Sukses

Perdana, Jepang Gelar Latihan Evakuasi Serangan Rudal Korut

Seluruh penghuni di sekolah itu bergegas dari lapangan atletik menuju gym saat latihan evakuasi serangan rudal dari Korea Utara.

Liputan6.com, Tokyo - Anak-anak sedang bermain di lapangan dengan guru mereka di sebua sekolah dasar di Oga, Jepang, ketika sirene tiba-tiba berbunyi.

Dengan aba-aba, guru dan siswa berlindung ke tanah dan menunggu instruksi lebih lanjut.

"Ini adalah latihan," teriak seseorang melalui alat pengeras suara di kota pantai kecil di Jepang itu seperti dilansir dari CNN, Senin (20/3/2017).

"Sebuah rudal telah diluncurkan."

Beberapa saat kemudian, seluruh penghuni di sekolah itu bergegas dari lapangan atletik menuju gedung gymnastik. Mereka bergabung dengan relawan sepuh yang berbaris di sebelah anak-anak dalam kondisi duduk tenang di lantai kayu.

Ini adalah latihan evakuasi pertama Jepang guna mempersiapkan skenario serangan rudal Korea Utara (Korut) terhadap Jepang.

"Sebuah rudal jatuh sekitar 20 kilometer di lepas pantai Oga, dalam wilayah perairan Jepang," jelas suara yang terdengar di loudspeaker lain.

"Kerusakan masih belum diketahui, jadi harap tetap berlindung di dalam gym."

Usai latihan evakuasi itu, pemerintah mengucapkan terima kasih kepada para peserta di gedung olahraga itu, dan begitu hati-hati menghindari penyebutan spesifik Korea Utara.

"Pemerintah melakukan yang terbaik untuk menjalin upaya damai dengan negara lain sehingga tak menjadi sasaran tembak rudal," kata Kepala Kabinet Atsushi Odani.

"Jika mereka menembak rudal, pasukan pertahanan diri akan mencoba untuk menembak jatuh," tambah Atsushi mengacu pada angkatan bersenjata Jepang.

Sistem Pertahanan

Jepang sudah bersiap terhadap ancaman rudal balistik.

Awal Maret ini, Negeri Sakura dipandu kapal penghancur rudal dari AS, Jepang dan Korea Selatan berpartisipasi dalam latihan angkatan laut trilateral. Mereka berfokus pada peningkatan pertahanan anti-rudal.

Kapal perang menggunakan sistem pertahanan rudal Aegis dikerahkan untuk mendeteksi dini ancaman rudal.

Kapal-kapal itu juga dapat menembakkan pencegat untuk menyerang rudal balistik di awal penerbangannya, atau mengirim data pelacakan ke kapal di sepanjang jalur penerbangan rudal balistik sehingga dapat dihancurkan ketika mencapai titik tertinggi.

Kendati demikian, Jepang dan sekutu militer yang erat dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan tidak dapat menghentikan Korea Utara meluncurkan empat rudal balistik awal Maret ini.

Pemerintah Tokyo mengatakan tiga dari empat rudal yang diluncurkan dari Korut pada 6 Maret mendarat di laut kurang dari 200 mil atau sekitar 370 kilometer dari Oga, di semenanjung pantai barat Jepang.

Meskipun resolusi PBB melarang Korut mengembangkan senjata nuklir dan teknologi rudal balistik, pada tahun 2016 Pyongyang melakukan setidaknya dua tes nuklir dan menembakkan lebih dari belasan rudal.

Di pelabuhan, penduduk setempat mengaku khawatir dengan ancaman dari seberang lautan.

"Ini menakutkan...," kata Zen-ei Nishikata. "Anda tidak pernah tahu apa yang akan Korut mungkin lakukan selanjutnya."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenangan Menyakitkan

Bagi masyarakat di Oga, latihan evakuasi rudal membawa kembali kenangan menyakitkan dari masa lalu.

"Selama Perang Dunia II, kami bersembunyi di tempat penampungan dari serangan udara, memakai masker ketika mendengar suara sirene," kata Reinosuke Ishigaki, seorang penduduk berusia 89 tahun yang membantu mengkoordinasikan persiapan evakuasi bencana kota.

"Jika perang pecah dengan Korea Utara, maka Jepang akan menjadi target," tambah Reinosuke. "Dan mereka memiliki kuasa atas nuklir."

Kepala sekolah SD Oga menilai latihan evakuasi serangan rudal untuk siswa merupakan pelajaran berharga.

"Mereka masih muda tapi sebentar lagi kelas 6, jadi mereka mulai memahami apa yang dibicarakan negara dengan latihan rudal ini," kata Shin Kikuchi.

"Ancaman potensial dari rudal di luar bayangan."

Shin Kikuchi berbicara di lorong sekolah yang dihiasi dengan sosok menakutkan, yaitu Namahage -- sebuah raksasa mitos yang merupakan maskot komunitas di semenanjung Oga.

Ini adalah tradisi lokal pada malam tahun baru bagi aktor untuk berdandan menggunakan kostum jerami menakutkan dengan topeng bertaring, untuk menakut-nakuti anak-anak.

Saat program rudal balistik Korea Utara berkembang lebih canggih, warga sekarang memiliki sesuatu yang jauh lebih menakutkan dari dongeng yang membuat mereka terjaga di malam hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini