Sukses

Usilnya Maskapai Yordania Tanggapi Kebijakan Anti-Imigran Trump

Ini bukan kali pertama Royal Jordania Airlines mengusili kebijakan Presiden Donald Trump dengan iklan promosi penuh humor.

Liputan6.com, Amman - Maskapai penerbangan adalah bisnis serius. Tapi, perusahaan asal Yordania ini membuktikan bahwa mereka juga bisa nakal dan usil.

Bukan kali pertama Royal Jordania Airlines mengusili kebijakan Presiden Donald Trump dengan iklan promosi penuh humor.

Maskapai yang berasal dari negara mayoritas muslim kerajaan Yordania itu sempat menjadi headlines di berbagai media internasional, saat pilpres AS pada November 2016 lalu. Saat itu, Trump berkoar tentang larangan seluruh muslim dilarang masuk AS.

Iklan berbahasa Inggris itu berbunyi, "Just in case he wins, travel to the US while you're still allowed to!"

Atau jika diterjemahkan dengan bebas, "Andai dia menang, bepergianlah ke AS selama Anda masih diperbolehkan."

Iklan yang mengundang tawa itu langsung beredar dengan viral di media sosial. Demikian seperti dikutip dari News.com.au pada Senin (13/2/2017).

Kini, Royal Jordania kembali membuat iklan senada mengejek kebijakan anti-imigran muslim Donald Trump. Kali ini mereka menargetkan usaha Trump untuk melawan pengadilan yang menangguhkan kebijakan yang melarang masuk warga dari 7 negara muslim.

Dalam Twitternya, promosi Royal Jordania berbunyi, "Ban! "Fly to the US with RJ now that you’re allowed to."

Namun, iklan itu dirancang dengan editan kata ban dicoret diganti bon lalu ditambah dengan kata voyage bertinta biru. Sehingga dibaca "bon voyage!" atau 'selamat menikmati perjalanan'.

Royal Jordania memiliki rute langsung ke kota-kota di AS seperti New York City, Chicago dan Detroit.

Yordania memang bukan salah satu dari tujuh negara yang dilarang masuk ke AS. Mereka adalah Libya, Suriah, Iran, Irak, Somalia, Yaman dan Sudan.

Perintah Eksekutif Donald Trump itu melarang sementara mereka masuk ke AS selama 90 hari. Serta menutup program pengungsi ke AS terkait dengan kekhawatiran terorisme.

Keputusan itu membuat kehebohan di bandara-bandara di AS. Banyak pengunjung tertahan di bandara.

Akibatnya, dua negara bagian AS, Washington dan Minnesota menuntut penangguhan.

Meski peraturan itu ditangguhkan, industri travel AS mendapatkan dampak negatif.

Data memperlihatkan pemesanan tujuan wisata dan bisnis ke AS dari seluruh dunia, termasuk China dan Hong Kong turun 6,5 persen dibanding tahun lalu. Pemesanan dari negara-negara Timur Tengah juga turun mencapai 37,5 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini