannya ditanya bukti legalitas itu di restoran Saint Marc oleh seorang pelayan. 

Brenda mengatakan, dia pikir pelayan pria itu bercanda. "Namun, tak ada senyum di bibirnya," kata perempuan 24 tahun seperti dikutip dari The Guardian, Senin (20/3/2017).

"Tak ada indikasi bahwa ia mencoba bercanda atau menggoda kami," lanjutnya lagi.

Ia lantas mengajukan protes kepada manajer dan meninggalkan restoran lalu mempostingnya di Facebook.

Postingannya itu lantas viral.

Brenda, lahir di California dari ibu yang berasal dari Meksiko yang masuk ke AS 30 tahun lalu. Kepada LA Times, perempuan itu mengaku tak khawatir atas apa yang menimpa dirinya.

"Tapi saya lebih takut jika itu menimpa orang lain, mereka yang merupakan imigran," katanya.

"Jika ini terjadi dengan mereka, mereka pasti tak berani bersuara," ujar Brenda.

Restoran itu akhirnya memposting permintaan maaf di Facebook mereka. Mereka juga mengatakan pelayan yang telah berbuat seperti itu telah dipecat.

"Kami selalu senang dengan komunitas Pantai Huntington yang beragam. Itu berarti kami menghargai tamu kami dan melayani mereka dengan penuh hormat," tulis pernyataan restoran itu.

Restoran itu lantas menawarkan Brenda dan teman-temannya untuk menjadi tamu VIP, namun mereka menolak.

Meruncing

Isu rasial makin meruncing saat Donald Trump terpilih jadi Presiden AS. Hal itu karena selama kampanye ia kerap kali menggembor-gemborkan isu tersebut. Terutama terkait masalah imigran.

Kasus paling mematikan akibat isu imigran terjadi pada Februari lalu, ketika seorang pria memuntahkan senjatanya di bar kepada sekelompok orang yang pelaku pikir imigran dari Timur Tengah. Ternyata, mereka berasal dari India.

Satu orang tewas dan dua terluka dalam insiden itu.

Bulan Maret ini, seorang pemuda Sikh didekati seorang pria yang berteriak, "pulang sana ke negarimu," lantas menembak lengannya.

Sejumlah insiden pelarangan masuk ke AS juga terjadi. Tak hanya pengunjung berparas etnis tertentu, seorang kulit putih warga Australia sempat ditolak masuk dan diintimidasi petugas bea cukai di bandara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.