Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Pengakuan Perempuan yang Melahirkan Anak Hasil Kejahatan Seksual

Apapun tindakan korban, betapa mengerikannya harus membuat keputusan penentu hidup setelah suatu kejadian yang traumatis.

Liputan6.com, Jakarta - Kejahatan seksual meninggalkan luka batin yang mendalam bagi korbannya, bahkan bertahun-tahun setelah kejadian itu sendiri.

Bagi beberapa penyintas, keinginan untuk melangkah maju bisa juga terhambat karena terjadinya kehamilan akibat pemerkosaan.

Kebanyakan korban pemerkosaan masih sangat muda ketika serangan itu terjadi. Beberapa di antaranya mendapati diri mereka hamil secara tidak diinginkan dan mengambil keputusan.

Ada yang berkeputusan menggugurkan kandungan, dengan segala beban perasaan yang mengikuti, baik yang merasa telah mengambil keputusan yang benar ataupun yang malah menyesalinya.

Seperti dikutip dari Daily Mail pada Senin (16/1/2017), sejumlah korban pemerkosaan yang kemudian hamil akibat peristiwa itu mencurahkan isi hati mereka.

Satu hal yang jelas dari unggahan-unggahan anonim itu ke Whisper, yaitu betapa mengerikannya harus membuat keputusan penentu hidup setelah suatu kejadian yang traumatis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Lega Setelah Keguguran

TORCH, Penyebab Keguguran Berulang

Sejumlah perempuan korban kejahatan seksual, menggugurkan kandungan menjadi pilihan. Namun, jika itu terjadi secara alami, itulah yang dinanti.

Kata seorang wanita yang mencurahkan melalui laman Whisper, "Aku menjadi hamil pada pada usia 13 tahun karena ulah pemerkosaku, tapi kemudian keguguran. Inilah pertama kalinya aku menceritakan kepada orang lain."

Seorang wanita lain merasa amat lega ketika keguguran, demikian pengakuannya, "Aku keguguran hari ini dan sangat berbahagia. Minggu lalu saya baru tahu bahwa saya hamil akibat pemerkosaku."

Seorang wanita lain berhasil meninggalkan jauh-jauh trauma di belakangnya dan menuliskan, "Lima tahun lalu, aku diperkosa, menjadi hamil, dan kehilangan bayi itu."

Namun demikian, seorang wanita lain mengungkapkan bahwa keguguran itulah yang menjadi hal terburuk baginya, bukan kejadian pemerkosaannya.

Katanya, "Keluargaku mengetahuinya, tapi tidak pernah berbicara kepadaku tentang hal itu. Aku hancur karena pemerkosaan, tapi tidak ada yang mengerti bahwa keguguran itulah yang menghancurkanku."

3 dari 5 halaman

Menerima Anak

Menggendong bayi cenderung di kiri, mengapa ya? (Foto: Daily Mail)

Beberapa orang wanita mengungkapkan bahwa mereka melahirkan anak-anak pemerkosa mereka, menerima jiwa-jiwa kecil itu, dan akhirnya berbahagia karenanya.

Seseorang mengatakan, "Ketika aku berusia 15 tahun, aku menjadi korban pemerkosaan dan menjadi hamil. Sekarang, putriku yang cantik berusia 6 tahun, aku bertunangan dengan orang yang menjadi cinta dalam hidupku, dan sekarang sedang hamil bayi yang kedua."

Yang lain lagi mengatakan, "Empat tahun lalu, aku diperkosa dan menjadi hamil karena pemerkosa itu. Kemarin, aku menikahi pria yang kupacari selama 2 ahun dan hari ini dia secara legal mengadopsi anakku. Aku adalah wanita paling berbahagia sedunia."

Seorang wanita lain menambahkan, "Ketika pemerkosaku menyebabkan aku hamil, semua orang di sekitarku bilang "aborsi", seakan tidak ada pilihan lain. Aku meneruskan kehamilan dan membesarkan putriku, dan ia adalah yang terbaik yang ada dalam hidupku."

Seorang lagi menyebutkan bahwa ia berbahagia hamil sewaktu muda karena ia sekarang mandul.

Katanya, “Aku hamil pada usia 14 tahun karena pemerkosaan. Dengan bahagia, aku meneruskan kehamilan dan membesarkan bayi itu. Aku bahagia diberkati sebagai ibu sejak muda karena sekarang aku mendapat diagnosa kemandulan.”

4 dari 5 halaman

Berwajah Mirip Pemerkosa

(Ilustrasi)

Namun demikian, bagi seorang wanita lain lagi, putranya adalah pengingat tiap hari tentang pemerkosanya.

Ia mengaku, "Aku diperkosa pada usia 17 dan menjadi hamil. Putraku terlihat sangat mirip dengan pemerkosaku dan hal itu menakutkanku."

Bagi seorang wanita lain, putranya sama sekali tidak mirip dengan pria yang memperkosanya.

Katanya, "Aku diperkosa pada usia 18 dan menjadi hamil. Aku merawat putraku. Ia sekarang berusia 11 tahun aku amat bangga padanya, setiap hari ia membuktikan bahwa ia tidak seperti pemerkosaku."

Seorang wanita lain memutuskan untuk memberikan bayinya melalui adopsi. Katanya, "Aku tahu bahwa itu bukan salahnya dan dia juga sama-sama korban seperti aku. Aku ingin ia memiliki hidup yang hebat. Tanpa ada penyesalan."

5 dari 5 halaman

Menggugurkan Kandungan

Aborsi

Bagi kebanyakan wanita, penghentian kehamilan merupakan satu-satunya cara melangkah maju bagi mereka, bahkan jika harus kehilangan teman-teman dan anggota keluarga.

"Tunanganku tidak setuju dengan aborsi dan berniat bertanggung jawab. Justru aku yang tidak sanggup dan tidak mau hamil anak pemerkosa. Akupun melakukan aborsi," kata seorang wanita.

"Ketika berusia 14 tahun, aku diperkosa dan menjadi hamil. Aku melakukan aborsi dan semua teman menjauhiku. Itu kejadian 7 tahun lalu, tapi aku tidak menyesali apapun," kata seorang lagi.

Seorang lagi mengaku ia berdiam diri tentang aborsi karena teman-temannya tidak mendukungt aborsi. Ia berujar, "Apa yang kualami memang menjadi trauma, tapi aku tidak bisa cerita kepada mereka karena sangat mendukung kehidupan (pro-life). Diam-diam aku menjadi gila."

Seorang wanita lagi mengaku bahwa dia tidak punya biaya untuk mengakhiri kehamilan walaupun ia menginginkannya, "Aku kira yang terburuk sudah lewat. Eh, ketahuan bahwa pemerkosa itu menyebabkanku hamil, tapi aku tidak punya uang untuk aborsi."

Seorang wanita lagi menyatakan penyesalannya, katanya, "Aku kehilangan keperawananku kepada pemerkosaku waktu berusia 15 dan menjadi hamil dan harus aborsi. Semakin bertambah usia, hal itu semakin menyakitkan."

Bagi seorang wanita muda lain, aborsi adalah jalan terbaik. Ia menuliskan, "Aku mendukung pilihan aborsi karena aku diperkosa pada usia 12. Pemerkosa itu menghamiliku dan, kalau tidak melakukan aborsi, aku sekarang memiliki anak berusia 4 tahun sekaligus kaitan dengan pemerkosaku."

Seorang lagi mengatakan, "Aku melakukan aborsi. Jangan membenci. Kalau kamu berusia 15 dan hamil karena diperkosa, kamu mau apa lagi? Jangan menghakimiku kalau tidak tahu betapa mengerikannya hal itu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.