Sukses

Korea Selatan Pasang Sistem Anti-Rudal Korut yang Kontroversial

Langkah memulai instalasi sistem pertahanan itu dilakukan sehari setelah Korut meluncurkan empat rudal balistik.

Liputan6.com, Seoul - Pasca-provokasi tembakan empat rudal Korut, Militer AS mulai mengerahkan sistem pertahanan dari rudal yang kontroversial di Korea Selatan.

Unit yang diberinama Terminal High-Altitude Area Defense system (THAAD) itu dirancang untuk melindungi Korsel terhadap ancaman rudal dari Korea Utara.

Langkah memulai instalasi sistem itu dilakukan sehari setelah Korut meluncurkan empat rudal balistik yang melanggar sanksi internasional. Kendati demikian pemasangan tersebut memicu kemarahan masyarakat Korea Utara dan Selatan dan di seluruh negeri.

China sangat marah atas aktivitas yang mereka sebut sebagai pelanggaran oleh militer AS. Sementara banyak warga Korea Selatan menduga sistem pertahanan justru akan menjadi target, membahayakan orang-orang yang tinggal di sekitar lokasi militer.

US Pacific Command mengatakan, peluncuran beberapa rudal pada Senin 6 Maret waktu setempat menguatkan keputusan untuk mengerahkan THAAD ke Korea Selatan.

"Kami tegas akan menghormati komitmen aliansi kami terhadap Korea Selatan dan siap untuk mempertahankan diri, Amerika, dan sekutu kami," ujar Admiral Harry Harris, komandan US Pacific Command dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari BBC, Selasa (7/3/2017).

Dilansir dari CNN, sistem anti-rudal tersebut dirancang untuk menembak jatuh rudal yang masuk ke wilayah hunian penduduk sipil. Para ahli mengatakan, cara kerjanya mirip dengan menembak peluru dengan peluru lain.

Menteri Pertahanan AS, James Mattis dan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Han Min-koo berbicara melalui telepon minggu lalu -- untuk menyepakati pengerahan THAAD secepat mungkin.

Misil terbaru yang ditembakkan Korut dilakukan sehari setelah Korea Selatan mengatakan akan meningkatkan hadiah bagi para pembangkang Korut atau hampir sebulan setelah uji coba tipe misil terbaru, Pukguksong-2.

Pukguksong-2 juga ditembakkan dari lokasi yang sama dan bisa meluncur hingga 500 meter sebelum akhirnya mendarat di Laut Jepang.

Saat misil ditembakkan, PM Abe tengah bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump. Media Korut memberitakan peluncuran misil disaksikan oleh Kim Jong-un.

"Peluncuran misil ini jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Jelas merupakan langkah yang berbahaya," kata PM Abe di depan para anggota parlemen.

Pejabat Jepang mengatakan belum ada laporan terkait kerusakan kapal atau infrastruktur setelah misil mendarat di kawasan ZEE itu.

Juru bicara dari Departemen Pertahanan Korea Selatan mengatakan, "beberapa proyektil terbang hingga sejauh 1.000 kilometer."

Dikutip dari CNN, Senin 6 Maret 2017, aktivitas baru-baru ini dilakukan di Tongchang-ri--rumah bagi Sohae Satellite Launching Station, milik Korut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.