Sukses

Sambut Warga Non-Muslim, Masjid di Inggris Hidangkan Teh Hangat

Lebih dari 150 masjid di Inggris berpartisipasi dalam "Visit My Mosque" dengan membuka pintu mereka lebar-lebar kepada masyarakat di sana.

Liputan6.com, Birmingham - Ratusan masjid di Inggris membuka pintu mereka lebar-lebar kepada masyarakat di sana. Hal tersebut dilakukan sebagai inisiatif untuk melawan kesalahpahaman tentang komunitas muslim.

Lebih dari 150 masjid berpartisipasi dalam Visit My Mosque pada 4 Februari lalu. Kegiatan tersebut menyedot perhatian para pengunjung yang ingin memahami lebih soal Islam.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Muslim Council of Great Britain (MCB). Pengunjung dari berbagai macam latar belakang disambut dengan terbuka dan tidak ada subyek pertanyaan yang dibatasi.

Di Masjid Paigham-e-Islam, Birmingham, diskusi antara masjid dan pengunjung berfokus pada hukum Islam, pandangan muslim terhadap Yesus, dan langkah yang dilakukan masjid untuk memerangi ISIS.

Dikutip dari Al-Jazeera, Senin (6/2/2017), teh dan kue khas Asia Selatan disediakan bagi mereka yang berkunjung. Tur singkat dan penjelasan tentang salat pun menjadi agenda dari masjid tersebut.

Pemimpin pihak oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, bergabung dengan acara tersebut dengan mengunjungi masjid di Finsbury Park, London utara.

"Minum teh bersama jauh lebih efektif dibanding membangun tembok," tulis Corbyn dalam Twitter. Pernyataannya itu menyindir kebijakan Trump yang menyerukan pembangunan tembok pembatas AS-Meksiko.

Seorang pejabat MCB, Adress Sharif, mengatakan bahwa upaya tersebut bertujuan untuk memperkuat ikatan antara muslim dan komunitas tempat mereka tinggal.

"Kami ingin menciptakan dialog dibanding debat. Ketika berdebat, kamu bertujuan untuk memenangkan argumen. Tapi ketika berdialog, kamu membagikan apa yang kamu yakini," ujar Sharif.

Masjid yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut jumlahnya meningkat hampir dua kali lipat dari 82 masjid pada 2016.

"Masjid memahami pentingnya keterlibatan dan bersedia untuk mengambil bagian, bukan hanya karena Donald Trump, tetapi rekasi setelah Brexit juga," ujar Sharif.

Pada pekan lalu Trump menepati janji kampanyenya, yakni melarang semua Muslim memasuki AS dengan menghentikan imigrasi dari tujuh negara mayoritas muslim. Namun seorang hakim federal telah menangguhkan perintah eksekutif tersebut.

Di Inggris, serangan terhadap muslim meningkat bersamaan dengan serangan xenophobia lain. Hal itu terjadi pasca negara tersebut memutuskan hengkang dari Uni Eropa--dikenal sebagai Brexit.

Geoff Gallagher, yang menghadiri acara di Birmingham, mengatakan bahwa dirinya mendapat pengalaman yang luar biasa. Ia juga menyarankan agar lebih sering diadakan latihan pembangunan komunitas untuk membantu menghilangkan stereotipe tentang Muslim.

Sebanyak lima persen populasi Inggris merupakan muslim dan jumlah mereka di bawah tiga juta orang. Sebagian besar dari mereka terkonsentrasi di daerah urban, seperti London, Birmingham, Manchester dan Bradford.

Sekitar setengah muslim Inggris lahir di negara tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini