Sukses

Diplomat Pembelot: Korut Lakukan Tipuan Asuransi Selama 30 Tahun

Korea Utara mulai mengambil untung melalui pasar asuransi internasional London pada 1980-an.

Liputan6.com, Seoul - Kabar mengejutkan diungkapkan oleh Diplomat Korea Utara (Korut) yang membelot dari Kedutaan Besar Korut di London. Ia menyebut bahwa negeri tertutup itu meraup puluhan juta dolar setiap tahun melalui penipuan asuransi.

Dikutip dari UPI pada Sabtu (14/1/2017), Thae Yong-ho membeberkan sejumlah hal terkait rezim Kim Jong-un kepada wartawan lokal di Seoul, Korea Selatan, sejak tiba di sana pada Agustus 2016 lalu.

Menurut laporan Yonhap, kantor berita Korea Selatan pada Jumat 13 Janurai lalu, tipuan yang dilakukan Pyongyang berlangsung selama kira-kira 30 tahun.

Korut mulai mengambil untung melalui pasar asuransi internasional London pada 1980-an, ketika pendiri negeri itu, Kim Il Sung, masih berkuasa dan putranya, Kim Jong Il, menjadi orang ke dua.

Bahkan, menurut Thae dalam wawancara dengan kantor berita Korsel itu, ada istilah dari kedua penguasa itu terkait skandal penipuan tersebut. Yakni "Siphon (money) off the insurance market," yang berarti merampas dari pasar asuransi.

"Di Korea Utara hanya ada satu perusahaan asuransi milik negara, sehingga kalau merekayasa kecelakaan pun tidak ada cara memeriksa klaimnya."

Thae melanjutkan, "Setelah membeli asuransi atau re-asuransi untuk infrastruktur negara, dibuatlah dokumen-dokumen palsu (tentang rekayasa kecelakaan), sehingga menghasilkan puluhan juta dolar per tahun."

Namun demikian, sumber pendapatan itu dihentikan pada Mei 2016, setelah penerapan sanksi ekonomi terhadap Pyongyang oleh Uni Eropa dan Inggris.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tragedi Ledakan Stasiun Kereta

Selain tentang tipuan asuransi, Thae juga membeberkan tentang peristiwa ledakan di stasiun kereta Korea Utara pada 2014.

Peristiwa itu dikenal sebagai bencana Ryongchon dan disebabkan oleh suatu muatan yang mudah terbakar. Dalam peristiwa itu, sekitar 3.000 orang meninggal dunia, demikian menurut laporan media Korea Selatan.

Menurut Thae, peristiwa itu menyebabkan hukuman mati terhadap pimpinan perkeretaapian Korut dan sejumlah pejabat perhubungan atas perintah Kim Jong Il.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.