Sukses

Dua Profesor Minta Donald Trump Bebaskan Mereka dari Taliban

Permohonan pembebasan dua orang yang disandera Taliban diunggah melalui sebuah video yang dirilis pada Rabu 11 Januari 2017.

Liputan6.com, Kabul - Dua orang profesor asal Amerika dan Australia yang diculik oleh Taliban di Kabul lima bulan lalu, memohon presiden AS terpilih Donald Trump untuk membantu pembebasan mereka.

Permohonan yang direkam dan diunggah ke situs berbagi video pada Rabu 11 Januari 2017 tersebut, menjadi kemunculan pertama mereka di depan publik sejak keduanya diculik.

Kevin King (60) asal Amerika dan Timothy John Weeks (48) asal Australia, diculik pada 7 Agustus di luar kampus American University of Aghanistan tempat keduanya mengajar.

Dalam video berdurasi 13 menit itu, mereka memohon pemerintah Amerika untuk bernegosiasi dengan penculiknya. Sebagai gantinya, Taliban diyakini menginginkan pembebasan sejumlah militannya.

"Jika kami tinggal di sini lebih lama, kami akan dibunuh. Saya tak ingin meninggal di sini," ujar Weeks dalam video seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (12/1/2017).

Tidak ada tanda di mana video yang menampilkan sandera Taliban tersebut telah direkam. Namun, tampaknya perilisan video itu sengaja bertepatan dengan transisi Presiden AS.

"Donald Trump, pak, saya memohon. Ini ada di tanganmu. Saya mohon Anda bernegosiasi dengan Taliban. Jika Anda tak bernegosiasi dengannya, kami akan dibunuh," ujar Weeks. Ia menambahkan, dirinya takut tak dapat melihat lagi ibunya yang sakit parah.

Penyanderaan kedua profesor itu merupakan deretan terbaru kasus penculikan warga asing di Kabul.

Pada Agustus lalu, seorang pekerja sosial Kerry Jane Wilson, dibebaskan setelah empat bulan disandera. Di bulan November, seorang perempuan Australia lain diculik dan hingga kini keberadaannya belum diketahui.

Rekaman yang dirilis pada Rabu lalu itu mengingatkan lagi akan sebuah video Desember lalu. Dalam rekaman tersebut, terlihat pasangan Kanada-Amerika, Caitlan Coleman dan Joshua Boyle, meminta pemerintah mereka untuk menegosiasikan pembebasan.

Coleman dan Boyle muncul di video bersama dua anak mereka yang lahir selama penyanderaan selama empat tahun. Mereka menggambarkan hal itu sebagai "mimpi buruk Kafkaesque", sebuah terminologi yang diciptakan oleh penulis sureal Franz Kafka yang menggambarkan kompleksitas ketakutan dan ketidakberdayaan. 

Pasangan itu diculik pada 2012 ketika melakukan perjalanan melalui Provinsi Wardak yang diyakini dikuasai oleh Haqqani, kelompok yang bersekutu dengan Taliban.

Tahun lalu, pemerintah Afghanistan menghukum mati saudara laki-laki wakil pemimpin Taliban, Anas Haqqani. Sejumlah pejabat pun meyakini bahwa kelompok tersebut mencoba mengumpulkan cukup sandera asing untuk menggantikan komandan mereka yang ditangkap.

Pemerintah AS sebelumnya telah menyetujui permintaan Taliban untuk saling membebaskan tahanan. Pada 2014, Haqqan membebaskan seorang tentara AS, Bowe Bergdhal, yang ditukar dengan pembebasan lima tahanan Taliban.

Dalam sebuah pernyataan mengejutkan pekan lalu, seorang perempuan Amerika bernama Jane Larson mengungkap, suaminya yang bersia 74 tahun, Paul Overby, telah disandera sejak dua tahun lalu.

Peristiwa itu terjadi saat Overby sedang menyebrang dari Pakistan ke Provinsi Khost, Afghanistan, dalam upaya untuk mewawancarai pemimpin Haqqani, Sirajudin Haqqani, untuk membuat sebuah buku.

Menanggapi hal itu, Pemerintah AS mengaku tidak tahu di mana Overby ditahan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini