Sukses

Disangka Muslim dari Timur Tengah, Pria Sikh WN AS Ditembak

Sejak Donald Trump jadi presiden, ini adalah insiden kedua di mana warga India dikira berasal dari Timur Tengah dan dianggap Muslim.

Liputan6.com, Washington - Seorang pria Sikh warga negara AS yang tinggal di kota kecil Kent, sekitar 20 mil di selatan Seatle ditembak oleh sosok tak dikenal.

Menurut polisi negara bagian Washington, serangan penembakan itu masuk dalam kategori kejahatan kebencian atau hate crime. Hal tersebut karena sebelum menembak pria itu berteriak kepada pria Sikh, "Kembali kau ke negara asalmu."

Dikutip dari CNN, Senin (6/3/2017), insiden terjadi pada Jumat, 3 Maret 2017. Kala itu seorang pria bersenjata tengah berjalan di trotoar dekat perumahan dan ia menembakkan senjatanya ke lengan seorang pria Sikh.

Menurut kepala komunitas Sikh untuk kawasan Seatle, Jasmit Singh, korban adalah warga negara AS yang berasal dari Provinsi Punjab di India.

Menurut Jasmit, korban tengah berada di tempat parkir ketika seorang berkulit putih mendatanginya dan berkata, "Buat apa kamu bersihkan mobilmu?"

Percakapan mereka berubah panas dan pria itu mengancam korban dan menuduhnya seorang muslim. Ia lalu berteriak, "Pulang sana ke negaramu."

Lalu pria itu mendorong korban ke tanah dan menembakkan senjatanya hingga mengenai lengannya.

Korban sempat tak sadarkan diri. Ia dibawa ke rumah sakit setempat dan dokter mengatakan ia akan sembuh total.

"Kami telah menggelar penyidikan dan penembakan itu kami kategorikan sebagai insiden serius serta kemungkinan hate crime," kata kepala polisi Kent, Ken Thomas.

"Kami sesalkan insiden terjadi di komunitas ini dan kami sangat kecewa luar biasa," ucap Thomas. "Karena ini adalah insiden kali pertama di Kent," ujarnya lagi.

Sementara itu, FBI di Seattle akan turun langsung menginvestasi kasus ini bersama polisi Kent.

"FBI berkomitmen untuk menginvestasi kejahatan yang berpotensi hate crime," jelas juru bicara FBI untuk negara bagian itu.

Akibat dari serangan yang menyasar warga India, Menteri Luar Negeri India Sushma Swaraj mengungkapkan kekecewaannya di Twitter.

Swaraj juga telah berbicara dengan ayah dari korban dan mengucapkan belasungkawa atas insiden yang menimpanya.

Ini adalah insiden kedua warga India dikira berasal dari Timur Tengah dan dianggap Muslim semenjak Donald Trump jadi presiden.

Sebelumnya, seorang insinyur IT kelahiran India, Srinivas Kuchibhotla ditembak di sebuah bar di Kansas hingga tewas. Pelaku mengira ia adalah muslim dan berasal dari Timur Tengah atau Arab Saudi.

Kementerian Luar Negeri India telah mengontak otoritas keamanan setempat.

"Kami mendengar dari korban bahwa penembak bertanya kepadanya kapan ia kembali ke negara asalnya?" kata juru bicara Menlu India, Gopal Baglay.

Sementara itu, top diplomat AS di New Delhi, MaryKay Loss Carlson menulis dalam Twitternya, "Menyedihkan telah terjadi penembakan di negara bagian Washington. Saya berharap korban lekas pulih. Seperti dikatakan @POTUS (atau Presiden AS) kami mengutuk serangan kejahatan apa pun bentuknya."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sikh Kerap Jadi Salah Korban

Semenjak tragedi 9/11, kelompok Sikh di Amerika Serikat kerap menjadi korban salah sasaran kejahatan kebencian.

Menurut Sikh Coalition umatnya menjad target hate crime karena kepercayaan mereka mengharuskan para pria menggunakan turban dan janggut dianggap sama sama dengan Osama bin Laden, seorang muslim dan menjadi bos dalam serangan 9/11 itu. 

Korban pertama yang dikira muslim dan dijadikan sasaran kebencian terjadi pada September 2001. Seorang pria Sikh ditembak mati di pom bensin di Arizona.

Penyerang berteriak kepada korban, "Pergi kau dari sini, kembali sana ke negaramu," lalu pelaku menembak kepala korban yang tertutup sorban khas pria Sikh. 

Semenjak insiden di Arizona 15 September 2001, sejumlah laporan salah sasaran terjadi. Para pelaku mengira Sikh merupakan muslim dan sorban yang dipakai sama seperti yang dipakai pria muslim.

Pada 2012, seorang pria menembak hingga tewas pria Sikh dan melukai empat lainnya di tempat ibadah Sikh di dekat Milwaukee sebelum akhirnya pelaku bunuh diri. Penembakan terjadi beberapa minggu setelah serangan di Colorado yang menyebabkan 12 orang meninggal.

Jasmit Singh, ketua komunitas Sikh di Kent, mengatakan ada 50 ribu Sikh tinggal di negara bagian Washington. Daru jumlah itu, 30 ribu di antaranya tinggal di kawasan Kent-Renton.

"Makin banyak bukti bahwa kami menjadi sasaran kebencian karena stigma yang melekat di diri kami, yaitu sama saja dengan teroris," kata Jasmit.

Ia meminta agar Gedung Putih untuk bertindak melawan rasisme dan kebencian.

"Di masa lalu, Bush dan Obama, telah mengeluarkan pernyataan bahwa insiden yang menimpa kami dan korban lainnya yang diberi label teroris sangat tidak bisa diterima," kata Jasmit.

"Hingga kini, kami tak mendapat respons apa pun dari pemerintahan yang sekarang menjabat," ketusnya.

Sementara itu, anggota Kongres dari Partai Republik, Ami Bera mengatakan ia mengutuk serangan itu.

"Xenofobia dan rasisme tidak ada tempat di AS. Dan sebagai negara, kita harus melawan hate crime, dimulai dari sang Presiden," kata Bera yang juga anggota Indian-Amerika di Kongres.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.