Sukses

Melania Trump Incar Kekayaan dari Posisinya sebagai Ibu Negara?

Melania sejauh ini belum menjelaskan kepada publik apa yang menjadi program kerjanya terkait kapasitasnya sebagai first lady.

Liputan6.com, Washington, DC - Sebagai Ibu Negara Amerika Serikat (AS), Melania Trump belum merinci apa yang akan menjadi fokus kerjanya. Namun di dalam dokumen pengadilan terbaru, pengacaranya menyinggung, "selama empat tahun ke depan", Melania adalah salah satu perempuan yang paling banyak difoto di dunia.

Hal tersebut kemudian mengarah pada keuntungan pribadi yang akan didapatnya.

Dokumen pengadilan tersebut tidak secara spesifik menyebut posisinya sebagai ibu negara. Meski demikian pernyataan kuasa hukumnya itu diharapkan akan memicu kecaman dari komite etik karena dinilai tidak patut bagi Melania meraih keuntungan pribadi mengingat sebagai istri dari presiden ia seharusnya berorientasi melayani publik.

Pernyataan kontroversial dari pengacara Melania itu tercantum dalam dokumen gugatan pencemaran nama baik yang ditujukan kepada pemilik portal berita Daily Mail, Mail Media Inc di pengadilan Manhattan, New York.

Istri Donald Trump itu tak terima dengan pemberitaan Daily Mail yang menyebut ia pernah bekerja sebagai lady escort.

Dalam dokumen gugatan, pihak Melania mengatakan, laporan Daily Mail tersebut tak hanya palsu dan fitnah, namun juga merusak kemampuannya untuk mendapat keuntungan dari posisinya dan mempengaruhi peluang bisnisnya.

"Nyonya Trump memiliki keunikan, kesempatan sekali seumur hidup, sebagai seorang yang sangat terkenal, di mana ia merupakan mantan model, juru bicara produk, dan pengusaha sukses, untuk meluncurkan merek komersial pada beberapa kategori produk yang masing-masing dapat menghasilkan puluhan juta dolar dalam beberapa tahun mendatang selama ia menjadi salah satu perempuan yang paling banyak difoto di dunia," sebut dokumen tersebut seperti dikutip dari Fortune.com, Rabu, (8/2/2017).

Produk yang dimaksud dalam dokumen tersebut bisa saja termasuk pakaian, aksesoris, perhiasan, kosmetik, perawatan rambut dan parfum, atau sebagainya. Demikian penjelasan dokumen gugatan itu.

Pihak Melania dikabarkan menuntut kompensasi dan hukuman minimal setidaknya US$ 150 juta atau setara dengan Rp 2 triliun.

Richard Painter, yang menjadi penasihat etika mantan Presiden George W. Bush mengatakan, bahasa yang digunakan di dalam dokumen tuntutan tersebut menunjukkan Melania terlibat dalam "hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang jelas melanggar aturan tentang menggunakan posisinya di pemerintahan untuk meraih keuntungan pribadi."

"Ini merupakan situasi yang sangat serius di mana ia berterus terang menyatakan niatnya untuk menghasilkan banyak uang. Itu seharusnya ditolak oleh Gedung Patau diselidiki Kongres," demikian pendapat Painter.

Sementara itu, tim kuasa hukum Melania menolak dugaan kliennya memanfaatkan posisi sebagai ibu negara untuk memperkaya diri.

"Ibu negara tidak berniat menggunakan posisinya demi mendapat keuntungan dan ia tidak akan melakukannya. Itu bukanlah sebuah hal yang mungkin. Setiap pertanyaan yang bertentangan disalahartikan," tegas pengacara Melania, Charles Harder.

Harder sendiri tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat "kesempatan sekali seumur" dalam dokumen tersebut. Namun bagi Painter dan sejumlah pihak, pernyataan tersebut memastikan satu hal.

"Dia (Melania) tidak bicara soal masa depan. Dia bicara tentang menghasilkan uang sekarang," tegas Painter.

Scott Amey, penasihat umum dari komite pengawas pemerintah mengatakan, kasus Melania ini merupakan "contoh lain dari keluarga penguasa yang mengaburkan batas antara pelayanan publik dan kepentingan bisnis pribadi".

Melania yang merupakan berasal dari Slovenia tersebut dikabarkan sejauh ini belum meninggalkan bisnisnya. Namanya masih tercatat sebagai CEO dari Melania Marks Accessories Member Corp, perusahaan induk dari Melania Marks Accessories LLC. Kedua korporasi ini masih aktif.

Ditambahkan Amey, akan lebih etis bagi seluruh anggota presiden untuk menghentikan keterlibatan mereka di dunia bisnis selama Trump menghuni Gedung Putih. Belum ada respons atas pernyataan Amey ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini