Sukses

Protes Pemerkosaan Pria Kulit Hitam oleh Polisi Prancis Ricuh

Unjuk rasa memprotes aksi polisi prancis perkosa pria kulit hitam dengan tongkat kembali rusuh di pinggiran Paris. Aparat keamanan siaga.

Liputan6.com, Bobigny - Demonstrasi menentang aksi polisi Prancis memperkosa pria kulit hitam yang awalnya damai berujung rusuh.

Kerusuhan dimulai oleh sekelompok anak muda yang membakar sebuah mobil dan melemparkan benda keras ke arah polisi. Insiden itu terjadi di wilayah pinggiran Paris. Aparat keemanan membalas aksi mereka dengan tembakan air mata.

Dikutip dari Associated Press, pada Minggu (12/1/2017) kerusuhan terjadi pada Sabtu 11 Februari di depan gedung pengadilan di pinggiran Paris Bobigny. Mereka meminta keadilan bagi pria 22 tahun yang ditahan pada 2 Februari lalu di Aulnay-Sous-Bois oleh empat petugas polisi.

Pemuda itu -- yang kini masih di rumah sakit-- mengatakan anusnya disodok oleh tongkat polisi oleh salah satu petugas. Sontak peristiwa ini memicu lahirnya sejumlah demonstrasi di berbagai kawasan di Prancis.

Satu petugas telah didakwa melakukan pemerkosaan dengan tongkat dan tiga lainnya didakwa melakukan kekerasan. Keempatnya diberhentikan sementara atas tuduhan terlibat dalam insiden yang terjadi Kamis lalu di permukiman di Aulnay-sous-Bois. Mereka menolak segala tuduhan itu. 

Korban, yang hanya diketahui dengan nama depannya Theo, saat ini dirawat di rumah sakit karena mengalami cedera di bagian anus, kepala, dan wajah.

Dokter menyatakan, dengan kondisinya itu, korban tak mampu bekerja selama 60 hari.

Theo mengatakan, insiden pada 2 Februari 2017 itu bermula saat ia berjalan, dengan headphone terpasang di kepalanya. Lalu, ia didekati oleh polisi.

"Saat menyadari betapa kasarnya suara mereka, aku berkata pada diri sendiri, 'mereka sepertinya serius'. Jadi, aku berdiri menghadap tembok, kemudian, salah satu anggota polisi mulai memukulku," kata dia kepada stasiun televisi BFM.

Presiden Prancis Francois Hollande membesuk Theo di rumah sakit. Pun dengan Perdana Menteri Bernard Cazeneuve. Para pemimpin, juga korban, mengimbau warga tenang merespons insiden tersebut.

Sementara, Stephane Troussel, kepala Dewan Umum wilayah Seine-Saint-Denis, di mana Aulnay-sous-Bois berada, mengatakan, insiden tersebut memicu sejumlah pertanyaan.

"Meski ribuan polisi melakukan tugas mereka dengan baik...ada terlalu banyak penangkapan berakhir dengan mimpi buruk bagi sejumlah pemuda. Citra republik ini sedang ternoda," kata Troussel.

Polisi Prancis dituduh menggunakan kekerasan terhadap para tersangka yang berasal dari lingkungan miskin, terutama mereka yang keturunan Afrika.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini