Sukses

Restoran Korea Utara di Jakarta Diduga Jalankan Operasi Intelijen

Liputan6.com, Jakarta - Nama Indonesia turut terseret teka-teki kasus pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un. Ini tak lepas dari dugaan bahwa seorang WNI bernama Siti Aisyah terlibat dalam kasus ini.

Namun belakangan, dugaan lain mencuat. Akhir pekan lalu, surat kabar Malaysia, The Star, memuat ulasan tentang operasi Reconnaissance General Bureau (RGB) atau badan intelijen Korut di sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia dalam dua dekade terakhir.

Laporan The Star mengutip pernyataan sumber intelijen yang mengatakan bahwa agen-agen Korut beroperasi di lini konstruksi, pabrik tekstil, dan sejumlah restoran di beberapa kota besar di Asia Tenggara, termasuk Jakarta.

Sumber tersebut mengatakan pula bahwa ruangan di atas restoran Korut digunakan sebagai kantor RGB.

"Mereka menggunakan restoran sebagai front utama untuk mengadakan pertemuan intelijen dan pengintaian, menargetkan politikus, diplomat, eksekutif perusahaan serta pebisnis Jepang dan Korea Selatan yang mengunjungi atau berbasis di negara-negara tersebut," demikian ujar sumber tersebut seperti dikutip oleh The Star.

Ulasan mengenai operasi intelijen Korut ini datang di tengah kabar kematian Kim Jong-nam.

Melalui penelusuran Liputan6.com di dunia maya, setidaknya ada satu restoran Korut di Jakarta, yakni Pyongyang Restaurant. Lokasinya berada di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Ketika Liputan6.com mencoba menghubungi restoran tersebut via telepon, terdengar seorang perempuan berbicara dengan bahasa Korea.

Ketika diajak bicara bahasa Inggris, perempuan yang mengaku bernama Han itu terdengar tidak paham dan malah membalasnya dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Percakapan tersebut membuktikan bahwa restoran Korea Utara di Jakarta masih beroperasi.

Lantas, apakah pihak berwenang akan melakukan penyelidikan terkait kabar restoran Korea Utara di Jakarta menjalankan operasi intelijen?

"Jika ada laporan tentu akan kami tindak lanjuti. Kami masih menunggu informasi dari lapangan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Argo Yuwono ketika dihubungi Liputan6.com, Selasa (21/2/2017).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Operasi Intelijen Korut Bergantung pada Bisnis

RGB diketahui beroperasi di bawah lingkup Kementerian Keamanan Negara. Instansi ini akan melapor langsung ke Kim Jong-un. Menurut sumber intelijen yang sama kepada The Star, RGB sangat bergantung pada berbagai lini bisnis untuk mendanai kegiatan mereka. Bahkan, badan intelijen itu sebelumnya pernah terlibat dalam perdagangan narkoba.

Pada 2003, pihak berwenang Australia mengungkap sebuah plot untuk menyelundupkan 125 kilogram heroin ke negara itu melalui kapal komersial bernama Pong Su. Kepada mitra mereka di Malaysia, polisi Australia mengatakan bahwa RGB menggunakan pelabuhan utama di Asia Tenggara, yakni di Klang, Selangor, sebagai tempat transit untuk mengirim barang haram tersebut.

Pada awal 2000-an, RGB telah menempatkan Malaysia sebagai destinasi demi menyalurkan bahan-bahan kimia terlarang ke Korut.

Mencuatnya kabar operasi intelijen Korut di sejumlah negara ini menambah spekulasi berbagai pemberitaan seputar kematian Kim Jong-nam. Putra sulung Kim Jong-il itu dikabarkan meninggal pada Senin, 13 Februari 2017 di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Ketika itu, ia hendak berangkat ke Macau--tempat pengasingannya selama ini.

Sebuah CCTV yang beredar menunjukkan serangan ke Kim Jong-nam dilakukan oleh seorang wanita. Ia diduga mengusap wajah pria itu dengan racun. Namun hal ini masih simpang siur dan belum secara resmi disampaikan oleh otoritas Malaysia sebagai penyebab kematian.

Pasca-kematian Kim Jong-nam, polisi Malaysia menahan empat orang, yakni wanita Vietnam bernama Doan Thi Huong; WNI asal Serang, Siti Aisyah; kekasihnya asal Malaysia; serta satu pria Korut.

Otoritas Malaysia menekankan bahwa zat kimia mematikan yang diduga digunakan untuk menghabisi nyawa Kim Jong-nam masih belum diketahui karena harus menunggu uji toksologi dan patologis. Hasilnya diharapkan dapat dirilis dalam beberapa hari ke depan.

Sementara itu prosedur post-mortem juga telah dilakukan pada jasad Kim Jong-nam pada 15 Februari lalu di rumah sakit umum Kuala Lumpur.

Kematian Kim Jong-nam memicu pertikaian diplomatis antara Malaysia dan Korut di mana negara asal pria itu menentang dilakukannya autopsi. Mereka menuntut agar jasad Kim Jong-nam segera dipulangkan.

Dubes Korut untuk Malaysia Kang Chol mengatakan, penyelidikan yang dilakukan Malaysia tidak bisa dipercaya. Ia justru bersikeras bahwa korban bukanlah Kim Jong-nam.

Dubes Kang hanya mengidentifikasi jasad pria itu sebagai Kim Chol--disebut-sebut sebagai nama samaran Kim Jong-nam--sesuai dengan identitas paspor yang ditemukan.

Menanggapi pernyataan tersebut, PM Malaysia Najib Razak menekankan bahwa negaranya tidak memiliki alasan untuk menjelekkan citra Korut dan akan bersikap objektif dalam proses penyelidikan.

"Kami tidak punya alasan mengapa harus menjelek-jelekkan Korut, kami akan objektif," tegas PM Najib.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.