Sukses

Pembuat Mobil Tesla Berniat Bangun Pabrik di China?

Liputan6.com, Palo Alto - Sebuah bocoran dokumen mengungkapkan rencana perusahaan patungan (joint venture) antara Tesla Motors dari Amerika Serikat (AS) dengan rekanan dari China.

Temuan itu memicu spekulasi bahwa perusahaan pembuat mobil AS itu sedang merencanakan pembangunan situs produksi di Shanghai.

Menurut suatu sumber yang berbicara dengan kantor berita Caixin di China, perusahaan AS itu diduga akan lanjut dengan rencana operasi di negara dengan perekonomian kedua terbesar sedunia tersebut.

Dikutip dari UPI pada Rabu (8/2/2017), laporan Caixin menyebutkan bahwa kantor Tesla di China membantah kabar itu.

Dokumen yang dimaksud berisi rencana patungan 50/50 antara Tesla dengan suatu perusahaan China yang tidak disebutkan namanya.

Pabrik itu nanti dirancang untuk menghasilkan 500 ribu kendaraan per tahun, demikian menurut kontrak yang telah beredar secara daring (online).

Sumber Caixin itu tidak memberikan perincian mengenai tahapan negosiasi atau apakah pembicaraan masih berlangsung.

Menurut laporan tadi, mobil keluaran Tesla dapat disesuaikan dengan kondisi lokal pasar China. Pimpinan Tesla di Asia, Ren Yuxiang, pada Januari lalu mengatakan bahwa Tesla ingin membuka pusat litbang (R & D) di China.

Pada Juni lalu, suatu sumber yang tidak disebutkan namanya menjelaskan kepada Bloomberg bahwa perusahaan Jinqiao Group milik pemerintah China telah menandatangani persetujuan tidak mengikat untuk membangun fasilitas produksi Tesla. Perusahaan itu berkedudukan di Shanghai.

Investasi yang terlibat ditaksir sebesar US$ 9 miliar, tapi pembicaraan tentang itu segera pupus. Jika memang terjadi, maka nilai investasi tersebut US $ 5,5 miliar lebih tinggi daripda Shanghai Disney Resort.

Elon Musk, CEO di Tesla, baru-baru ini bergabung dalam dewan penasehat ekonomi Donald Trump, demikian menurut laporan CNET.

Musk mengatakan bahwa ia memberi masukan kepada presiden terkait dengan isu-isu manufaktur dan untuk mempercepat "transisi dunia ke energi terbarukan dan membantu kemanusiaan dalam peradaban multiplanet."

Namun demikian, Musk menentang perintah pembatasan imigrasi yang digagas oleh pemerintahan baru AS. Perusahaannya, SpaceX dan Tesla, termasuk dalam 97 perusahaan yang menandatangani dokumen dukungan gugatan yang diajukan oleh negara bagian Washington.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.