Sukses

1.300 Polisi Kawal Unjuk Rasa Kelompok Neo-Nazi di Jerman

Sekitar 650 anggota ekstremis sayap kanan ambil bagian, dalam pawai ke dua di bawah pimpinan warga yang mengaku pemimpin Nazi.

Liputan6.com, Dresden - Beberapa kelompok neo-Nazi dan penentang mereka berunjuk rasa di kota Dresden, Jerman. Upaya tersebut dilakukan pada Sabtu 11 Februari, 2 hari menjelang peringatan kehancuran kota itu pada Perang Dunia II.

Sejauh ini polisi Jerman sudah mengeluarkan peringatan bahwa langkah-langkah hukum akan dilakukan terhadap salah satu kelompok neo-Nazi yang tak mengikuti aturan.

Di hadapan sekitar 200 anggota ekstremis sayap kanan, seperti dikutip dari Deutsche Welle pada Minggu (12/2/2017), terpidana dan penolak Holocaust bernama Gerhard Ittner menyatakan dirinya sebagai seorang "nasional sosialis" dan memuja-muja ideologi Nazi. Ia menyebutnya sebagai suatu "model bagi seluruh dunia".

Melalui Twitter, polisi mengumumkan bahwa komentar-komentar tersebut dapat dikenakan sanksi -- penolakan atas kenyataan Holocaust merupakan bentuk pidana di Jerman.

Ittner dikenal sebagai neo-Nazi di Jerman yang dulu pernah kedapatan bersalah atas beberapa kasus pidana, termasuk penghasutan. Setelah melarikan diri dari Jerman pada 2005, ia ditangkap di Portugal dan dideportasi untuk menjalani masa hukuman selama 1,5 tahun.

Kelompok neo-Nazi mendapatkan perlawanan dari para pengunjuk rasa yang mencoba menghalangi lintasan 2 pawai kelompok tersebut. Tapi pawai itu dapat melintas secara damai.

Media setempat melaporkan, bahwa Wali Kota Dirk Hilbert ikut serta dalam perlawanan terhadap kelompok neo-Nazi. Harian Sächsische Zeitung mengutip ucapannya: "Tanggal 13 Februari sudah disalahgunakan para pengunjuk rasa neo-Nazi selama bertahun-tahun."

Kelompok mahasiswa Durchgezählt melaporkan bahwa sekitar 650 anggota ekstremis sayap kanan ambil bagian, dalam pawai ke dua pada Sabtu lalu di bawah pimpinan pemimpin Nazi, warga lokal bernama Maik Müller.

Polisi Saxony melaporkan bahwa 1.300 petugas dikerahkan dari beberapa kawasan untuk mengawal aksi para pengunjuk rasa. Kegiatan itu berjalan lancar, Komisaris Polisi Horst Kretzschmar mengatakan bahwa ia "lega karena acara tersebut berlangsung cukup damai".

Kota bernuansa baroque itu dihancurkan dalam 3 hari melalui serbuan udara mulai 13 Februari 1945 sehingga rata dengan tanah dan terbakar. Hingga 25 ribu orang meninggal dunia saat itu, tapi kelompok sayap kanan seringkali membesar-besarkan jumlah korbannya.

Kota Dresden sendiri sering menjadi titik pusat kegiatan neo-Nazi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.