Sukses

Dialog AS-Korut Batal, Terkait Racun Pembunuh Kim Jong-nam?

Liputan6.com, Washington, DC - Pertemuan informal antara delegasi Korea Utara dengan tim yang berisikan staf ahli dari pemerintahan sebelumnya yang sejatinya digelar pada Jumat, 5 Maret batal digelar. Hal itu terjadi usai pemerintahan Donald Trump menarik dukungan dengan menolak visa dua delegasi dari Pyongyang. Desas-desus sumber dari tim AS menyebut alasannya adalah racun yang menewaskan Kim Jong-nam. 

Dialog "belakang layar" itu seharusnya digelar di New York antara tim ahli dari AS dan enam petinggi Korea yang dipimpin oleh Choe Son-hui, direktur Biro Urusan Amerika di Kemlu Korea pada Jumat 3 Maret ini. 

Donald Zagoria, National Committee on American Foreign Policy kepala organisasi yang mengorganisasi pertemuan itu, sempat mengirim email kepada para partisipan pada Jumat pagi 24 Februari. Dalam surat itu disebutkan bahwa pertemuan minggu depan bisa digelar menunggu proses visa.

Namun, dilansir dari CNN, Senin (27/2/2017), berjam-jam kemudian Zagoria mengirim mal mengatakan visa tak disetujui dan pertemuan batal.

Pembatalan persetujuan visa datang setelah Malaysia mengumumkan bahwa racun yang dipakai untuk membunuh Kim Jong-nam adalah VX nerve agent.

Racun mematikan itu adalah bahan kimia yang diklasifikasikan oleh PBB sebagai senjata pemusnah massal.

Korea Selatan telah menuduh Pyongyang di balik kematian Kim Jong-nam.

Dalam pembatalan pembicaraan itu, pejabat pemerintahan Trump tampaknya melebihi wewenang Departemen Luar Negeri, yang mendukung pembicaraan. Hal itu diungkapkan oleh salah satu orang yang berencana hadir dalam dialog itu.

"Saya pikir itu temuan racun VX yang benar-benar membuat perbedaan," kata sumber itu tentang kondisi anonimitas karena sensitivitas masalah ini.

"Seseorang melihat ini dan berkata,'tunggu sebentar, kita tidak harus melakukan ini sekarang'."

Kematian Kim terjadi setelah uji coba rudal balistik Korea Utara pada 11 Februari, yang bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dengan Presiden Donald Trump.

Abe sedang makan dengan Presiden di Mar-a-Lago resort di Palm Beach, Florida, ketika peluncuran berlangsung.

Pembicaraan informal antara AS dan Korut memungkinkan pembuat kebijakan dan para ahli untuk bertukar pandangan di luar atmosfer negosiasi formal yang terbatas. Ahli Korea Utara dan AS telah bertemu dalam pengaturan tersebut dalam beberapa tahun terakhir di Berlin dan Malaysia.

Pertemuan terakhir di AS pada 2012, ketika delegasi dari Pyongyang menghadiri konferensi tertutup di New York tentang keamanan di Asia Timur Laut. John Kerry, mantan ketua Senat Komite Hubungan Luar Negeri, bertemu dengan pemimpin delegasi Korea Utara, Ri Yong-ho, yang pada saat itu adalah wakil negara untuk "six-party talk" dengan AS, Korea Selatan, China dan Rusia atas program senjata nuklir Utara Korea. Ri sekarang menteri luar negeri Korea Utara.

Pemerintahan Obama sempat tidak menyetujui visa untuk pembicaraan di masa depan setelah Korea Utara terus memprovokasi AS dengan uji coba nuklir dan rudal.

Kelompok tim dari AS yang berencana untuk mengambil bagian dalam pembicaraan pekan depan termasuk di antaranya adalah mantan Duta Besar AS untuk China Winston Lord, lalu ada Robert Gallucci, yang menjabat sebagai negosiator dengan Korea Utara di bawah Presiden Bill Clinton; dan Victor Cha, penasihat soal Asia Presiden George W Bush; Evans JR Revere, mantan asisten menlu yang mengkhususkan diri di Korea Utara, juga dijadwalkan hadir.

Meskipun tidak ada pejabat Amerika saat ini yang dijadwalkan untuk mengambil bagian dalam pertemuan itu, dialog tersebut akan mengisyaratkan potensi untuk kemajuan di masa depan jika pemerintah Trump menyetujui visa. Para peserta dari AS juga akan mengonfirmasi pejabat Trump terkait diskusi tersebut.

"Ini akan menandai awal yang baru dan menyarankan administrasi Trump lebih terbuka untuk diskusi," kata salah satu peserta.

Terkait dengan pembatalan dialog AS-Korea Utara, juru bicara Kemlu AS, mengatakan, "pemerintah AS tidak punya rencana untuk menggelar pertemuan di New York. Kami juga tak akan memberikan detil masalah visa per individu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini