Sukses

Teknologi Sel Punca Akan 'Hidupkan' Lagi Hewan yang Punah

Dengan penggunaan teknologi sel punca, sejumlah mahluk hidup yang sudah punah akan hadir kembali di planet ini.

Liputan6.com, New York - Beberapa spesies mahluk hidup punah karena beberapa alasan, mulai dari yang bersifat alamiah semisal bencana besar atau karena ulah manusia.

Gajah, misalnya, diburu karena diambil gadingnya yang kemudian diperdagangkan dengan keuntungan besar. Macan dan kucing besar lainnya diburu untuk dikuliti atau diambil kelaminnya karena diduga menjadi obat kejantanan.

Orangutan menuju kepunahan karena habitatnya dirampok oleh manusia untuk kepentingan lain yang memberi nilai ekonomis tinggi bagi manusia. Cula badak pun dikira memberi kekuatan syahwat bagi kaum pria, padahal bahan dasar cula badak tidak berbeda dari kuku ataupun rambut manusia.

Untunglah, kini hadir sejumlah teknologi yang diduga dapat memperlambat atau bahkan membalik kepunahan spesies-spesies yang nyaris punah atau sudah punah.

Dikutip dari New Scientist pada Rabu (28/12/2016), mungkin kita belum akan melihat mammoth pada 2017, tapi sejumlah skema pemulihan hewan-hewan punah lainnya akan dimulai tahun depan.

Teknologi genetika dan sel punca memberikan kemampuan untuk melakukan kloning bahkan pada hewan yang tidak subur lagi, selama DNA hewan itu masih tersedia.

Bukan hanya itu, sejumlah spesies yang sudah punah pun dapat dihadirkan kembali hanya dengan sedikit mengubah genom spesies kerabatnya yang masih hidup. Demikian juga dengan pengembalian sejumlah ciri populasi yang telah lenyap.

Salah satu prakarsa yang diajukan melibatkan badak putih. Hanya tersisa 3 hewan lagi di Kenya, itu pun dalam keadaan tidak subur lagi untuk pembiakan.

Pada 2016 telah diumumkan penggunaan teknologi sel punca (stem cell), spesimen beku, dan reproduksi berbantuan untuk membuat badak-badak baru.

Dengan cara serupa, pertolongan genetik dapat membantu linsang kaki hitam (Mustela nigripes), salah satu mamalia yang paling terancam di Amerika Utara, untuk kembali.

Mustela nigripes (Sumber Minden Pictures/Sumio Harada)

Sejumlah eksperimen in-vitro pertama direncanakan dimulai pada 2017 dan akan memperhitungkan pembiakan sekerabat (inbreeding) serta ketahanan terhadap penyakit, sebab ada sejenis sampar dan virus ganas yang menjadi ancaman bagi hewan itu.

Suatu proyek lain adalah penggunaan pengubahan gen (gene editing) untuk menciptakan ayam pejantan belang di antara ayam ladang untuk membantu mengembalikan kerabat yang punah dibandingkan dengan betinanya.

Jika berhasil, para ilmuwan akan mencobakan pada sejenis merpati Amerika Utara, Ectopistes migratorius, yang sudah hampir punah.

Kehadiran kembali mamooth berbulu masih agak belakangan. Proyek untuk itu melibatkan penggunaan sel telur gajah Asia dengan DNA dari mammoth. Setelah pembuahan berhasil pada tahun depan, upaya kloning dijadwalkan mulai pada 2018. Mirip dengan tayangan Jurrasic Park?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.