Sukses

10 Korban Salah Tangkap, Disiksa CIA hingga Dieksekusi Mati

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa.

Liputan6.com, New York - Ada sebuah adagium dalam hukum pidana: "lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum satu orang yang tak bersalah."

Penghukuman terhadap orang-orang yang tak bersalah merupakan hal yang sangat mengerikan.

Bayangkan, seseorang yang melakukan kegiatan sehari-hari, tiba-tiba diciduk petugas keamanan, dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara.

Ketika itu benar-benar terjadi, hal itu menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya. Tak hanya kebebasannya yang terenggut, nyawa pun bisa melayang karenanya.

Dikutip dari Listverse.com pada Jumat (27/1/2017), berikut ini adalah kisah 10 orang yang mengalami salah tangkap sehingga kemudian terkena malapetaka tersebut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 11 halaman

1. Teroris Salad

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Reprieve)

Masa setelah 9/11 dipenuhi dengan membludaknya angka salah tangkap dan ratusan orang tak bersalah diciduk bersama dengan para teroris sebenarnya. Banyak yang mencoba maklum dengan tindakan CIA itu.

Tapi Mophammed Al-Gharani tidak bisa memahaminya. Ia masih berusia 14 tahun saat diciduk di Pakistan dan dikerangkeng selama 11 tahun di Guantanamo hanya karena salah mengerti tentang kata "salad".

Remaja itu bicara bahasa Arab berdialek Saudi, tapi penterjemah CIA berasal dari Yaman. Mereka menanyakan sejumlah besar "zalat" dan banyak rumah di Pakistan.

Dalam dialek Yaman, "zalat" berarti "uang". Padahal, dalam dialek Saudi, kata itu berarti "salad" yang banyak tersedia di rumah remaja itu.

Selama 11 tahun, CIA menyangka telah menahan pejabat keuangan Al Qaeda. Tuduhan yang salah kaprah. 

3 dari 11 halaman

2. Pria dari Al Qaidah

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Reprieve)

Ketika seseorang ditangkap dan ditanyai CIA tentang Al Qaeda, mungkin kita jawab "tidak". Nah, Emad Hassad dibesarkan di pinggiran kota kecil bernama Al Qaidah di Yaman.

Ketika kuliah di Pakistan setelah 9/11, ia dicokok CIA dan ditanyai tentang Al Qaeda. Tentu saja Hassan berulang kali mengaku mengetahuinya.

Karena salah sangka, Hassan dikirim ke Teluk Guantanamo dan ditahan selama 13 tahun.

Setelah pengacara dari Reprieve membeberkan Google Maps yang mencantumkan kota Al Qaidah, barulah CIA menyadari kekeliruannya.

4 dari 11 halaman

3. Dihukum Meski Punya Alibi Kuat

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Florida Department of Correction)

Dalam cerita detektif, jika tersangka punya alibi kuat, mereka bisa terbebas dari sangkaan. Tapi pada 1986, ketika Derrick dan Duane Moo Young dibantai secara beramai-ramai di hotel di Miami, seorang warga Inggris bernama Kris Maharaj diringkus.

Ia memiliki 6 saksi mata yang mengatakan dirinya sedang berada 50 kilometer dari tempat kejadian perkara (TKP), tapi hakim tetap saja menjatuhkan hukuman mati.

Abang beradik Moo Young terlibat dalam perdagangan kokain Kolombia dan mereka baru saja mencuri dari Pablo Escobar yang tidak terima dipermainkan.

Beberapa tahun setelah pengadilan, dua mantan pembunuh bayaran suruhan Escobar mengaku melakukan kejahatan itu, berdasarkan perintah langsung dari bos besar.

Saksi kunci telah mengubah kesaksian dan hakim pengadilannya kemudian ditangkap karena menerima suap. Hukuman mati Maharaj dibatalkan, tapi dia masih dipenjara hingga sekarang.

5 dari 11 halaman

4. Mengunduh Panduan Kontra-Terorisme

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Rizwaan Sabir)

Suatu hari, Rizwaan Sabir mengunduh file berdujul "Al-Qaeda Training Manual" dan mahasiswa S3 kontraterorisme di University of Nottingham itu pun didatangi polisi.

Padahal, Sabir mengunduh "bacaan teroris" itu dari laman resmi pemerintah Federal.

Bacaan itu sendiri diunggah untuk membantu pembelajar kontraterorisme untuk mengembangkan strategi baru melawan ancaman dan itulah yang sedang dilakukan Sabir.

Ia mendekam selama 6 hari dalam penjara Inggris sebelum disadari ada kesalahan. Sabir mendapat kompensasi senilai 20 ribu poundsterling, tapi polisi Nottingham tidak pernah meminta maaf.

6 dari 11 halaman

5. Korban Perkosaan Jadi Jutawan

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Outweekly)

Penjara merupakan tempat yang kejam bagi pelaku pemerkosaan. Lebih kasihan lagi, kalau terhukumnya sebenarnya tidak bersalah.

Lebih parah lagi, orang yang melakukan tuduhan malah mendapat uang US$ 1,5 juta sambil menjerumuskan orang tak bersalah.

Pada 2002, Brian Banks melakukan seks tanpa paksaan dengan Wanetta Gibson, sesama peserta sekolah musim panas. Banks masih berusia 16 tahun.

Ibu Gibson mengetahui hal itu dan marah luar biasa. Putrinya pun berbohong kepada ibunya dan mengatakan bahwa dia diperkosa secara keji.

Gibson berganti-ganti cerita, tapi orang tetap menelan saja pengakuan tersebut.

Banks dipenjara selama 5 tahun dan Gibson menggugat US$ 1,5 juta dari sekolah musim panas tersebut.

Kebenaran terkuak 10 tahun kemudian. Dalam kesempatan langka, Gibson meminta bertemu dengan korban untuk meminta maaf. Diam-diam, Banks merekam pembicaraan ketika Gibson mengaku berpura-pura diperkosa tapi tidak mau mengaku kepada polisi karena tak mau kehilangan uang ganti rugi.

Rekaman itu menjadi bukti cukup untuk membatalkan hukuman Banks.

7 dari 11 halaman

6. Orang Bernama Sama

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Associated Press)

Dari miliaran orang penduduk planet ini, tidak heran kalau ada orang-orang yang bernama sama, misalnya Khaled El-Masri.

Seorang pria dengan nama itu adalah teroris berbahaya, seorang lagi adalah wisatawan Jerman yang sedang berlibur di Makedonia. Dan CIA salah tangkap.

Pada 2003, wisatawan El-Masri diringkus dari dalam bus dan ditahan oleh polisi rahasia Makedonia. Setelah 23 hari, ia diserahkan kepada CIA yang menyiksanya dan bahkan menerbangkannya ke Afghanistan, ke suatu penjara rahasia. Di sana, ia berkali-kali diperkosa oleh sipir penjara.

Setelah 4 bulan, barulah CIA menyadari kekeliruan mereka dan menerbangkan wisatawan malang itu ke Albania, menurunkannya di jalan sepi dan pergi begitu saja meninggalkannya.

Beberapa tahun kemudian, wisatawan El-Masri berhasi menggugat pemerintah Makedonia, tapi ia tidak pernah menerima permintaan maaf ataupun kompensasi apapun dari CIA.

8 dari 11 halaman

7. Gagal Membedakan Orang Berkulit Hitam

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber BBC)

Medhanie Yehdego Mered adalah seorang penjahat kelas kakap. Ia penyelundup manusia dengan operasi di Laut Tengah.

Mered juga bertanggungjawab atas tenggelamnya kapal Lampedusa pada 2013, sehingga menewaskan 360 migran di lepas pantai Italia.

Pada musim panas 2016, Roma melakukan ekstradisi seseorang dari Eritrea untuk dihadapkan ke pengadilan. Ternyata, mereka menciduk buruh tani bernama Medhanie Tesfamariam Berhe, seperti tertulis dalam kartu pengenalnya.

Para penyintas Lampedusa tidak mengenalnya. Istri Mered tidak mengenalnya. Yang lebih menyebalkan, akun Facebook milik Mered terus menampilkan foto dirinya sedang berpesta pora, padahal ia sedang "ditahan".

Kasus berlanjut dan baru pada 17 Januari 2017 lalu anggota parlemen Italia memulai penyidikan untuk memastikan apara menangkap orang yang tepat.

9 dari 11 halaman

8. Gagal Membedakan Orang Berkulit Putih

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Alchetron)

Pada 1984, Kirk Bloodsworth ditangkap karena penyerangan dan pembunuhan anak perempuan berusia 9 tahun di negara bagian Maryland.

Para saksi tegas menyebutkan pria kurus setinggi 2 meter dan berambut ikal berwarna pirang.

Ternyata, Bloodsworth hanya setinggi 1,8 meter, berambut merah, dan sangat gemuk. Tapi, negara bagian Maryland tetap mengadilinya dan menjatuhkan hukuman mati.

Bukan hanya itu, polisi kemudian menangkap seorang pria yang cocok dengan penjelasan para saksi. Pria itu dipenjara karena pemerkosaan dan percobaan pembunuhan seorang anak perempuan lain.

Dia pun dikerangkeng hanya satu sel penjara jauhnya dari Bloodsworth.

Tidak ada yang menyadarinya hingga akhirnya, pada 1992, Bloodsworth dibebaskan karena uji DNA membuktikan bahwa ia bukan pembunuhnya.

Dalam sejarah Amerika Serikat, Bloodsworth merupakan terpidana mati pertama yang dibebaskan.

10 dari 11 halaman

9. Melacak Kegiatan Seksual Warga

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber BBC)

Sungguh kasihan pria warga Inggris bernama John O'Neil. Setelah ditangkap dengan tuduhan serangan seksual, hakim menanggapnya terlalu berbahaya sehingga dilarang berdekatan dengan wanita.

Ia juga dipaksa melaporkan 24 jam sebelumnya sekiranya melakukan hubungan seksual ketika dalam pengawasan. Belakangan, dakwaan terhadapnya digugurkan dalam pengadilan karena ia kedapatan tidak bersalah.

Tapi, kewajiban lapor diri sebelum berhubungan seks masih diberlakukan.

Begitulah, seorang warga tak bersalah diwajibkan oleh pemerintah Inggris untuk melaporkan diri setiap kali akan melakukan seks. Ia bahkan tetap dipandang "sangat berbahaya bagi wanita".

11 dari 11 halaman

10. Fitnah Pecandu Alkohol

Kasus salah tangkap dan salah hukuman menjadi malapetaka bagi yang mengalaminya, bahkan hingga kehilangan nyawa. (Sumber Clark Prosecutor)

Pada 2008, Jack Alderman dihukum mati menggunakan suntikan oleh negara bagian Georgia. Ia telah menanti hukuman itu sejak 1975 terkait dengan pembunuhan istri dan anaknya.

Tidak bukti forensik yang mengkaitkannya dengan TKP dan tidak ada motif kuat yang didapat selama penyelidikan.

Keputusan hukuman hanya didasarkan kepada pernyataan seorang pedofil pecandu alkohol dan narkoba bernama John Brown yang tadinya mengaku melakukan pembunuhan tapi kemudian mengganti cerita dan menuduh Alderman.

Brown dikenal gemar berkhayal dan kecanduan dengan riwayat melakukan serangan seksual kepada anak-anak dan kekerasan terhadap wanita.

Setelah pembunuhan, ia mengaku menghabisi keluarga Alderman, lalu mengubah cerita dan mengatakan melakukannya bersama-sama dengan Jack.

Jaksa penuntut mengajak melakukan kesepakatan. Dengan keterangan barunya, ia hanya diganjar 12 tahun. Padahal, Alderman dijatuhi hukuman mati.

Hingga akhir hayatnya, Alderman mengaku tidak bersalah. Ia bahkan menolak kesepakatan yang meringankan hukuman menjadi hukuman seumur hidup asalkan ia mengaku bersalah.

Di lain pihak, Brown menjalani masa hukumannya dan, setelah bebas, ia lanjut menistakan puluhan anak lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini