Sukses

5 Tuduhan Kunci Kedekatan Trump dan Rusia dalam Arsip Rahasia

Media BuzzFeed merilis dokumen 35 halaman yang berisi dugaan keterkaitan Trump dengan Rusia. Apa saja isinya?

Liputan6.com, Washington, DC - Gosip kedekatan antara Presiden AS terpilih Donald Trump dengan Rusia telah berhembus sejak pengusaha tajir itu masih jadi capres.

Kecurigaan makin menjadi-jadi kala Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin saling memuji satu sama lain. Meski belakangan, Putin meralatnya.

Belum lagi dengan temuan pemerintah AS bahwa Rusia berada di belakang kemenangan Trump. Pihak AS menuduh Negeri Beruang Merah meretas sistem pemilu AS dan email para petinggi Partai Demokrat.

Puncaknya, Obama mengusir para diplomat Rusia dan menutup dua fasilitas milik Moskow di AS.

Tak hanya itu semua, kali ini sebuah dokumen berisi bagaimana tingkah laku cabul Donald Trump selama di Moskow bocor ke publik. Sebetulnya, gosip perkara pesta seks di sebuah hotel mewah di Moskow itu telah berhembus pada November 2016 lalu.

Kabar itu berawal dari tulisan investigasi Mother Jones yang mengutip rilis dari FBI terkait hubungan 'mesra' antara Rusia dan Trump.

Dan, baru-baru ini, BuzzFeed -- 10 hari jelang pelantikan Trump-- merilis dokumen 35 halaman yang berisi dugaan keterkaitan Trump dengan Rusia.

Meski belum ada verifikasi dan bukti yang menguatkan tuduhan-tuduhan itu.

Dokumen itu disebut-sebut disiapkan oleh mantan perwira intelijen Inggris yang disewa oleh lawan-lawan politik Trump -- yang kemudian beredar di kalangan politisi tingkat tinggi dan beberapa wartawan sejak musim gugur lalu.

Ada beberapa hal penting tentang keterkaitan Trump dengan Rusia dalam dokumen yang Trump sebut palsu itu. Liputan6.com mengutip 5 isu kunci dari The Independent pada Kamis (12/1/2017) mengenai hubungan keduanya dari arsip tersebut.

Berikut penjabarannya: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Rusia Telah 'Membina' Trump selama 5 Tahun

Diplomat senior di kementerian luar negeri Rusia dan mantan top intel yang masih aktif di Kremlin menyebut negeranya telah 'membina' Trump dalam 5 tahun terakhir. Skenarionya adalah menjadi orang nomor satu di AS.

Keduanya menyebut sebuah operasi khusus untuk Trump. Dan hal itu direstui serta diperintahkan sendiri oleh Putin.

"Namun, sejauh ini sumber isu itu sulit untuk diverifikasi," tulis The Independent dalam editorialnya.

3 dari 6 halaman

2. Pesta Seks Trump di Moskow

Mantan intel senior Rusia, FSB mendapat rekaman aksi binal Trump di sebuah hotel di Moskow. Alih-alih memeras pengusaha tajir itu untuk mendapatkan keuntungan, si agen membiarkannya.

Rupanya, aksi memonitor orang top di Rusia adalah hal lazim yang dilakukan oleh FSB.

Isu ini merupakan yang terpanas dan terbaru. Membuat Donald Trump meradang dalam konferensi pers perdananya sebagai presiden AS.

4 dari 6 halaman

3. Putin Perintahkan Simpan Dokumen Hillary Clinton

Bertahun-tahun Divisi K di FSB menyimpan arsip soal Hillary Clinton kala sang suami, Bill menjadi Presiden AS. Selain dokumen, rekaman suara juga mereka amankan.

Kebanyakan isi dari arsip itu memang adalah rekaman suara kala Nyonya Clinton mengikuti perjalanan suaminya ke Moskow. Juga rekaman telepon kala ia berada di ibu kota Rusia.

Isinya, sangat kontradiktif dengan penampilan Hillary di depan media-media Rusia kala itu.

5 dari 6 halaman

4. Selama 8 Tahun, Tim Trump Berhubungan dengan Kremlin

Tak hanya isu 'membina' Trump selama 5 tahun terakhir, namun korespondensi antara orang terdekat Trump dan Kremlin telah terjadi selama 8 tahun. Memang, semua berawal dari bisnis yang kemudian berkembang menjadi politik.

Isu ini telah digelontorkan oleh media-media AS antara lain Time dan Los Angeles Times. Penasihat utama Trump seperti Paul Manafort, Carter Page, dan pensiuan jenderal Michael Flynn memiliki hubungan dengan konglomerat Rusia.

6 dari 6 halaman

5. Jaksa Agung Pilihan Trump Lakukan Pertemuan Rahasia di Praha

Dalam dokumen itu, Michael Cohen, jaksa agung pilihan Trump bersama stafnya mengunjungi Praha pada Agustus-September 2016.

Ia disebut-sebut membayar peretas yang bekerja di Eropa atas perintah Kremlin untuk menghancurkan kampanye Hillary.

"Cohen sendiri menolak tuduhan itu. Ia mengaku tak pernah seumur hidupnya berada di Praha," tulis Independent.

Kepada Yahoo News, Cohen menunjukkan paspornya sepanjang 2009-2016 dan tak ada satupun stempel negara Republik Ceko.

"Namun, negara itu terletak di kawasan zona Schengen, dan itu memungkinkan ia bisa masuk ke negara itu tanpa perlu paspornya dicap," tulis Independent.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini