Sukses

Efek Donald Trump, 4 Orang Terkenal Ini Ditahan di Bandara AS

Kebijakan anti-imigran Donald Trump tak hanya berimbas bagi warga biasa dari negara-negara muslim, tapi juga orang terkenal.

Liputan6.com, Washington, DC - Akhir Januari 2017 lalu, AS dan dunia dikejutkan dengan Perintah Eksekutif Donald Trump.

Presiden AS itu mengeluarkan dekrit yang melarang warga dari 7 negara muslim untuk masuk ke AS. Akibatnya, petugas bea cukai dan agen perbatasan bandara-bandara di AS menyisir penumpang dari negara-negara yang dimaksud.

Kebijakan anti-imigran muslim dari tujuh negara tersebut itu tak pandang bulu. Mereka yang memegang permanent resident, green card serta visa valid dari negara-negara tersebut pun terimbas. Tak terkecuali dwi kewarganegaraan dari Kanada dan Inggris.

Ada yang tertahan hingga lebih dari 24 jam bahkan ada yang dipulangkan kembali ke negara asal berangkat. Mereka yang tengah transit di negara lain menuju AS pun tertunda keberangkatannya.

Bahkan yang bermaksud transit di AS ada yang dilarang berangkat oleh maskapai.

Kebijakan itu lantas ditentang oleh pengacara dan pengadilan beberapa negara bagian. Mereka menangguhkan perintah eksekutif Donald Trump.

Pemerintah Trump pun banding, namun tiga hakim di Pengadilan Banding Sirkuit 9 yang berkedudukan di San Francisco bersuara bulat menangguhkan kebijakan itu.

Setelah ditangguhkan, mereka yang tertahan di bandara-bandara AS pun berhasil masuk ke negeri Paman Sam.

Tapi, tak disangka, petugas perbatasan tak memperdulikan penangguhan itu. Sejumlah laporan mengatakan, mereka mencurigai orang berparas Timur Tengah, muslim dan yang pernah mengunjungi tujuh negara-negara itu.

Pemeriksaan itu mencakup orang biasa bahkan orang terkenal. Berikut adalah empat orang terkenal yang terkena dampak dari kebijakan Donald Trump. Liputan6.com mengutip dari The Guardian dan berbagai sumber pada hari Minggu (26/2/2017).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Anak Muhammad Ali

Putra petinju legendaris Muhammad Ali ditahan selama beberapa jam oleh petugas imigrasi di sebuah bandara di Florida, AS awal Februari ini. Informasi itu disampaikan oleh seorang teman keluarga tersebut.

"Muhammad Ali Jr dan ibunya, Khalilah Camacho-Ali -- istri pertama Muhammad Ali, tiba di Fort Lauderdale-Hollywood International Airport pada 7 Februari.

Mereka dari acara bincang-bincang Black History Month di Montego Bay, Jamaika. Mereka diminta ke samping ketika melalui bea cukai, karena memiliki nama yang terdengar seperti orang Arab," kata teman keluarga dan pengacara, Chris Mancini seperti dikutip dari USA Today, Sabtu 25 Februari 2017.

Petugas imigrasi membiarkan Camacho-Ali melintas setelah ia menunjukkan foto diri bersama mantan suaminya, petinju Muhammad Ali. Tapi putranya tak memiliki potret seperti itu sehingga tak diperbolehkan keluar.

Ali Jr, putra petinju legendaris Muhammad Ali. (CJ File/USA Today)

Mancini mengatakan pihak berwenang bandara menahan dan menginvestigasi Ali Jr selama hampir dua jam. Mereka berulang kali memintanya menjawab pertanyaan: "Dari mana asal nama yang disandangnya?" dan "Apakah ia seorang Muslim?"

Ketika Ali Jr menjawab bahwa ia adalah seorang Muslim, petugas terus menanyai tentang agama dan tempat kelahirannya. Ia pun menjawab bahwa dirinya lahir di Philadelphia pada 1972 dan memegang paspor AS.

Dihubungi untuk dimintai komentar melalui email pada Jumat 24 Februari 2017, juru bicara US Customs and Border Protection membalasnya, "Karena aturan ketat Privacy Act, US Customs and Border Protection (CBP) tidak dapat menberitahukan informasi tentang wisatawan individu seperti itu, namun semua wisatawan internasional yang tiba di AS tunduk pada inspeksi CBP."

Baik Camacho-Ali atau Ali Jr pernah mengalami penahanan sebelumnya.

Karena insiden yang melibatkan petugas bea cukai dianggap berada dalam ranah hukum federal, polisi setempat pun tak bisa banyak membantu karena tak memiliki yurisdiksi.

Ali Jr akhirnya dibebaskan dua jam kemudian, lalu menghubungi Mancini beberapa hari setelahnya.

Mancini mengatakan ia dan keluarga Ali berupaya mengajukan gugatan federal, dan sedang berupaya mencari tahu berapa banyak orang lain yang mengalami perlakuan serupa seperti Ali Jr.

3 dari 5 halaman

2. Sineas Suriah Gagal Hadiri Oscar 2017

Khaled Khateeb merupakan sineas film dokumenter produksi Netflix, White Helmets, seharusnya tiba di California pada Sabtu 25 Februari. Namun hingga berita ini diturunkan oleh Fox News, Khateeb masih tidak diperkenankan untuk masuk ke AS.

Padahal, Piala Oscar 2017 akan digelar pada 26 Februari malam waktu setempat.

Khateeb telah mengajukan visa untuk menghadiri perhelatan terbesar di industri perfilman itu. Namun, Associated Press melaporkan pemerintah AS menyatakan bahwa pihak berwenang dari Turki telah menahannya minggu ini.

Sineas Suriah Gagal Hadiri Oscar 2017 (Houston Chronicle)

Khateeb membutuhkan perizinan dari pihak Amerika Serikat untuk membiarkannya memasuki negara itu. Namun, izin tersebut tak kunjung didapatkan. Tidak ada pernyataan yang jelas mengapa Turki menahan Khateeb.

"Sebuah dokumen perjalanan yang sah diperlukan untuk masuk ke Amerika Serikat," kata juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri. Menurut surat yang dilihat oleh Association Press, kini pihak AS memutuskan untuk memblokir Khateeb.

Suriah adalah salah satu dari 7 negara yang dilarang masuk ke AS.

4 dari 5 halaman

3. Penulis Beken Australia Diinterogasi 2 Jam

Penulis cerita anak-anak asal Australia yang terkenal di dunia, Mem Fox, diinterogasi selama 2 jam di bandara Los Angeles pada awal bulan ini.

Menurut Fox, ia merasa secara fisik dilecehkan.

"Dalam hidup saya, saya tak pernah diajak berbicara kasar, diperlakukan tidak terhormat, dengan banyak pelecehan dan ketidaksopanan yang menjijikkan," kata Fox seperti dikutip dari The Guardian.

Penulis Terkenal Australia Nyaris Pingsan Ditahan di Bandara AS (The Guardian)

"Saya merasa secara fisik dilecehkan itulah kenapa saya nyaris pingsan selama proses itu berlangsung. Ketika saya berhasil keluar dari bandara dan masuk ke hotel, saya benar-benar ambruk dan menangis seperti bayi. Sementara... saya berusia 70 tahun," lanjut Fox.

Fox mengatakan, ia ditanya soal visanya meskipun ia sudah bolak-balik ke AS 116 kali sebelum insiden itu. Setelah dua jam diinterogasi, Fox diperbolehkan masuk AS.

Setelah tenang, ia segera menghubungi kedutaan Australia di Washington dan mengajukan keberatan serta protesnya kepada kedubes AS di Canberra atas perlakuan kasar yang menimpa dirinya.

Tak berapa lama ia mendapat email permintaan maaf dari pihak Amerika Serikat.

5 dari 5 halaman

4. Mantan PM Norwegia Tertahan di Bandara

Kjell Magne Bondevik, mantan Perdana Menteri Norwegia tak luput dari imbas Perintah Eksekutif Donald Trump. Rupanya, kebijakan itu tak pandang bulu meskipun Bondevik menggunakan paspor diplomatik dan menyebut dirinya adalah mantan orang nomor satu di negaranya.

Bondevik tertahan lebih dari satu jam di bandara Dulles Washington untuk menghadiri acara National Prayer Breakfast yang digelar oleh AS dan dihadiri Donald Trump.

Petugas tak peduli dengan paspor diplomatik dan jabatan yang disandangnya, karena dokumen itu mengindikasikan ia pernah mengunjungi Iran tiga tahun lalu.

"Tentu saya mengerti ketakutan AS atas teroris yang masuk ke negara itu itu. Tapi harusnya mereka mengerti kalau saya memakai paspor diplomatik dan mantan PM Norweigia," kata Bondevik pada 3 Februari lalu.

 

Pernah ke Iran, Mantan PM Norwegia Tertahan di Bandara (New York Times)

Bondevik yang menjabat sebagai PM Norwegia dari tahun 1997 hingga 2000 itu diminta menunggu 40 menit lalu ke sebuah ruangan. Di ruangan ia dinterogasi oleh beberapa petugas terkait perjalanannya ke Iran.

Perjalanan ke Iran, negara-negara Timur Tengah dan Afrika adalah sebagai kapasitasnya sebagai presiden Oslo Center, sebuah organisasi hak asasi manusia yang ia jalankan setelah pensiun jadi PM.

Dalam ruangan, ia duduk bersama imigran dari negara-negara itu.

"Saya terkejut dan sangat terprovokasi. Mau dibawa reputasi AS jika hal serupa terjadi kepada pemimpin negara lain, bukan hanya saya?"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini