Sukses

Antek ISIS Menyamar Jadi Dokter dan Bunuh 38 Orang di RS

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan teror yang terjadi di rumah sakit militer di Kabul, Afghanistan.

Liputan6.com, Jakarta ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan teror yang terjadi di rumah sakit militer di Kabul, Afghanistan. Para militan bersenjata senapan merangsek ke fasilitas kesehatan itu dan terlibat bentrok dengan pasukan keamanan selama berjam-jam.

Setidaknya 38 orang tewas dan puluhan lainnya terluka, demikian dilaporkan pihak rumah sakit.

Serangan dibuka dengan bom bunuh diri di belakang kompleks rumah sakit. Menurut keterangan para pejabat keamanan, tiga penembak yang menyamar sebagai dokter kemudian masuk ke RS Sardar Mohammad Daud Khan dan mengambil posisi di lantai atas.

Seperti dikutip dari Guardian, Kamis (9/3/2017), Abdul Qadir, seorang karyawan rumah sakit mengaku melihat pria bersenjata berpakaian jas dokter putih, membawa senapan AK-47 dan memberondongkan peluru yang menewaskan sedikitnya satu pasien dan pekerja rumah sakit.

Mendengar suara tembakan, pasien memanjat keluar dari gedung dan berlindung di area sempit di bawah jendela luar rumah sakit yang terletak di seberang kedutaan besar AS yang dijaga ketat.

Reaksi seorang kerabat pasien setelah baku tembak sekelompok pria bersenjata dengan pasukan khusus di dalam rumah sakit militer Kabul, Afghanistan, Rabu (8/3). Kelompok Negara Islam atau ISIS mengaku sebagai pelaku serangan tersebut. (AP Photo/Rahmat Gul)

Ledakan kedua kemudian terdengar saat pasukan khusus Afghanistan melawan balik orang-orang bersenjata itu dan terlibat dalam "pertempuran sengit".

Pernyataan awal yang menyebut tiga tewas dalam insiden tersebut direvisi setelah aparat keamanan melakukan pemeriksaan pasca-adu tembak.

ISIS cabang Afghanistan mengklaim bertanggung jawab atas insiden penyerangan tersebut -- demikian dilaporkan kantor berita kelompok teror itu, Amaq.

November lalu, kelompok yang sama mengklaim bertanggung jawab atas bom bunuh diri terjadi di sebuah masjid yang ramai. Lebih dari 30 orang tewas dan puluhan lainnya luka dalam insiden itu.

ISIS juga dituduh membunuh enam pegawai Palang Merah dalam serbuan terhadap konvoi relawan kemanusiaan di wilayah timur Afghanistan.

ISIS di Afghanistan juga mengklaim setidaknya dua serangan terhadap minoritas Syiah di Kabul, Juli 2016 lalu.

Pasukan keamanan memasang garis polisi menyusul serangan militan di rumah sakit militer Kabul, Afghanistan, Rabu (8/3). Serangan tersebut didahului oleh sebuah bom bunuh diri di depan pintu masuk menuju kompleks rumah sakit. (AP Photos/Massoud Hossaini)

Presiden Afghanistan bereaksi keras terhadap insiden di rumah sakit. "Serangan itu menginjak-injak seluruh nilai kemanusiaan," kata dia.

"Rumah sakit dianggap sebagai lokasi yang steril (dalam konflik). Menyerangnya sama saja menyerang seluruh Afghanistan," ucap sang Presiden.

ISIS aktif di Afghanistan sejak 2014 dan terus mempertahankan kehadirannya di negeri tersebut -- meski tak menghadirkan ancaman eksistensial bagi Afghanistan seperti halnya Taliban.

Ratusan serangan udara AS pada tahun lalu ikut andil membatasi pengaruh kelompok teror itu ke sejumlah distrik di sekitar provinsi Nangarhar timur. Namun, serangan di rumah sakit Rabu lalu membuktikan, ISIS masih punya kemampuan untuk menyerang di luar daerah cengkeramannya.

Jenderal John Nicholson, komandan AS paling senior di Afghanistan sebelumnya mengklaim, upaya Amerika telah membunuh sekitar sepertiga dari militan Isis dan menyusutkan wilayah kelompok itu hingga dua pertiga.

Pemimpin afiliasi ISIS di Afghanistan, Hafiz Saeed Khan, tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS pada Agustus 2016 lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini