Sukses

Pengalaman Traumatis Dokter India Eks Tawanan ISIS

Kaum militan ISIS memaksa para tawanan menonton rekaman aksi-aksi keji mereka di berbagai negara.

Liputan6.com, New Delhi - Seorang dokter India, Ramana Murthy Kosanam dibebaskan setelah 17 bulan ditawan oleh ISIS. Ia menceritakan pengalaman traumatisnya ketika sedang ditawan dalam kamp di Libya.

Melalui wawancara dengan kantor berita ANI, ia menuturkan bagaiman kaum militan ISIS memaksa dirinya dan sejumlah tawanan lain untuk menyaksikan serangan-serangan terhadap warga beberapa negara, termasuk Irak, Suriah, dan Nigeria.

Dikutip dari Indian Express pada Senin (27/2/2017), ia mengatakan, "Anggota ISIS memaksa kami menonton video tentang apa yang mereka lakukan di Irak, Suriah, Nigeria, dan tempat-tempat lain. Sulit rasanya untuk menonton itu."

Bicara soal kepentingan ISIS yang ingin menyebar ke India, dokter itu mengatakan bahwa kelompok itu sangat mengerti dan mempelajarinya, sehingga memiliki pengetahuan mumpuni tentang kemajuan India dalam pendidikan dan ekonomi.

Seperti dilanjutkan dokter itu, kelompok ISIS berniat menyebarkan ideologi mereka ke bagian-bagian lain dunia, termasuk India.

"Para anggota ISIS itu adalah kaum muda berpendidikan baik dan mereka tahu tentang India dan pembangunannya dan betapa majunya pendidikan, ekonomi, dan yang lainnya," kata dia.

"Mereka tertarik dengan India. Sepengertian saya, mereka ingin menyebarkan ideologi mereke ke bagian-bagian lain dunia, termasuk India."

Walaupun tidak disiksa secara jasmani, Dr. Kosanam mengalami kekerasan verbal.Ia diminta melakukan pembedahan di sejumlah rumah sakit dalam wilayah cengkeraman ISIS.

Karena menolak dengan alasan kesehatan dan kurangnya pelatihan medis untuk melakukan pembedahan, Kosanam dikeluarkan dari penjara Mahkamah dan dipindahkan ke penjara lain.

Melalui pernyatannya, ia mengatakan, "Dalam kamp tengah kota, mereka minta saya datang dan bertugas di beberapa rumah sakit. Tapi karena sudah berusia 61 tahun, saya mengidap sakit punggung dan nyeri syaraf paha kanan."

"Saya bilang ke mereka bahwa saya memiliki pendidikan medis, tapi tidak terlatih melakukan bedah. Jadi mereka menarik saya dari penjara Mahakamah dan memindahkan ke penjara lain. Saya menyaksikan segala sesuatu di sana."

Ia juga mengungkapkan bagaiman ISIS melakukan eksploitasi bahkan anak berusia 10 tahun untuk melakukan serangan-serangan.

"Anggota yang giat dalam organisasi itu kebanyakan kaum muda, saya bahkan melihat seorang pelaku bom bunuh diri berusia hingga 10 tahun, walaupun ada juga bomber yang berusia di atas 65 tahun."

Menurutnya, semua anggota kelompok itu sangat mengabdi kepada organisasi dan ketat menjalankan segala perintah khilafah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diculik ISIS

Sambil berterima kasih kepada para pejabat India yang menyelamatkannya dari cengkeraman ISIS, ia mengatakan bahwa para pejabat bekerja keras untuk mengeluarkannya dari Libya dan ia tidak akan melupakan itu.

Ia berterima kasih kepada Pemerintah India, khususnya Perdana Menteri Narendra Modi, Penasehat Keamanan Nasional, dan yang lainnya dalam tim .

"Saya juga sangat berterima kasih kepada PM dan timnya dan para pejabat lain dari Kedutaan Besar India. Saya tidak akan pernah melupakannya."

"Mereka menolong saya hingga bisa ke Kedutaan. Mereka bekerja keras menarik saya keluar dari sana."

Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj sebelumnya mencuti tentang penyelamatan Kosanam pada awal minggu lalu dan mengabarkan bahwa dokter itu menderita luka tembak.

Setelah bantuan tim pejabat India di Libya, Dr. Kosanam akhitnya di bebaskan pada 14 Februari. Ia diculik pada 8 September 2015 oleh terduga kelompok militan ISIS.

Kosanam bekerja sebagai dokter di rumah sakit Sirte dan kemudian menghilang ketika ia sedang pulang dari rumah sakit ke apartemen. Pria yang berasal dari Eluru, distrk Krishna di Andhra Pradesh, telah bekerja di Libya selama 15 tahun.

Istrinya, Bhavani Annapoorna K, tinggal bersama 2 anak mereka di desa Dondapagu di pinggiran Eluru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini