Sukses

3 Perempuan Mata-Mata Paling 'Canggih' dalam Perang Dunia II

Perempuan ini dilatih untuk memegang senjata, alat peledak, memcahkan kode rahasia, dan menjalani interogasi yang keras. Siapa saja mereka?

Liputan6.com, London - Selama Perang Dunia II, terdapat sejumlah perempuan yang bekerja untuk Special Operations Executive (SOE). SOE adalah satuan pendukung peperangan yang dibentuk Inggris untuk mendorong dan memfasilitasi kegiatan spionase dan sabotase di wilayah musuh.

Mereka dilatih untuk memegang senjata, alat peledak, kode rahasia, dan interogasi yang keras. Dalam beberapa kasus, mereka harus bertanggung jawab atas nyawa ribuan orang.

Seperti dikutip dari War History Online, Minggu (18/12/2016), berikut kisah tiga perempuan mata-mata paling 'canggih' yang bekerja untuk SOE.

1. Vera Atkins

Vera Atkins (Public Domain)

Vera Atkins merupakan perempuan muda asal Rumania yang bekerja di Bucharest ketika ia bertemu dengan William Stephenson dari Kanada. Stephenson dikenal sebagai agen "pemberani" dan menjadi inspirasi bagi James Bond.

Ketika mereka bertemu, Stephenson sedang mencari intelijen untuk Inggris sebelum PD II dimulai. Ia pun mengenalkan Atkins kepada Duta Besar Jerman di Rumania untuk mendapatkan sejumlah informasi.

Taktik itu pun berjalan dan Atknis bekerja di bisnis baja milik Stephenson sebagai penerjemah sambil mengumpulkan intel untuk Inggris.

Atkins merupakan perempuan keturunan Yahudi--nama aslinya adalah Rosenthal, di mana ia menyembunyikan identitasnya dari pejabat Nazi di tempatnya bekerja. Sebelum perang, ia memberi informasi kepada Churcill, ketika pemerintahnya masih meyakini bahwa Jerman tidak berniat menyerang negara lain.

Dengan kebangkitan Churcill untuk membimbing Inggris dalam perang, Atkins dipromosikan ke posisi tinggi di SOE. Berharap mengamankan dukungan dari Amerika Serikat, Churcill memastikan Atkins bertemu denan kepada intelijen AS William Donovan, ketika ia berkunjung ke Eropa.

Dalam kesempatan itu, Atkins menunjukkan kepada Donovan desain amatir pistol dan kotoran kuda palsu untuk menyembunyikan bahan peledak, serta bekerja tanpa lelah untuk memecahkan kode Jerman. Donovan sangat kagum dengan SOE dan melaporkan kegiatan mereka kepada Presiden Roosevelt.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Krystyna Skarbek

Krystyna Skarbek (Wikipedia)

Krystyna Skarbek lahir dalam keluarga aristokrat Polandia. Ayahnya mengajarinya naik kuda dan menembak pistol. Ia juga bekerja di seluruh Eropa dalam misi rahasia.

Pada 1939, Jerman menginvasi Polandia dan segera diikuti dengan Rusia. Saat itu Skarbek sedang berada di luar negeri. Namun rencana untuk mendekati negaranya terhambat karena ia merupakan perempuan.

Ia pun mendekati Inggris dengan rencana menggunakan ski di Polandia, untuk menyampaikan propaganda Inggris dalam rangka meningkatkan semangat perlawanan.

Skarbek meluncur di Pegunungan Taras dari Hungaria selama musim dingin demi dapat menuju Polandia. Bekerja di belakang garis musuh menjadi hal berbahaya bagi Skarbek, karena ibunya merupakan seorang Yahudi.

Ia pun menjadi sosok vital dalam perlawanan, saat ia menyelundupkan intelijen dari Polandia ke Sekutu. Skarbek juga pernah lolos dari penangkapan dengan berpura-pura mengidap TBC melalui cara menggigit lidahnya.

Perempuan itu menyelamatkan kekasihnya, Francis Cammaerts, dengan berkeliaran di sekitar penjara tempat Cammaerts ditahan. Ketika ia mendengar kekasihnya menyanyikan lagu favorit mereka, Skarbek tahu di mana letak Cammaerts.

Skarbek kemudian meyakinkan para penjaga bahwa Sekutu telah mendarata dan akan lebih cenderung bermurah hati jika para penjaga telah membiarkan para tahanan bebas. Setelah perang usai, Skarbek dibunuh oleh seorang penggemar yang sangat terobsesi dengan dirinya.

3 dari 3 halaman

3. Nancy Wake

Nancy Wake (Public Domain)

Nancy Wake lahir di Selandia Baru dan dibesarkan di Australia. Dia menikah dengan seorang pria kaya di Marseille dan hidup mewah.

Namun ketika perang datang, Wake tidak menjadi lemah. Ia mengatakan kepada suaminya bahwa dirinya ingin menjadi sopir ambulans. Karena Prancis hanya memiliki sedikit ambulans, suaminya pun membelikannya satu buah.

Wake menyebarkan kekayaannya ke sekitarnya dan mulai berjuang melalui jalur kereta api bawah tanah di Marseille. Dia membantu ratusan prajurit Sekutu yang telah ditembak jatuh di belakang garis musuh.

Skarbek akhirnya ditangkap. Ia melarikan diri ke Inggris dan bergabung dengan SOE sebelum kembali ke Prancis dengan terjun payung. Ia bekerja dengan Maqis, gerilyawan yang bertempur di beberapa medan berat di Prancis.

Pengalamannya membuahkan rasa hormat dari pemimpin Maquis, dan ia menjadi pemimpin administratif dari 7.000 pejuang. Ia mengkoordinasikan pasokan udara rahasia yang terdiri dari perlengkapan dan amunsisi, seerta berpartisipasi dalam penggerebekan dana menewaskan sejumlah pasukan Jerman dengan tangan telanjang.

Salah satu anggota Maquis berkata, Wake merupakan perempuan paling feminin yang mereka kenal. Namun kekuatannya yang disebut sebagai gabungan dari lima orang itu terungkap kala pertempuran dimulai.

Suaminya disiksa hingga tewas oleh Gestapo, yang mencoba untuk mendapatkan informasi untuk menemukan Wake. Awalnya Wake tak tahu soal kematian suaminya. Ia pun merasa bersalah atas hal tersebut.

Wake mengembuskan napas terkahir pada usia 98 tahun, tepatnya pada 7 Agustus 2011 di Kingston Hospital, Inggris. Abu jenazahnya disebar di dekat desa Verneix, Prancis, pada 11 Maret 2013.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini