Sukses

Mufti Arab Saudi: Pembunuh yang Incar Raja Salman Musuh Islam

Ancaman mengintai Raja Salman Bin Abdulaziz al Saud dalam kunjungannya ke sejumlah negara Asia, khususnya di Malaysia.

Liputan6.com, Riyadh - Ancaman mengintai Raja Salman Bin Abdulaziz al Saud dalam kunjungannya ke sejumlah negara Asia, khususnya di Malaysia.

Untungnya, aparat Negeri Jiran berhasil membongkar plot pembunuhan dan menangkap para pelaku yang menargetkan pemimpin Arab Saudi dan rombongannya tersebut.

Mendengar kabar plot pembunuhan tersebut, Mufti Besar Arab Saudi, Shaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Al Shaikh bereaksi keras. Ia bahkan menyebut para pelaku adalah 'musuh Islam'.

"Musuh-musuh menjadi lebih marah, bingung, dan benci ketika melihat cinta yang mendalam dari orang-orang untuk Penjaga Dua Masjid Suci," kata Mufti Besar kepada situs media Arab Sabq, yang dikutip dari Gulf News, Kamis (9/3/2017).

Ia menambahkan, musuh-musuh tersebut juga tak senang melihat penghormatan politik dan sambutan penuh hormat pada Raja Salman selama kunjungannya di Asia -- Malaysia, kemudian Indonesia dan Brunei Darussalam. 

Pelajar SD bersiap menyambut kedatangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz di sekitar Istana Bogor, Rabu (1/3). Rencananya sekitar 50.000 pelajar akan berjajar untuk menyambut kedatangan Raja Arab dan Presiden Jokowi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

"Konspirasi seperti itu bukan hal luar biasa bagi para musuh Islam," kata dia.

Sebelumnya, pada Selasa, 7 Maret 2017, aparat Malaysia mengumumkan telah menahan sejumlah militan asal Yaman -- yang ditangkap jelang kunjungan pemimpin negara petro dolar tersebut.

Antara 21 dan 26 Februari 2017, aparat Malaysia menahan satu warga negaranya dan enam orang asing -- satu dari Indonesia, empat asal Yaman, dan seorang dari Asia Timur -- atas dugaan terkait dengan kelompok militan, termasuk Daesh atau ISIS.

Kepala Kepolisian Malaysia mengatakan, empat warga Yaman itulah yang merencanakan serangan pada anggota keluarga kerajaan Arab, khususnya Raja Salman.

"Empat warga Yaman, terlepas dari peran mereka yang terlibat dalam produksi dokumen perjalanan palsu, mereka juga berperan dalam mendistribusikan narkoba ... dan mereka juga berencana untuk menyerang bangsawan Arab selama kunjungan di Kuala Lumpur. Jadi, kami menangkap mereka pada saat yang tepat," kata Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar.

Warga Yaman tersebut ditangkap di Serdang dan Cyberjaya, dekat ibu kota Kuala Lumpur, atas dugaan terkait dengan kelompok pemberontak Yaman.

Dua dari mereka adalah koki sebuah restoran Yaman dan mahasiswa universitas swasta, dua lainnya diduga pengangguran. Usia yang ditangkap berkisar 26-36 tahun.

Polisi menyita sejumlah paspor dari berbagai negara yang kesemuanya palsu dari keempatnya, juga uang tunai senilai 270 ribu ringgit dalam berbagai mata uang.

Sementara, dua dari tujuh orang ditangkap pada akhir Februari -- WN Malaysia dan WN Indonesia -- berencana untuk meluncurkan serangan besar-besaran menggunakan kendaraan yang dilengkapi bahan peledak di tengah kunjungan Raja Salman.

Keduanya diduga ambil bagian dalam aksi ISIS yang kabarnya merencanakan serangan bom mobil besar-besaran dan menargetkan Klang Valley di Kuala Lumpur, Malaysia.

Seperti dikutip dari Arab News, seorang sumber kepolisian menyebutkan, empat militan yang ditangkap berasal dari kelompok pemberontak Houthi yang telah memerangi pasukan Yaman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.