Sukses

Waspada, Survei Membuktikan Iklim Politik Picu Stres

Iklim politik saat ini disebut-sebut dalam kategori sangat atau cukup menjadi sumber stres yang signifikan.

Liputan6.com, Washington DC - Iklim politik di Amerika dilaporkan menimbulkan stres bagi warga Negeri Paman Sam itu. Demikian hasil penelitian terbaru dari para ilmuwan.

Tim peneliti American Psychological Association mendapati, bahwa 57% warga Amerika mengatakan "Iklim politik saat ini sangat atau cukup menjadi sumber stres yang signifikan", demikian menurut penelitian yang dilakukan bulan Januari 2017 lalu.

Dilansir dari VOA News, Minggu (19/2/2017), hampir separuh warga Amerika atau sekitar 49% mengatakan hasil pemilu presiden Amerika pada November 2016 lalu juga merupakan sumber stres, tetapi perbedaan tingkat stress itu tergantung pada partai responden yang diteliti.

Bagi mereka yang mendukung Partai Demokrat, 72% mengatakan hasil pemilu itu menimbulkan stres. Jawaban serupa disampaikan 26% pendukung Partai Republik.

Ketika ditanya tentang masa depan Amerika, 59% pendukung Partai Republik mengatakan mereka stres. Jawaban yang sama disampaikan 76% pendukung Partai Demokrat.

"Stres akibat isu-isu politik ini sangat memprihatinkan, karena warga Amerika sulit melupakannya," ujar Katherine Nordal, Direktur Eksekutif Praktek Profesional American Psychological Association (APA).

"Kita dikelilingi oleh pembicaraan, berita dan media sosial yang secara terus menerus mengingatkan kita tentang isu-isu yang paling membuat kita stres," tambahnya.

Penelitian baru itu dilakukan setelah APA tahun lalu mendapati bahwa pemilu menyebabkan 52% warga Amerika stres.

Penelitian bulan Januari lalu mendapati bahwa prosentase jumlah warga Amerika yang melaporkan aksi teroris merupakan sumber stres mereka, naik dari 51% pada beberapa bulan sebelumnya menjadi 59%. Penelitian itu juga mendapati peningkatan prosentase jumlah warga Amerika yang stres akibat kekerasan oleh polisi dan keamanan pribadi.

APA mengatakan pendidikan juga memainkan peran dalam stres yang dihadapi warga Amerika. Misalnya 53% orang yang mengenyam pendidikan di atas SMA melaporkan stres akibat hasil pemilu. dibanding 38% yang berasal dari pendidikan setara SMA atau di bawahnya.

Faktor geografi juga memainkan peran. Sebanyak 62% warga yang tinggal di perkotaan melaporkan stres, dibanding 45% warga yang tinggal di pinggir kota dan 33% warga yang tinggal di pedalaman.

Peningkatan stres itu mungkin menimbulkan masalah kesehatan, mengutip warga yang melaporkan peningkatan masalah kesehatan terkait stress dari 71% menjadi 80%.

Masalah kesehatan itu mencakup sakit kepala, kecemasan dan depresi.

"Meskipun ini merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi dan tampaknya kecil, hal ini bisa memicu dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari dan kesehatan fisik secara keseluruhan ketika masalah ini berlanjut dalam jangka waktu lama," ujar Nordal.

APA menyarankan agar orang yang mengalami stress karena pemilu dan iklim politik untuk tidak menyimak berita dan melakukan hal lain.

"Cukup membaca saja supaya tetap mendapat informasi, lepaskan diri dari isu-isu itu dan stres yang diakibatkannya".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.