Sukses

Profesor Komunikasi: Facebook Mendorong Orang untuk Bertengkar

Glenn Sparks menyebut Facebook memaksa orang untuk berbicara sembarangan dan tak mendengarkan satu sama lain.

Liputan6.com, West Lafayette - Seorang profesor bernama Glenn Sparks mengklaim bahwa Facebook membuat orang cenderung untuk bertengkar dan menderita luka emosional yang serius. Sparks juga menyebut bahwa situs jejaring sosial itu memaksa orang untuk berbicara sembarangan dan tak mendengarkan satu sama lain.

Profesor komunikasi itu mengatakan, hal tersebut terjadi karena Facebook membiarkan orang berbicara dengan nuance atau perbedaan yang sangat halus atau kecil. Hal tersebut membuat orang-orang tak dapat mengekspresikan perasaannya tentang politik atau topik sensitif lain dengan benar.

"Dalam komunikasi tatap muka, Anda tak akan meledakkan pesan politik di wajah seseorang, karena Anda memiliki waktu untuk berbincang-bincang," ujar Sparks yang merupakan seorang profesor di Brian Lamb School of Communication, Universitas Purdue.

"Facebook bukan merupakan platform yang menumbuhkan dialog hati, juga bukan tempat serius untuk mendengarkan orang lain. Teks merupakan media yang kurang tepat untuk mengekspresikan emosi, di mana emosi merupakan kunci dalam percakapan," jelas Sparks.

"Kurangnya ekspresi emosional sensitif dalam media sosial, seringkali memberikan kontribusi terhadap pusaran komunikasi yang tajam," imbuh dia.

Facebook mendorong orang untuk berteman dengan banyak orang. Tapi mereka baru menyadari bahwa kehidupan mereka terekspose kepada orang-orang yang tak benar-benar mereka kenal dan memiliki keyakinan politik yang sangat berbeda -- berakhir dengan keputusan mengakhiri pertemanan di Facebook.

"Jika orang mengingat bahwa ini adalah media sosial, mereka dapat mengingat bahwa itu dirancang untuk menghubungkan orang, tidak mempolarisasi orang," kata Sparks, seperti dikutip dari Independent, Minggu (5/3/2017).

"Namun ketika seseorang memposting, mereka sering gagal untuk merespons dengan benar. Sebuah postingan biasanya dibentuk dengan cepat dan impulsif, yang dapat berkembang menjadi ketidakstabilan dan membentuk reaksi emosional yang tak diinginkan," jelas Sparks.

Orang-orang lebih memilih untuk tak terlibat di dalam percakapan dengan topik menjengkelkan di Facebook, atau memilih berbincang tentang hal tersebut secara langsung.

"Banyak pengguna Facebook memutuskan untuk tak terlibat dalam diskusi politik di Facebook, dan orang-orang perlu melakukan apa yang terbaik bagi kebaikan mereka," kata Sparks.

"Jika postingan di Facebook seringkali menjengkelkan, carilah peluang untuk terlibat dan berdiskusi secara tatap muka. Persahabatan dan hubungan keluarga dapat diperkuat saat orang berhubungan secara langsung," imbuh dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini