Sukses

4 Teori Liar Pelarian Adolf Hitler, Argentina hingga Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Meski sejarah mencatat bahwa Adolf Hitler, diktator Nazi yang terkenal akan kekejamannya, mati bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri pada 30 April 1945, banyak yang sangsi akan hal itu.

Sang Fuhrer dipercaya masih hidup kala itu dan melarikan diri ke negara lain. Tak hanya satu, tapi beberapa negara termasuk Indonesia.

Hingga saat ini apakah Hitler tewas di bunker, di Argentina, Brazil, atau Indonesia, belum bisa dipastikan. Kisah akhir hayat sang Fuhrer terus jadi misteri.

Berikut ini 4 rute pelarian Adolf Hitler, yang Liputan6.com rangkum dari beragam sumber, Senin (16/1/2017):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Argentina

Menurut buku Grey Wolf: The Escape Of Adolf Hitler karya penulis Inggris Gerrard Williams dan Simon Dunstan, segalanya terkait pelarian Sang Fuhrer telah dipersiapkan oleh kepala Gestapo, Heinrich Muller.

Termasuk dua jasad yang memakai pakaian Hitler dan istrinya, Eva Braun -- yang penampakan mirip benar dengan yang asli.

Ia menuju sebuah kehidupan baru, dunia baru: Argentina.

Dari Jerman, Hitler menempuh rute berliku. Wajar karena ia adalah buron paling dicari di seluruh dunia.

Sejumlah diktator ternyata pernah menulis buku dan karya tulis lainnya. (Sumber histoty.co.uk)

Ia menuju Denmark lalu terbang ke Spanyol di mana Jenderal Franco menyiapkan sebuah pesawat untuk membawanya ke Kepulauan Canary.

Dari sana, Hitler naik kapal selam ke perairan Argentina, di mana ia mendarat di dekat pelabuhan kecul di Necochea, 300 mil selatan ibukota Buenos Aires.

Setelah itu, Hitler dikabarkan tak pernah meninggalkan Argentina. Ia hidup bersama Eva Braun dan punya 2 anak perempuan. Cita-citanya mendirikan Reich Keempat tak pernah kesampaian.

Setelah 17 tahun bersembunyi, Hitler dikabarkan meninggal pada 13 Februari 1962.

Bagi kebanyakan dari kita, kisah di atas adalah fantasi belaka. Namun, tak sedikit yang memercayainya.

3 dari 5 halaman

2. Spanyol

Semenatara, buku yang mengungkap dugaan Hitler mati tua di Argentina, menjadi subyek tudingan plagiarisme.

Jurnalis Argentina, Abel Basti, dari kota Patagonian Bariloche -- di mana sejumlah pensiunan Nazi tinggal, mengklaim Williams dan Dunstan mengambil data penelitiannya dan menuntut kompensasi.

Namun, kedua penulis itu menolak tuduhan tersebut. "Basti sama sekali tidak menciptakan gagasan Hitler masih hidup di Argentina," kata Williams seperti dimuat Daily Mail edisi Oktober 2013.

"Buku-buku soal itu bisa dilacak tahun 1953 dan 1987. Kami tidak menjiplak karya orang lain."

Gerrard Williams menambahkan, ada sejumlah versi soal pelarian Hitler. Isu itu bahkan beredar sejak Mei 1945.

Dalam beberapa tahun setelah perang, tidak ada bukti kuat bahwa Hitler telah tewas. Tak ada bukti fisik yang meyakinkan.

Pada September 1945 bahkan muncul klaim, Hitler dan sekretaris pribadinya, Martin Bormann, naik kapal pesiar mewah di Hamburg dan berlayar ke pulau rahasia di lepas pantai Schleswig - Holstein.

Informasi bahkan muncul lewat mimpi. Kedutaan Inggris di Kopenhagen memberitahu Departemen Luar Negeri bahwa seorang wanita Denmark melapor bahwa temannya bermimpi Hitler menyamar sebagai biarawan di Spanyol.

4 dari 5 halaman

3. Kepulauan Majorca

Pada Desember 1945 dilaporkan AS mendapat 'informasi terpercaya' bahwa Hitler naik kapal selam ke Kepulauan Majorca, tempat ia tinggal di hotel dengan sekelompok ilmuwan nuklir.

Lalu ada klaim bahwa ia hidup sebagai seorang pertapa di sebuah gua di Italia. 

Bahkan Sang Fuhrer pernah diberitakan menjadi gembala di Pegunungan Alpen, Swiss. Meski tak diketahui kebenarannya hingga saat ini.

Ada yang menyatakan bahwa Hitler menyembunyikan dirinya di Antartika.

Semua orang mungkin setuju, bahwa Adolf Hitler memang dikenal sebagai salah satu sosok paling kejam sepanjang sejarah manusia.

5 dari 5 halaman

4. Indonesia

Sebuah artikel mengejutkan telah lama beredar di sejumlah mailing list dan laman jejaring sosial. Artikel itu berisi versi lain cerita kematian diktator Jerman, Adolf Hitler.

Dikatakan Hitler meninggal di Indonesia.

Cerita ini berawal dari sebuat artikel di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo -- dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama 'Hope' di Sumbawa Besar.

Dia menceritakan pengalamannya bertemu dengan dokter tua asal Jerman bernama Poch di Pulau Sumbawa Besar tahun 1960. Poch adalah pimpinan sebuah rumah sakit terbesar di pulau tersebut.

Klaim yang diajukan dr Sosrohusodo jadi polemik. Dia mengatakan dokter tua asal Jerman yang dia temui dan ajak bicara adalah Hitler di masa tuanya.

Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah bahwa dokter tersebut tak bisa berjalan normal --- Dia selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan dan tangan kirinya selalu bergetar. Kumisnya pun vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul.

Adolf Hitler dan Eva Braun. (Telegraph)

Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya -- yang ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Saat bertemu dengannya di tahun 1960, orang yang diduga Hitler berusia 71 tahun.

Poch meninggal pada 15 Januari 1970 pukul 19.30 di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung, dalam usia 81 tahun. Dia dimakamkan sehari kemudian di daerah Ngagel.

Poch sebelumnya konon menikah wanita Sunda asal Bandung berinisial S, setelah istri pertamanya yang asal Jerman pulang ke tanah airnya.

Menurut Sosro, istri kedua Poch, S juga suatu hari dia melihat suaminya mencukur kumis dengan gaya mirip Hitler. Ketika dia bertanya, suaminya menjawab, "jangan bilang siapa-siapa."

Sosro mengaku tak ada maksud tersembunyi di balik pengakuannya. "Saya hanya ingin menunjukan Hitler meninggal di Indonesia," kata dia.

Kendati demikian, sejauh ini tak ada bukti sahih yang menunjukkan Hitler lari ke negara-negara yang disebutkan di atas. Tak ada bukti juga bahwa Poch adalah sang fuhrer. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.