Sukses

Terkait Imigran Gelap, AS Tegaskan Tidak Ada Deportasi Massal

Diperkirakan 11 juta imigran gelap tinggal di AS dan banyak di antara mereka berasal dari Meksiko.

Liputan6.com, Mexico City - Selang beberapa jam setelah Presiden Donald Trump menggambarkan kebijakan deportasinya sebagai "operasi militer", Menteri Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) John Kelly mengkritik media karena menggunakan istilah tersebut. Ia menegaskan tidak akan ada "deportasi massal".

Bersama Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Kelly melawat ke Meksiko pada Kamis waktu setempat. Di sana, keduanya bertemu dengan Presiden Enrique Pena Nieto dan anggota kabinet lainnya.

Pertemuan ini berlangsung di tengah ketegangan hubungan bilateral kedua negara menyangkut isu pembangunan tembok perbatasan serta kebijakan deportasi baru pemerintahan Trump.

"Tidak ada, saya ulangi, tidak ada penggunaan kekuatan militer dalam operasi imigrasi. Tidak ada. Setidaknya, sebagian dari Anda (media) mencoba membuatnya terkesan benar karena terus-menerus melaporkannya," kata Kelly dalam konferensi pers yang didampingi pejabat Meksiko seperti dilansir Abcnews.go.com, Jumat, (24/2/2017).

Dalam kesempatan yang sama, Kelly juga menegaskan tidak akan ada deportasi massal. Meski di lain sisi, kebijakan baru pemerintahan AS "membuka pintu" bagi aparat penegak hukum untuk mendeportasi setiap imigran ilegal.

"Segala sesuatu yang kami lakukan akan dijalankan secara legal dan sesuai dengan HAM serta sistem peradilan di AS. Semua ini akan dilakukan, sebagai mana mestinya, lewat koordinasi dengan pemerintah Meksiko," ujar Kelly.

Sebelum Kelly, Tillerson lebih dulu berbicara di hadapan awak media. Ia mengatakan, pertemuannya dengan pemerintah Meksiko berlangsung produktif.

"Selama pertemuan, kami mendiskusikan luasnya tantangan dan peluang dalam hubungan AS-Meksiko. Kami sama-sama mengakui bahwa sebuah hubungan diisi dengan beragam warna, dua negara kuat yang berdaulat tentu dari waktu ke waktu akan memiliki perbedaan," ucap Tillerson yang merupakan mantan CEO Exxon Mobil tersebut.

"Kami mendengarkan dengan saksama dan hati-hati seperti halnya kami menghormati dan menyuarakan keprihatinan masing-masing," ia menambahkan.

Nada bersahabat juga ditunjukkan oleh Menlu Meksiko, Luis Videgaray. Meski demikian, ia tetap menyoroti perbedaan sikap kedua negara.

"Dalam momen di mana kita memiliki perbedaan-perbedaan yang mencolok, cara terbaik untuk menyelesaikannya adalah melalui dialog," ucap Videgaray.

Ini merupakan kali pertama Tillerson angkat bicara. Sebagai orang nomor satu di Kementerian Luar Negeri, ia cukup lama diam. Sejak dilantik bulan lalu, Tillerson belum pernah melakukan wawancara, mengadakan konferensi pers, atau briefing harian.

Keheningan yang ditunjukkan oleh Tillerson memicu spekulasi bahwa selama ini Kementerian Luar Negeri dikesampingkan oleh Gedung Putih sebagai "pusat kekuatan" terkait kebijakan luar negeri. Menlu AS tersebut bahkan tidak hadir dalam sejumlah pertemuan Trump dengan sejumlah pemimpin asing.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini