Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Memiliki Ukiran Erotis, Ini Kuil Paling Seksi di India

Budaya Hindu dan Jain tak segan memperlihatkan pria dan wanita yang tengah menikmati seks.

Liputan6.com, New York - Kompleks kuil Khajuraho di negara bagian Madya Pradesh, India, berisi bangunan-bangunan dan hiasan-hiasan indah. Antara 900 dan 1130 M, wangsa Chandela membangungn 85 kuil dalam kompleks, tapi sekarang hanya tersisa 25 bangunan.

Khauraho telah ditetapkan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia dan layak dikunjungi. Namun demikian, yang paling membedakannya dengan situs lain, adalah ukiran-ukiran erotis baik di luar maupun dalam kuil.

Ukiran-ukiran itu menggambarkan adegan-adegan pria, wanita, dan bahkan hewan, terlibat dalam hubungan seks, pesta orgi, maupun bestialitas (seks manusia dengan hewan).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masa Keemasan India Tengah

Kuil-kuil Khajuraho dilakukan segera setelah wangsa Chandela naik ke tampuk kekuasaan di Madhya Pradesh, suatu kawasan India Tengah. Kuil-kuil itu diabdikan untuk dua agama di India, yaitu Hinduisme dan Jainisme, sehingga diduga penerimaan terhadap dua agama itu ke dalam tradisi.

Keseluruhan 85 kuil itu dibangun secara turun temurun oleh para penguasa Chandela dalam ruang berukuran sekitar 20 kilometer persegi pada suatu masa yang dipandang sebagai masa keemasa bagi India Tengah.

Dikutip dari Ancient Origins pada Selasa (10/1/2017) pembangunan mendadak terhenti di awal Abad ke-13 ketika Kesultanan Delhi memecah Kerajaan Chandela dan menduduki Mahoba, ibukota kerajaan yang terletak sekitar 56 kilometer dari Khajuraho.

Hingga masa pendudukan, kegiatan pemujaan giat dilakukan di kuil-kuil Khajuraho. Namun demikian, Kesultanan Delhi kemudian menistakan maupun menghancurkan sebagian besar kuil.

Budaya Hindu dan Jain tidak memandang secara enggan kepada wanita-wanita yang menikmati seks. (Sumber flickr/Nagarjun Kandukuru)

Kebijakan untuk tidak memberi toleransi kepada tempat-tempat pemujaan itu dimaksudkan agar warga Khjuraho hengkang meninggalkan kawasan tersebut agar para penjajah Muslim tidak mendatangi kawasan kuil sehingga kuil dan penduduk tidak diganggu, demikian menurut laporan Khajuraho-India, 2016.

Secara relatif, kompleks itu terpencil dan berhasil selamat beberapa wangsa Islam yang memerintah daerah tersebut dari Abad ke-13 hingga ke-18.

Namun demikian, bangunan-bangunannya rusak karena kekuatan hutan dan tumbuhan yang secara perlahan menyelimuti kompleks. Baru pada 1838 kuil-kuil Khajuraho diperkenalkan kepada dunia.

Penjelajah T.S. Burt yang berkebangsaan Inggris telah mendengar selentingan tentang kuil-kuil dengan tampilan adegan seksual secara terang-terangan.

Tapi, harus "dibujuk oleh orang-orang India yang membantunya agar melakukan perjalanan, walaupun ia tidak yakin akan menemukan apapun yang menarik."

3 dari 4 halaman

Ukiran-ukiran Erotis Khajuraho

Bukan hanya kehebatan arsitektur dan pahatan-pahatan yang adi luhung, tapi kuil-kuil Khajuraho paling dikenal dengan ukiran-ukiran erotisnya.

Tak banyak hal diketahui tentang tujuan gambar-gambar seksual itu, tapi ada dugaan bahwa kuil-kuil itu dimaksudkan untuk merayakan seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk seks.

Budaya Hindu dan Jain tidak memandang secara enggan kepada wanita-wanita yang menikmati seks. (Sumber flickr/Nagarjun Kandukuru)

Walaupun karya seni seksual hanya sekitar 10 persen dari keseluruhan yang ada di sana, karya tersebut paling menarik perhatian. Kuil-kuil itu menggambarkan beberapa manifestasi berbeda Shakti dan Shiva, yaitu wanita dan pria mahasusci.

Tapi, sosok-sosok manusia itulah yang ditampilkan terlibat dalam mithuna—suatu istilah Sansekerta yang dipakai dalam Tantra untuk menjelaskan konteks ritual suatu kesatuan seksual.

4 dari 4 halaman

Prinsip-prinsip Tantra

Para penguasan Chandela diduga menjadi pengikut prinsip-prinsip Tantra, sehingga membangun kuil-kuil itu untuk membantu menghadirkan kesetimbangan antara kekuatan-kekuatan pria dan wanita sebagaimana dinyatakan melalui kenikmatan bersama suatu kesatuan jasmani.

Dapat dilihat bahwa kuil-kuil itu menggambarkan wanita secara terbuka dan bebas mengalami kenikmatan-kenikmatan seksual. Sejumlah cendekiawan menduga bahwa kuil-kuil itu dimaksudkan sebagai perayaan kekuatan kaum wanita.

Menurut Cunningham, "Diduga bahwa kuil-kuil itu menjadi perayaan kewanitaan (womanhood) karena mereka menggambarkan wanita-wanita (apsara) berpanggul lebar dan bertubuh sintal tapi dalam proporsi yang baik di tembok-tembok kuil."

"Tubuh-tubuh wanita muda dengan lekukan-lekukan demikian menarik perhatian dan kita bisa melihat mereka terlibat dalam kegiatan semisal pemasangan riasan, pencucian rambut, main bersama, dan memasang serta melepaskan tali pinggang mereka."

Budaya Hindu dan Jain tidak memandang secara enggan kepada wanita-wanita yang menikmati seks. (Sumber Wikimedia/Antoine Taveneaux)

Kontras dengan banyak budaya lainnya, terutama budaya Islam yang kemudian menguasai wilayah itu sesaat setelah kuil-kuil Khajuraho selesai dibangun, budaya Hindu dan Jain tidak memandang secara enggan kepada wanita-wanita yang menikmati seks.

Kenikmatan seksual dianggap sebagai suatu bentu seni—Kama Sutra—yang dipraktikan dan disempurnakan oleh pria dan wanita.

Menurut Ramadurai (2015), "Secara tradisional, Hinduisme memandang seks sebagai bagian hakiki dari kehidupan, sehingga diduga menjadi lasan ukiran-ukirannya berselang-seling dengan ukiran-ukiran laing yang menggambarkan kegiatan doa dan peperangan."

"Fakta bahwa ukiran-ukiran itu terpampang jelas dan tidak disembunyikan jauh-jauh sepertinya menengarai bahwa pencipta-pencipta ukiran-ukiran itu ingin agar ukiran-ukirannya terlihat oleh semua orang."

Perbedaan itu amat mencengangkan ketika dibandingkan dengan perkembangan masyarakat India yang menjadi semakin konservatif dalam beberapa abad belakangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini