Sukses

Mantan Presiden Wafat, Iran Kibarkan Bendera Hitam

Berbeda dengan Indonesia, tanda perkabungan Iran tidak dilakukan dengan mengibarkan bendera setengah tiang.

Liputan6.com, Teheran - Masyarakat Iran tengah berkabung. Mereka kehilangan presiden ke-4 Akbar Hashemi Rafsanjani yang meninggal dunia pada 8 Januari 2017.

Berbeda dengan Indonesia, tanda perkabungan Iran tidak dilakukan dengan mengibarkan bendera setengah tiang.

Mereka punya cara khusus, yakni mengibarkan bendera hitam di seantero Negeri Para Mullah tersebut.

"Enggak ada bendera setengah tiang. Cuma di sepanjang jalan dikibarkan bendera hitam dan bendera Iran di seluruh Iran," ucap WNI yang tinggal dan bekerja di Iran, Marwan Zubaidi, kepada Liputan6.com.

Presiden Iran ke-4 Akbar Hashemi Rafsanjani (Foto: Marwan Zubaidi)

Suasana berkabung, kata Marwan, begitu terasa di Iran, termasuk ibu kota Tehran tempatnya tinggal.

Bukan tanpa sebab rakyat Iran begitu sedih. Rafsanjani merupakan pemimpin yang begitu dicintai dan sangat brilian dalam menjalankan pemerintahan.

Besok pun, kata pria yang sudah setahun berada di Iran itu, seluruh perwakilan misi asing di negara tersebut menuju pemakaman Rafsanjani. Mereka bersama-sama Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani akan memanjatkan doa untuk Rafsanjani.

Mantan Presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani, meninggal dunia di rumah sakit di Teheran, Iran, di mana ia dilarikan setelah mendapat serangan jantung pada Minggu waktu setempat.

Kantor berita negara Iran, Press TV, mengatakan Rafsanjani yang berusia 82 tahun tak tertolong meski dokter telah berupaya maksimal untuk menyelamatkannya.

Warga dilaporkan berkumpul di luar rumah sakit di mana Rafsanjani mengembuskan napas terakhirnya, tepatnya di kawasan Tajrish di Teheran utara.

Rafsanjani merupakan seorang tokoh berpengaruh di Iran. Ia memimpin sebuah Dewan Penegasan Kemanfaatan yang berfungsi untuk menyelesaikan sengketa antara parlemen dan Dewan Garda.

"Ayatollah Hashemi Rafsanjani, Kepala Dewan Penegasan Kemanfaatan, setelah seumur hidup berjuang tanpa henti menuju jalan Islam dan revolusi telah meninggal dunia," demikian pengumuman televisi Channel One seperti dikutip dari The New York Times.

Sosoknya juga merupakan salah seorang tokoh di Majelis Ahli, sebuah lembaga yang memilih pemimpin tertinggi, orang paling berkuasa di Iran. Rafsanjani selama ini dideskripsikan sebagai "pilar Revolusi Islam".

Sejumlah kebijakan pragmatisnya di mana ia meliberalisasi ekonomi dan membangun hubungan yang lebih baik dengan Barat telah membuat kelompok garis keras berang, namun tak sedikit dipuji oleh rakyat Iran.

Kematiannya disebut-sebut merupakan pukulan terbesar bagi kaum moderat dan reformis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.