Sukses

'Pindah Kursi', Korban Pesawat Jatuh Brasil Ini Lolos dari Maut

Penyerang berusia 27 tahun itu menangis tersedu-sedu mengingat kejadian mengerikan yang menimpa pesawat terbang timnya.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Bagi Alan Ruschel, yang merupakan satu dari tiga korban selamat tim sepak bola Chapecoense dari jatuhnya kapal terbang pada bulan lalu, menghadapi kenyataan sesungguhnya adalah perjuangan baginya.

Di depan media, penyerang berusia 27 tahun itu menangis tersedu-sedu mengingat kejadian mengerikan yang menimpa pesawat mereka. Dalam insiden tragis itu, 71 orang tewas, termasuk 19 anggota tim-nya menuju final Copa Sudamericana.

Dikutip dari News.com.au, pada Minggu (18/12/2016), menurut Ruschel, yang membuat nyawanya selamat adalah keputusannya untuk pindah tempat duduk atas permintaan direktur klub, Cadu Gaucho.

"Cadu Gaucho memintaku duduk ke depan, dan membiarkan para jurnalis duduk bersama di belakang," kata Ruschel sambil terisak-isak.

"Awalnya, aku tidak mau, tapi ketika aku melihat Jakson Follman dan ia bersikeras agar aku duduk di sampingya, baru aku mau. Hanya Tuhan yang bisa menjelaskan mengapa aku bisa selamat dari kecelakaan itu. Ia telah menarikku dan memberikanku kesempatan kedua," tambahnya.

Follman, penjaga gawang, juga salah satu pemain yang selamat dari kecelakaan itu bersama dengan penyerang lainnya, Neto. Total, ada 6 orang selamat, -- tiga pemain, staf klub, seorang jurnalis, dan kru kabin. Dari 71 yang tewas, 20 di antaranya adalah wartawan.

Pesawat itu membawa pemain Chapecoense, staf klub, dan media ketika jatuh di pegunungan di luar kota Medellin, Kolombia. Dugaan awal kehabisan bahan bakar menjadi penyebab peristiwa nahas itu.

Menurut laporan, pesawat yang berangkat dari Brasil ke Kolombia untuk final Copa Sudamericana itu terbang dengan tanki bahan bakar tipis. Pesawat juga tidak berhenti untuk isi bahan bakar seperti yang direncanakan.

Pesawat sewaan dari Bolivia itu kini izin terbangnya tengah dihentikan selama investigasi berlangsung.

Selama masa penyembuhan, Ruschel mengatakan, ia mencoba menghindar dari pemberitaan. Namun ia mempertanyakan motif dari pilot pesawat itu yang disebut-sebut juga memiliki aset dalam perusahaan sewaan itu.

"Saat mereka bercerita kepadaku tentang apa yang terjadi, ini seperti mimpi buruk," tutur Ruschel.

"Dikit demi sedikit mereka mencoba menceritakan kepadaku apa yang terjadi. Aku mencoba untuk mengerti. Aku mencoba untuk tidak berbicara tentang kecelakaan itu, menghindari berita. Namun, aku dapat menyimpulkan, ini masalah pilot yang terlalu rakus," ujar pemuda 27 tahun itu.

Ruschel menghabiskan 3 minggu di rumah sakit di Kolombia sebelum akhirnya boleh keluar pada Jumat lalu. Kini, ia harus fokus pada penyembuhan. Namun, tragedi itu mengajarkannya bahwa ia tak boleh berlarut dalam kesedihan dan tetap hidup. Ia juga bersumpah untuk bermain sepak bola lagi.

"Saat aku berada di sini, aku yakin akan pulang ke rumah. Aku akan memberi banyak kebahagiaan bagi timku. Dengan usaha keras, aku yakin bisa bermain sepak bola lagi," tutupnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

'Kekuatan Iman'

Helio Neto adalah pemain belakang tim sepak bola Brasil, Chapecoense -- ia satu dari enam orang yang selamat dalam musibah tersebut.

Kecelakaan pesawat Lamia Penerbangan 2933 menewaskan 71 dari 77 orang yang ada di dalamnya. Sebagian besar adalah bagian dari tim sepak bola Chapecoense yang akan berlaga melawan Atletico Nacional dalam final Copa Sudamericana yang dijadwalkan pada Rabu, 30 November 2016 waktu setempat.

Ketika insiden itu terjadi, Helio diyakini membaca sebuah ayat Alkitab. Ayat yang dibaca Helio adalah Mazmur 63, terkait keselamatan dalam naungan Tuhan -- sesuai dengan "keajaiban" yang ia alami.

Jurnalis Roberto Cabrini datang ke sebuah lokasi di Medellin, Kolombia, di mana pesawat milik maskapai LaMia Penerbangan 2933 terbaring. Avro RJ85 itu dalam kondisi hancur setelah menabrak sisi pegunungan Cerro Gordo pada 28 November 2016 malam.

Reporter media Brasil, SBT, itu langsung menjalankan tugas jurnalistiknya di antara puing-puing kapal terbang yang nahas dalam perjalanan dari Bandara Santa Cruz-Viru Viru, Bolivia itu.

Namun, matanya menjumpai sebuah benda yang menarik, yang diduga milik salah satu penumpang pesawat. Ternyata, itu adalah Injil atau Alkitab. Saat membukanya, ia menemukan tulisan di balik sampul yang menunjukkan sang pemilik: Helio Neto.

Tubuh reporter berita itu lantas bergetar hebat saat menyadari siapa pemilik kitab suci yang ia pegang. Helio Neto adalah pemain belakang tim sepak bola Brasil, Chapecoense -- ia satu dari enam orang yang selamat dalam musibah tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini