Sukses

Bukan Titanic, 2 Nakhoda 'Pengecut' Ini Kabur dari Kapal Nahas

Sikap tak heroik ditunjukkan nakhoda dan anak buah kapal Zahro Expres yang terbakar. Tak seperti kapten Titanic.

Liputan6.com, Jakarta - Sikap tak heroik ditunjukkan nakhoda dan anak buah kapal Zahro Expres yang terbakar di perairan Kepulauan Seribu. Mereka melarikan diri saat kebakaran terjadi, meninggalkan penumpang yang panik di tengah laut. Musibah tersebut merenggut setidaknya 23 nyawa.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Antonius Tonny Budiono mengatakan, seharusnya mereka meniru tindakan nakhoda Titanic, Kapten Edward J. Smith.

Kapten Edward J. Smith mungkin ikut andil dalam kecelakaan Titanic pada Minggu malam 14 April 1912. Musibah itu merenggut lebih dari 1.500 nyawa pria, wanita, dan anak-anak.

Struktur komando yang ia pimpin gagal mengelak dari gunung es dan tak melambatkan laju kapalnya ketika bongkahan beku itu dilaporkan berada di jalur pelayarannya. 

Namun, pilihannya untuk tetap tinggal di dalam kapal yang oleng dan nyaris tenggelam di lautan Atlantik membuat namanya dikenang sebagai pahlawan. Sejarah mencatat kematiannya yang heroik.

Petugas kepolisian bersama Tim SAR gabungan mengevakuasi kantong jenazah berisi penumpang kapal Zahro Express yang terbakar, di Pelabuhan Muara Angke, Minggu (1/1). Kapal penumpang tersebut terlihat dalam kondisi gosong. (REUTERS/Darren Whiteside)

Meski demikian, kisah Kapten Titanic, Edward J. Smith ternyata tak menginspirasi semua nakhoda. Beberapa dari mereka malah ngacir, kabur duluan saat kapal yang menjadi tanggung jawab mereka celaka, meninggalkan para penumpang yang di ambang maut. Selain nakhoda Zahro Expres, ini dua di antaranya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1. Nakhoda Kapal Sewol

Kapal Sewol rute Incheon-Jeju tenggelam pada Rabu 16 April 2014. Nakhodanya, Lee Joon-seok, yang seharusnya memimpin evakuasi, justru kabur lebih dulu.

Ia tertangkap kamera mengenakan jaket pelampung, saat diselamatkan dari dek atas Sewol. Meninggalkan kapalnya yang terbaring miring di lautan, mengabaikan jerit panik para penumpangnya.

Soal evakuasi yang lambat, Lee berdalih, ia khawatir para penumpang akan "hanyut" jika mereka meninggalkan feri tanpa pengkondisian yang tepat.

Namun, belakangan justru terbukti, mereka yang selamat adalah yang sempat terjun ke laut. Sementara mereka yang mematuhi perintah awak kapal -- untuk tetap diam di tempat -- justru menjadi korban.

Tim Pencari Korban Kapal Feri Sewol. (Reuters)

"Saya mohon maaf pada rakyat Korea Selatan karena menyebabkan gangguan ini. Saya menundukkan kepala dan memohon ampun dari keluarga para korban," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari BBC.

Lee menambahkan, sebelum kejadian ia sudah memberi instruksi soal rute pada para awak, kemudian pergi sebentar ke kamar tidurnya, dan terjadilah kecelakaan itu.

"Arus laut saat itu sangat kuat, suhu air laut dingin, saya pikir jika orang-orang meninggalkan kapal tanpa penilaian yang tepat, bahkan ketika mereka mengenakan jaket pelampung, mereka akan hanyut dan menghadapi banyak kesulitan," kata dia.

Kapten tersebut menambahkan, tim penyelamat tak tiba tepat waktu pascakapalnya menyalakan sinyal darurat -- 3 jam setelah berlayar dari Incheon.

Juru mudi pada saat itu, Cho Joon-ki , juga di antara mereka yang ditahan. Dia mengatakan bahwa kapal bereaksi berbeda terhadap perintahnya. "Saya memang bersalah, tapi steering (gigi kapal) berbalik lebih jauh dari yang seharusnya," kata dia.

Apapun penyebab kecelakaan Sewol, sikap sang kapten saat kejadian sangat disayangkan. Ia tak menunjukkan jiwa seorang nakhoda yang heroik.

Akibat kecelakaan tersebut, setidaknya 295 orang meninggal dunia, kebanyakan adalah murid-murid Danwon High School, Ansan yang akan berwisata ke Pulau Jeju. 

3 dari 3 halaman

2. Kapten 'Pengecut' Costa Concordia

Julukan baru disematkan pada Francesco Schettino setelah musibah kecelakaan Costa Concordia pada Jumat malam, 13 Januari 2012: "kapten pengecut".

Alih-alih meniru sikap heroik Edward John Smith -- kapten kapal mahsyur Titanic -- yang memilih tenggelam bersama kapalnya, Schettino justru ngacir duluan.

Phil Metcalf, yang putrinya Rose termasuk salah satu orang terakhir yang ada dalam kapal, mengatakan, ia melihat kapten kapal diduga meninggalkan kapal bahkan di awal tahap evakuasi. Meninggalkan penumpang, juga para stafnya yang berjibaku berusaha menyelamatkan 4.200 orang yang panik.

"Karena kapten pergi meninggalkan kapal, tak ada pemegang otoritas. Setiap orang menggunakan segala upaya untuk mengatasi kekacauan. Sangat jelas, para awak, dengan niat baik, berusaha mengisi kekosongan kapten dan berusaha membantu menyelamatkan para penumpang," kata dia, seperti dimuat Daily Mail.

Pasangan penumpang kapal, anggota militer Prancis, Ophelie Gondelle dan petugas polisi, David Du Pays mengaku, mereka memergoki kapten kapal berada di sekoci, menutupi tubuh dan wajahnya dengan selimut, sebelum semua penumpang dievakuasi dari kapal yang karam.

Namun, para pengacara membantah tuduhan itu. "Dia tidak meninggalkan kapal," kata Donato Laino, salah satu kuasa hukum Schettino.

"Jika ia tinggal dalam kapal 10 menit lebih lama, dia akan jatuh dalam air dan tidak mampu mengelola evakuasi," kata dia. Dari darat, maksudnya.

Francesco Schettino juga membantah kabur. Ia ngotot mengatakan bahwa ikut membantu memindahkan penumpang ke sekoci. Tapi, karena kapal miring, ia ikut terjatuh ke kapal penyelamat.

"Karena kapal miring pada sudut 60-70 derajat, saya tersandung dan ikut jatuh ke dalam sekoci penyelamat," kata Schettino seperti dilansir CBS News mengutip dari La Republica.

Costa Concordia terbalik saat mengangkut 4.200 orang dari 70 negara. Kapal itu terbalik setelah menabrak karang di sekitar Pantai Tuscan, dekat Pulau Giglio, 

Malam sebelum kecelakaan, sejumlah saksi mata melihat sang kapten bersama seorang perempuan.

"Bagiku ini skandal, aku melihat kapten kapal menghabiskan malam sebelum kapal menabrak karang, minum-minum di bar sambil merangkul seorang perempuan cantik," kata penumpang asal Belanda, Monique Maurek.

Perempuan itu diduga Domnica Cemortanhad, penari asal Moldova yang saat itu masih berusia 25 tahun.

Ia diduga mencium sang kapten, sesaat sebelum kapal mewah itu menabrak karang di perairan Italia. Baju dara ayu itu juga dilaporkan ditemukan di kabin sang nahkoda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.