Sukses

Hasil Survei Mengejutkan Muncul Jelang Obama Lengser

Apa pendapat warga Amerika Serikat terhadap Presiden Obama menjelang digantikan oleh Trump? Jawabannya cukup mengejutkan...

Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah survei terbaru menjelang kepergian Presiden Barack Obama dari Gedung Putih, cukup mengejutkan.

Kebanyakan warga Amerika Serikat merasa, Obama justru memecah belah bangsa dibandingkan dengan menyatukannya.  

Kendati demikian, ia meninggalkan kantornya dengan mengantongi kepercayaan yang tinggi dari mayoritas responden. 

Menurut survei yang digelar oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research, delapan tahun setelah kemenangan pemilu Obama yang bersejarah, hanya 27 persen melihat AS lebih bersatu. Sementara, 44 persen justru merasa AS terpecah belah di bawah di bawah kepimpinannya.

Angka-angka tersebut menggarisbawahi salah satu kontradiksi kunci kepresidenan Obama.

Pada umumnya, orang Amerika menyukainya. Namun, selain dari "Obamacare" di mana terjadi reformasi besar-besaran perbaikan perawatan kesehatan, ia dianggap tidak mampu mendapatkan persetujuan mayoritas kongres untuk memenuhi target kepemimpinannya.

"Itu salah satu dari sedikit penyesalan dalam masa kepresidenan saya -- bahwa dendam dan kecurigaan antara berbagai pihak telah semakin parah, bukannya lebih baik," kata Obama dalam pidato terakhirnya di State of the Union, demikian dikutip dari AP, Selasa (10/1/2017).

Namun, 57 persen responden mengatakan mereka melihat Obama sebagai sosok menyenangkan, menempatkan dia di atas pendahulunya, George W. Bush, dan setara dengan Bill Clinton pada akhir dua masa jabatan mereka.

Presiden AS Barack Obama didampingi Wapres AS, Joe Biden berjalan usai meberikan pidato kemenangan capres dari Partai Republik, Donald Trump di Pilpres AS di Gedung Putih, Washington, DC (9/11).  (AFP PHOTO/Nicholas Kamm)

Clinton memiliki dukungan 57 persen sama dengan Obama, sementara Bush hanya 40, menurut jajak pendapat Gallup pada saat itu.

Ayah Bush bernasib lebih baik, dengan 62 persen responden melihat dia sebagai sosok menyenangkan pada akhir waktunya menjelang lengser, meskipun ia gagal untuk memenangkan masa jabatan kedua.

Lebih dari setengah mengatakan presiden Obama adalah sosok yang hebat atau baik. Tiga puluh tujuh persen melihat dia tidak baik.

Apakah Obama menepati janjinya? Tidak, itu yang ada dalam benak 2 dari 3 orang Amerika, meskipun 44 persen mengatakan dia telah mencoba.

Barack Obama dengan pangeran George saat kunjungannya ke Inggris (Sumber: Thedailytelegraph.com)

Ada frustrasi bahkan di antara banyak pendukung lama Obama tentang kurangnya gerakan pada prioritas utama seperti merombak hukum imigrasi, memberlakukan langkah-langkah kontrol senjata, dan menutup penjara di Teluk Guantanamo, Kuba.

"Dia bertindak layaknya presiden, tapi dia hanya tidak bisa menyelesaikannya," kata Dale Plath, seorang manajer penjualan asuransi pensiun dari Mason City, Iowa.

Dia mengatakan, dia memilih Obama di masa jabatan pertama, namun tidak untuk kedua kalinya dan pemilu tahun 2016, Plath mengatakan: "Saya memilih perubahan, terus terang--dan itu dalam bentuk Donald Trump."

"Ya, saya mengerti Republik menentang Obama," kata Plath. "Tapi ada presiden lain dalam situasi yang sama, dan mereka mampu bertahan."

Obama meninggalkan kantor lebih populer dibanding pada masa jabatan pertamanya. Pada bulan Desember 2014, sebulan setelah Demokrat kehilangan kendali Senat, hanya 41 persen mengatakan mereka melihat dia menguntungkan dalam jajak pendapat AP-GfK.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Warga Kulit Hitam Lebih Sengsara?

Delapan dari 10 orang Afrika-Amerika melihat dengan bangga presiden kulit hitam pertama.

Tetapi, mereka melihat kepresidenan Obama tidak menghasilkan jenis perubahan besar bagi warga Afrika-Amerika yang selama ini banyak berharap.

Hanya 43 persen dari orang Afrika-Amerika mengatakan Obama membuat hal-hal yang lebih baik bagi mereka, sementara kira-kira setengah dari responden mengatakan mereka melihat tidak ada perbedaan. Enam persen justru mengatakan Obama telah membuat hal-hal buruk.

Bagi Ronald Thornton, warga Afrika-Amerika berusia 62 tahun dari kampung halaman Obama di Chicago, perubahan memang ada tapi tak banyak.

Thornton mengatakan bahwa pandangannya terhadap Obama sangat menyenangkan, tetapi ia menambahkan bahwa bahkan prestasi Obama terbesar -- UU perawatan kesehatan atau "Obamacare" -- membawa kerugian bagi orang seperti dia.

"Tahun pertama itu mulai berlaku, saya tidak memiliki asuransi," kata Thornton, yang kemudian membeli perawatan itu melalui ObamaCare Marketplace. "Saya dihukum karena dianggap tak bertanggung jawab dengan tidak memiliki asuransi, dan saya benar-benar tidak punya uang untuk membayar dendanya."

Aksi protes ini akibat penembakan terhadap pria kulit hitam, Keith Lamont Scott yang dilakukan oleh polisi, AS, Selasa (20/9). Pengunjuk rasa meminta keadilan atas penembakan terhadap warga kulit hitam. (REUTERS/Adam Rhew)

Pada umumnya, pandangan orang Amerika terhadap Obama adalah bahwa ia mampu mendobrak batasan partisan.

Hampir 9 dari 10 anggota Partai Demokrat dan orang-orang yang berafiliasi dengan partai itu memandang Obama secara positif, sementara 3 dari 4 anggota Partai Republik memiliki pandangan negatif. Adapun kelompok independen terpecah.

Ketika Obama pertama kali menjabat, bangsa AS dalam kesulitan ekonomi yang mengerikan, hampir tak ada lapangan pekerjaan dan didera krisis keuangan.

Menjelang akhir tahun pertama Obama di Gedung Putih, tingkat pengangguran mencapai paling angka tinggi dalam seperempat abad sejarah AS, yaitu 10 persen.

Namun, Obama meninggalkan Gedung Putih dengan pengangguran di angka 4,7 persen setelah 75 bulan berturut-turut mengalami pertumbuhan lapangan kerja yang ia raih dengan susah payah.  

Usahanya itu ia capai meskipun warga AS masih diganjar upah yang tak layak dan banyak orang Amerika yang lebih tua akhirnya menyerah mencari pekerjaan.

Tantangan-tantangan besar tersebut memicu persepsi bahwa meski perekomian mengalami kemajuan, namun kondisi belum cukup membaik. 

Hanya 4 dari 10 orang Amerika mengatakan mereka dan keluarga mereka lebih baik saat Obama menjabat, sementara sekitar seperempat mengatakan kondisi mereka lebih buruk.

Sekitar sepertiga mengatakan mereka belum melihat banyak perubahan.

Meski demikian, Irene Purcell mengatakan dia merasakan perbedaan. Mantan paralegal dari Austin, Texas, kala itu sedang berjuang untuk menemukan pekerjaan sebagai pengasuh pada saat kondisi ekonomi tengah lesu.

"Dengan kemampuan Obama mengembalikan sekian persen warga Amerika kembali ke dunia kerja, maka hal itu cukuplah itu bagi saya," kata Purcell yang anaknya kini telah berusia 3 tahun. "Bagi saya, itu adalah hal yang baik," tutupnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini