Sukses

Komandan Pemberontak Ukraina Tewas dalam Serangan Bom Mobil

Kelompok pemberontak menyalahkan Ukraina atas tewasnya komandan mereka, Oleg Anashchenko, dalam sebuah serangan bom mobil.

Liputan6.com, Avdiivka - Seorang komandan senior kelompok pemberontak Ukraina, Oleg Anashchenko, tewas akibat serangan bom mobil di Luhansk. Ia merupakan menteri pertahanan de facto Republik Rakyat Luhansk (LNR) yang diproklamirkan oleh kelompok itu sendiri.

Pemberontak menyalahkan Ukraina atas kejadian yang mereka sebut sebagai aksi terorisme itu. Namun Kiev membantah terlibat dalam ledakan yang terjadi pada Sabtu, 4 Februari 2017.

Kejadian itu menyusul serangkaian perselisihan berdarah antara pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Rusia sejak 2015.

Pada hari yang sama, Presiden Ukraina Petro Poroshenko membahas krisis yang terjadi di negaranya dengan Donald Trump melalui telepon.

"Kedua pihak menyatakan keprihatinan mendalam karena meningkatnya ketegangan dan memburuknya situasi kemanusiaan," ujar sebuah pernytaan dari juru bicara Poroshenko seperti dikutip dari BBC, Minggu (5/2/2017).

Ia menambahkan, kedua pemimpin menekankan perlunya melakukan gencatan senjata penuh.

Sementara itu juru bicara pemberontak Andrey Marochko mengatakan, intelijen Ukraina dicurigai berada di balik serangan tersebut.

"Kami akan melacak pelaku tindakan mengerikan ini dan mereka akan menerima hukuman yang sesuai," ujar Marochko.

Sementara itu para pehabat di Kiev menduga bahwa tewasnya Anashchenko merupakan hasil perebutan kekuasaan internal di antara pemimpin pemberontak.

Beberapa komandan terkemuka tewas di LNR dan wilayah tentanggnya dalam beberapa bulan terakhir.

Pada pekan ini telah terjadi peningkatan kekerasan di Ukraina timur. Dilaporkan terdapat sedikitnya 35 korban tewas atas serangkaian serangan yang terjadi di wilayah tersebut.

Pihak berwenang Ukraina dan pemberontak saling menyalahkan atas meningkatnya kekerasan tersebut.

Awal pekan ini, kota di garis depan di timur Ukraina, Avdiivka, dilanda "hujan" granat. Kota dengan populasi yang diperkirakan 22.000 orang itu dibiarkan tanpa air dan listrik dalam kondisi beku.

Rusia, Ukraina, kelompok pemberontak sama-sama menyerukan gencatan senjata dan penarikan senjata berat dari Avdiivka pada Sabtu lalu. Namun pertempuran terus berlanjut.

Konflik di Ukraina timur meletus setelah Rusia menganeksasi Krimea yang berada di Ukraina selatan pada Maret 2014.

Amerika Serikat dan Uni Eropa mengeluarkan sanksi kepada Rusia sebagai respons atas aksinya di Ukraina dan Krimea.

Rusia telah berulang kali menyangkal mengirimkan pasukan dan senjata ke Ukraina timur, namun mengakui bahwa "sukarelawan" Negeri Beruang Merah telah bertempur di pihak pemberontak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.