Sukses

Ini yang Akan Dilakukan NASA Saat Asteroid 'Pembunuh' Menuju Bumi

Liputan6.com, El Segundo - Bayangkan jika ini yang terjadi suatu ketika di masa depan manusia: September 2020, para ilmuwan menemukan sebuah asteroid sepanjang 300 kaki atau 100 meter melesat ke arah Bumi. Batu angkasa mematikan itu diperkirakan akan menabrak area dekat Los Angeles, California, Amerika Serikat.

Bagaimanapun, tabrakan harus dicegah. Evakuasi massal mendesak dilakukan. Nasib jutaan manusia sedang dipertaruhkan. Jika asteroid terlanjut menabrak, niscaya area radius 30 mil atau 48 kilometer akan rata dengan tanah. Gedung-gedung pencakar langit runtuh, puluhan ribu orang terancam tewas.

Kedengarannya memang seperti skenario film Hollywood. Namun, bukan berarti itu tak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata.

Karena itulah, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan badan manajemen darurat atau Federal Emergency Management Agency (FEMA), bersama sejumlah instansi lain melaksanakan pelatihan dan simulasi bencana -- apa yang akan dilakukan jika benar batu angkasa sepanjang 100 meter menuju ke Bumi.

Film 'Armageddon' yang dirilis 1998 lalu menggambarkan kondisi serupa -- dengan dramatis. Diceritakan, sekelompok orang yang dianggap 'sampah masyarakat' dikirim dalam misi mengebor ke asteroid dan meledakkan sebuah bom nuklir di sana untuk mencegah bencana global.

Film Armageddon. (Buena Vista Pictures)

"Pemerintah Amerika Serikat meminta kita untuk menyelamatkan Bumi," kata Harry Stamper, yang diperankan aktor Bruce Willis, di depan para awaknya, seperti dikutip dari New York Times, Minggu (11/12/2016).

Seperti itukah yang kemudian akan terjadi? Tentu saja tidak. Jangan berharap kisah heroik ala Hollywood itu terjadi di dunia nyata.

Menurut manajer pusat studi objek-objek dekat Bumi atau Center for Near-Earth Object Studies NASA di Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California, Paul Chodas mengatakan, peluang asteroid yang bisa menyebabkan kerusakan separah itu akan mengarah ke Bumi, relatif kecil. Setidaknya hingga seabad mendatang.

Penampakan komet dan asteroid yang melakukan orbit dekat dengan orbit Bumi. Lingkar biru adalah lintasan orbit Merkurius, Venus, dan Mars. Lintasan warna hijau terang adalah lintasan orbit Bumi. Bintik hijau adalah NEO. (Sumber cuplikan video JPL NASA)

NASA mengandalkan sejumlah teleskop untuk melakukan pemantauan, seperti Catalina Sky Survey di University of Arizona -- untuk melacak asteroid dan komet yang berpotensi membahayakan.

Objek-objek tersebut -- yang sejatinya adalah sisa dari pembentukan planet -- bisa melintas dekat dengan Bumi.

Center for Near-Earth Object Studies NASA mendata 659 asteroid yang punya kemungkinan menabrak Bumi. "Namun tak ada yang menimbulkan ancaman signifikan setidaknya dalam kurun waktu seabad mendatang, karena peluangnya yang tidak terlalu besar atau ukuran batu angkasa itu yang terlalu kecil," kata Chodas.

Ilustrasi tubrukan asteroid dengan Bumi (Discovery)

"Meski demikian kita harus terus mencari dan mengamati asteroid-asteroid, berjaga-jaga jika ada dari batu angkasa itu yang mengarah ke Bumi."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diawali dari SMS...

Latihan langkah-langkah perlindungan planet digelar pada 25 Oktober 2016 di El Segundo, California.

Sejumlah pihak dilibatkan dalam simulasi tersebut yakni Jet Propulsion Laboratory NASA, Department of Energy’s National Laboratories, angkatan udara atau Air Force dan kantor layanan darurat California atau California Governor’s Office of Emergency Services.

Laporan menyebut, jika sebuah asteroid 'pembunuh' diketahui keberadaannya, peringatan akan diberikan pada 12 ilmuwan terpilih menggunakan pesan pendek (SMS) atau email.

Bagi NASA, persiapan adalah kunci. "Ini bukan soal jika -- tapi kapan -- kita akan menghadapi situasi seperti itu," kata Thomas Zurbuchen dari Science Mission Directorate NASA.

Ia mengatakan, tak seperti pada masa lalu, manusia kini memiliki kemampuan untuk merespons situasi tersebut melalui pengamatan berkelanjutan, prediksi, perencanaan, dan mitigasi.

Kemudian, Zurbuchen menambahkan, para ilmuwan akan mengumpulkan informasi mengenai batu angkasa yang berpotensi bahaya itu: lintasan, rute, juga ukuran.

Berbagai observatorium dan teleskop yang berbasis di Bumi akan dikerahkan untuk menyediakan data-data akurat mengenai batu angkasa tersebut.

Ilustrasi asteroid Bennu (NASA)

Menurut Paul Chodas, masa peringatan selama 4 tahun, dari kali pertama keberadaan asteroid diketahui dan diperkirakan akan menabrak, mungkin lama bagi sebagian orang.

Namun, waktu tersebut mungkin tak cukup untuk menangkis asteroid dengan ukuran dan orbit yang diuraikan dalam simulasi.

"Para insinyur akan memikirkan cara paling sederhana untuk menangkis asteroid itu, dengan membuat pesawat antariksa besar dan menabrakkannya ke batu angkasa itu beberapa tahun sebelum ia diprediksi menabrak Bumi," kata Chodas. 

Cara itu diyakini bisa mengubah lintasan batu angkasa tersebut, sehingga menjauh dari planet manusia.

Namun, untuk membuat 'penabrak kinetik' itu membutuhkan waktu dua tahun untuk. Belum lagi, dibutuhkan setahun untuk mengirimkannya ke asteroid.

Jadi, kata Chodas, simulasi yang dilakukan baru-baru ini fokus pada evakuasi -- bukan 'misi penangkis' -- yang diperlukan.

Sebelumnya, sekitar 100 ilmuwan dan astronot terkemuka, termasuk Dr Brian May dan Chris Hadfield menandatangani deklarasi, yang menuntut peningkatan aksi untuk menanggulangi objek-objek angkasa yang berpotensi menamatkan kehidupan di muka Bumi.

Mereka yang menandatangani 100x Asteroid Declaration berpendapat, teknologi yang bisa mendeteksi, melacak, dan mempertahankan Bumi dari dampak tubrukan asteroid wajib dikembangkan secepat mungkin.

"Semakin banyak kita belajar tentang dampak asteroid, semakin jelas bahwa ras manusia tak punya waktu banyak," kata Brian May yang juga pendiri dan gitaris grup rock Queen.

Asteroid Awareness Day diperingati setiap tanggal 30 Juni -- bertepatan dengan peringatan Insiden Tunguska Siberia.

Dampak insiden Tunguska (NewScientist)

Batu angkasa yang jatuh pada 30 Juni 1908 adalah yang terbesar dalam sejarah, menyebabkan kehancuran di wilayah setara ukuran kota metropolitan, 2.000 kilometer persegi.

Untung, batu angkasa yang menabrak kawasan terpencil itu tak menimbulkan korban jiwa. Tapi, bayangkan jika kejadiannya di tengah kota besar yang ramai...

Diperkirakan ada jutaan batu angkasa yang bisa membahayakan Bumi. Namun, baru 10 ribu atau hanya 1 persen yang diketahui keberadaannya.

Meteor Chelyabinsk (Reuters)

Insiden ledakan meteorit di Kota Chelyabinsk, Rusia pada Februari 2013 yang melukai lebih dari 1.600 orang menjadi bukti, malapetaka bisa jadi datang dari langit.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.