Sukses

Plot Aksi Teror yang Targetkan Raja Salman Digagalkan

Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud ke sejumlah negara Asia bukannya tanpa risiko.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud ke sejumlah negara Asia bukannya tanpa risiko. Pada Selasa, 7 Maret 2017, aparat Malaysia mengumumkan telah menahan sejumlah militan asal Yaman -- yang ditangkap jelang kunjungan pemimpin negara petro dolar tersebut.

Seperti dikutip dari Arab News, Rabu (8/3/2017), seorang sumber kepolisian menyebutkan, empat militan yang ditangkap berasal dari kelompok pemberontak Houthi yang telah memerangi pasukan Yaman.

Pasukan Yaman didukung oleh koalisi pimpinan Saudi selama dua tahun terakhir.

Raja Salman tiba di Kuala Lumpur pada 26 Februari 2017. Ia disertai 600 delegasi selama kunjungan empat hari di Negeri Jiran.

Saat ini, Raja Salman dan rombongannya--dengan jumlah lebih banyak, yakni 1.500 orang--sedang berlibur di Bali. Liburan keluarga kerajaan Arab Saudi di Pulau Dewata akan berlangsung hingga 12 Februari 2017.

Antara 21 dan 26 Februari 2017, aparat Malaysia menahan satu warga negaranya dan enam orang asing -- satu dari Indonesia, empat asal Yaman, dan seorang dari Asia Timur -- atas dugaan terkait dengan kelompok militan, termasuk Daesh atau ISIS.

Kepala Kepolisian Malaysia mengatakan, empat warga Yaman itulah yang merencanakan serangan pada anggota keluarga kerajaan Arab.

"Empat warga Yaman, terlepas dari peran mereka yang terlibat dalam produksi dokumen perjalanan palsu, mereka juga berperan dalam mendistribusikan narkoba ... dan mereka juga berencana untuk menyerang bangsawan Arab selama kunjungan di Kuala Lumpur. Jadi, kami menangkap mereka pada saat yang tepat," kata Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar.

Warga Yaman tersebut ditangkap di Serdang dan Cyberjaya, dekat ibu kota Kuala Lumpur, atas dugaan terkait dengan kelompok pemberontak Yaman.

Dua dari mereka adalah koki sebuah restoran Yaman dan mahasiswa universitas swasta, dua lainnya diduga pengangguran. Usia yang ditangkap berkisar 26-36 tahun.

Polisi menyita sejumlah paspor dari berbagai negara yang kesemuanya palsu dari keempatnya, juga uang tunai senilai 270 ribu ringgit dalam berbagai mata uang.

Laporan PBB menyebut, Yaman kini menghadapi situasi kerawanan pangan darurat. Diperkirakan 7,3 juta orang di Yaman membutuhkan bantuan segera. Sekitar lebih dari 1.000 orang tewas dalam konflik di negara itu.

Sementara, dua dari tujuh orang ditangkap pada akhir Februari -- WN Malaysia dan WN Indonesia -- berencana untuk meluncurkan serangan besar-besaran menggunakan kendaraan yang dilengkapi bahan peledak. 

Keduanya diduga ambil bagian dalam aksi ISIS yang kabarnya merencanakan serangan bom mobil besar-besaran dan menargetkan Klang Valley di Kuala Lumpur, Malaysia. 

Malaysia telah menangkap ratusan orang yang diduga terkait kelimpok militan selama beberapa tahun terakhir.

Negara di Asia Tenggara itu telah menerapkan status siaga tinggi sejak pengebom bunuh diri dan orang-orang bersenjata terkait dengan Daesh meluncurkan beberapa serangan di Jakarta, Indonesia, pada Januari 2016.

Sebuah serangan granat juga terjadi sebuah bar di pinggiran Kuala Lumpur pada Juni tahun lalu, yang melukai delapan orang. Daesh mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini